OPINI
-->

Sabtu, 28 Desember 2019

Piawainya Gusmal Menanggapi Isu Kemiskinan di "Rumah Beratap Mulsa"

Gonjang-Ganjing Rumah Ladang Beratap Mulsa di Dekat Pusat Pemerintahan Kabupaten Solok, Arosuka
* Kepiawaian Gusmal Menanggapi Isu "Rumah Beratap Mulsa" yang Viral di Jagat Maya


Satu keluarga tinggal di sebuah rumah tak layak huni (Rutilahu) di sebuah ladang di Arosuka. Pemkab Solok, menjadi "sasaran tembak" terhadap isu kemiskinan. Apalagi, lokasinya tak jauh dari kompleks Kantor Bupati Solok. Kepiawaian Bupati Solok, Gusmal, SE, MM Dt Rajo Lelo, akhirnya terbukti dalam menghadang masalah tersebut. Pemkab Solok turun tangan ke lokasi, memberikan bantuan, dan dengan sentuhan humanis, berhasil membuat satu keluarga itu pindah.

Isu kemiskinan, menjadi salah satu momok menakutkan bagi sebuah pemerintahan. Pemkab Solok, beberapa waktu lalu, dicoba untuk dihantam dengan isu sakti tersebut. Sebuah keluarga yang tinggal di sebuah ladang, dengan kondisi rumah yang tak layak huni, mendadak viral di media sosial. Penyebaraan foto-foto rumah beserta keluarga tersebut, sangat masif dilakukan. Dengan bumbu kemiskinan di dekat pusat pemerintahan Arosuka, foto-foto tersebut langsung viral dan menjadi perbincangan serius netizen, dan berkembang ke kedai-kedai kopi, dan menjadi isu yang tak terbendung.

Bupati Solok Gusmal, SE, MM, Dt Rajo Lelo bersama Desnadefi Gusmal


Pemkab Solok, di bawah kendali Gusmal Dt Rajo Lelo dan Wabup Yulfadri Nurdin, tentu saja menjadi pihak yang paling dipersalahkan. Terlebih, Gusmal berasal dari Guguk, sama dengan asal keluarga yang viral tersebut. Arah "serangan" sangat jelas. Kewibawaan dan harga diri Pemkab Solok, terlebih Gusmal secara pribadi, dipertaruhkan.

Namun, Gusmal yang menjalani periode kedua sebagai Bupati Solok (sebelumnya periode 2005-2010), menanggapi isu dan "serangan" tersebut dengan sangat cerdas. Sebagai pamong senior yang menghabiskan hidupnya sebagai birokrat di Pemkab Solok, Gusmal menjawab tudingan muring yang coba diarahkan kepadanya dengan brilian.

Berbekal pengalamannya yang sempat menjadi Kepala Dinas Sosial, Kepala Bappeda, Sekretaris Daerah, hingga menjadi Bupati Solok, Gusmal dengan taktis mengutus Yandra Prasat, Kepala Dinas Sosial Pemkab Solok turun langsung ke lokasi. Tentu saja turun dengan "oleh-oleh", dan pesan pemahaman dari sang bupati.

Kadis Sosial Pemkab Solok, Yandra, saat mengantarkan bantuan dari Pemkab Solok.


Yandra Prasat "diperintahkan" untuk menyusun tim dan langsung ke lokasi tempat tinggal keluarga penghuni rumah plastik tersebut di Nagari Koto Gaek Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Kamis (26/12/2019). Yandra yang sebelumnya sangat populer saat menjabat Kepala Dinas Pariwisata tersebut, membawa Aparatur Pemerintahan Nagari Koto Gaek Guguk, dan awak media untuk menelusuri jejak keberadaan penghuni pondok plastik bekas beserta keluarga besarnya.

Menempuh jarak berkilo-kilo dengan berjalan kaki, sambil memikul barang-barang bantuan, tim tiba di lokasi dan bertemu langsung dengan Erisman (32 th) beserta Desrika (30) istrinya. Yandra, dengan kata-kata terstruktur, menjelaskan bahwa postingan di jagat maya, terutama media sosial tersebut, telah membuat masyarakat berprasangka dan berpendapat negatif ke Pemkab Solok. Karena timbul asusmsi, Pemkab Solok melakukan pembiaran pada warga yang terlantar.

"Padahal, setelah ditelusuri, hal seperti itu tidaklah sesuai dengan yang digemborkan dan diviralkan di Medsos. Kondisi keluarga tersebut tidaklah separah yang dibayangkan sebelumnya. Gubuk atau pondok ini, adalah rumah di tengah ladang, yang digunakan untuk menunggui ladang mereka," ujarnya.

Kadis Sosial Pemkab Solok saat menyerahkan bantuan di lokasi rumah ladang beratap mulsa di Arosuka.


Orang tua keluarga tersebut yang ikut dalam rombongan tersebut, juga mengaku tidak pernah mengusir anak, menantu dan cucunya tersebut. Orang tua tersebut menyebutkan, mungkin mereka merasa tidak nyaman tinggal di rumah tersebut, dan letih bolak-balik untuk menunggui ladang.

"Padahal rumah tersebut cukup besar untuk mereka tempati. Kalau ingin hidup mandiri, di samping rumah tersebut masih bisa dibangun rumah lagi," ujar orang tuanya.

Fakta lainnya, tim juga mendapati kenyataan bahwa pasangan ini dasarnya bukan dari keluarga miskin. Hanya saja, hidup mereka tidak menetap dan berpindah-pindah untuk berladang di sejumlah tempat.

Fakta berikutnya, foto gubuk plastik sengaja diviralkan oleh kerabat dekatnya, dengan harapan, pasangan ini bisa memperoleh bantuan dari dinas terkait berupa bantuan bedah rumah.

Keluarga Aris setelah pindah ke rumah yang disiapkan warga Kotogaek Guguk.


Atas kenyataan tersebut, Kadis Sosial Yandra Prasat, menyatakan bahwa Bupati Gusmal telah menegaskan kepada dirinya, agar memprioritaskan keluarga tersebut mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH) di tahun anggaran 2020 mendatang. Yakni berupa program bantuan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu).

"Saat ini, dari Dinsos, kami membawa bantuan darurat sosial kejadian luar biasa yang telah disiapkan tetap disalurkan. Berupa peralatan rumah dan dapur selengkapnya, sandang serta sembako, juga pakain sekolah," ujarnya.

Tak berselang lama setelah kepulangan Tim Dinsos Kabupaten Solok tersebut dari lokasi, pasangan keluarga Erisman berkemas untuk pindah ke rumah yang lebih layak yang disiapkan oleh warga setempat.

Kondisi rumah ladang Aris dan Rika yang viral di jagat maya.


Sebelumnya, beberapa hari lalu, jagat dunia maya di Kabupaten Solok, mendadak gempar, dengan beredarnya foto-foto sebuah "rumah" di sebuah peladangan. Dalam keterangan foto yang diunggah di media sosial facebook tersebut, terlihat satu keluarga dengan dua anak tinggal di "rumah" tersebut. Bahkan, disebutkan bahwa lokasi "rumah" tersebut tidak jauh dari Kompleks Kantor Bupati Solok.

Dekatnya "rumah" tersebut dengan kantor Bupati Solok, menciptakan "aroma" yang tidak sedap. Sebuah perbandingan, dengan hiperbola yang luar biasa. Sebuah gubuk tak layak, diperbandingkan dengan kantor Bupati sebagai "istana".

Kondisi di dalam rumah ladang Aris dan Rika yang viral di jagat maya.


Ternyata, saat ditelusuri ke lokasi, kepala keluarga, Aris (32), baru tinggal bersama istrinya Rika (30) dan kedua anaknya, Syafira (9) dan Syakila (10 bulan), di gubuk tersebut sejak 3 bulan terakhir. Sebelumnya, warga Nagari Kotogaek Guguak, Kecamatan Gunung Talang tersebut sebelumnya tinggal di Perumnas Kayuaro, milik seseorang tanpa membayar. Namun, karena pemilik rumah akan menghuni rumahnya, keluarga tersebut pindah ke rumah orang tuanya di Kotogaek. Diduga kurang nyaman tinggal bersama orang tuanya, dan jauh dari ladangnya, sekeluarga itu pun membangun "rumah ladang" di Arosuka.

Sebagai "rumah ladang", kondisi gubuk tersebut memang terlihat cukup miris untuk ditempati sebuah keluarga. Apalagi dengan dua anak yang masih kecil dan masih bayi. Beratapkan dan berdindingkan mulsa (plastik ladang), gubuk tersebut hanya dilengkapi dengan fasilitas seadanya. Seperti tikar, kasur lusuh, dan perabotan seadanya.

"Sebelumnya, kami tinggal menumpang di rumah Perumnas Kayuaro. Karena yang punya rumah akan tinggal di rumah itu, kami pindah ke rumah orang tua di Kotogaek. Kemudian, kami tinggal di gubuk ini, sekaligus bisa berladang di sini," ungkap Aris.

Kondisi rumah ladang Aris dan Rika yang viral di jagat maya.


Menjadi informasi yang viral di Medsos, berbagai pihak melontarkan komentar dan pendapat. Ketua DPRD Kabupaten Solok, Jon Firman Pandu, misalnya. Pria yang juga Ketua DPC Partai Gerindra tersebut menyatakan dirinya sangat miris, masih ada masyarakat Solok dengan kondisi seperti itu.

"Kita sebagai warga Kabupaten Solok merasa sangat miris mendapat laporan seperti ini. Dalam peradaban yang sudah modern ini, masih ada kondisi masyarakat yang serba kekurangan seperti itu. Ini akan menjadi tanggung jawab Pemerintahan Daerah secara bersama sama guna membenahi ekonomi masyarakat. Ke depannya kita tidak ingin hal seperti ini ada lagi di wilayah Kabupaten Solok. Selanjutnya, nanti kita akan koordinasikan dengan dinas terkait. Semoga ada jalan keluarnya dan warga tersebut mendapatkan bantuan dan memiliki tempat tinggal yang layak," ujar Jon F Pandu.

Bupati Solok, Gusmal, SE, MM, Dt Rajo Lelo


Bupati Solok, Gusmal Dt Rajo Lelo, menanggapi hal ini dengan sangat hati-hati. Pasalnya, bagi pemerintah sebuah daerah, kemiskinan adalah sebuah aib. Apalagi jika "dibumbui" dengan tidak adanya "kepedulian" pemerintah. Gusmal menyatakan, dari informasi yang didapatnya, keluarga tersebut, sudah tinggal di gubuk tersebut selama tiga bulan. Namun, tetap sering bolak-balik ke rumah orang tuanya di Kotogaek.

"Beliau tinggal di sana sudah 3 bulan yang lalu dan sering juga bolak balik ke rumah orang tuanya, karena KK, KTP dan surat serta barang-barang berharga  lainnya masih disimpan di tempat orang tuanya. Jadi kesimpulannya, rumah tersebut merupakan rumah ladang," kata Bupati.

Gusmal juga mengungkapkan, sejumlah usaha telah dilakukan pemerintah setempat. Di antaranya, dengan melakukan pendekatan kepada orang tuanya dan menyarankan mengajak lagi untuk tinggal di rumah orang tuanya yang lumayan besar.

"Warga tersebut sudah pernah dipanggil oleh pemerintah nagari. Akan tetapi, dengan alasan menunggui ladang, yang bersangkutan belum mau pindah ke tempat lain. Kita akan menyalurkan bantuan berupa peralatan dapur, kasur, selimut, sembako dan kebutuhan lain yang mungkin dibutuhkan," ujarnya. (rijal islamy)

Minggu, 01 Desember 2019

Dua Wartawan Kabupaten Solok Terpilih Menjadi Walinagari

Dunia jurnalistik dan birokrasi, sejatinya ibarat dua sisi mata uang. Sejalan dengan era reformasi yang serba terbuka, profesi jurnalistik selama ini identik dengan kritikan terhadap birokrasi. Tapi, bagaimana jika seorang jurnalis terpilih menjadi walinagari?
Dua wartawan Kabupaten Solok, Mardi Henderson dan Syamsul Azwar terpilih menjadi Walinagari. Mardi dan Syamsul, meraih suara tertinggi dalam helatan Pilwana 28 November 2019 lalu. Artinya, keduanya kini berada dalam lingkaran birokrasi.

Mardi Henderson meraih 412 suara pada helatan Pemilihan Walinagari (Pilwana) di Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Kamis (28/11/2019) lalu. Cawana nomor urut 4 tersebut, mengungguli Dusriarpen, petahana (incumbent) yang hanya meraih 96 suara. Kemudian Zulkifli Dt Sutan (211), Doni (372) dan Respito (146). Dari 1.699 orang daftar pemilih tetap (DPT), jumlah masyarakat Koto Gaek yang menyalurkan hak suaranya sebanyak 1.237 orang.

Sementara itu, Syamsul Azwar sebagai walinagari petahana di Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, kembali mendapat kepercayaan masyarakat di periode kedua. Syamsul meraih 1.510 suara, mengungguli Bakri (215), Romi Fasta (458), Syamsudin (347), dan Dasrianto (1.122).

Kemenangan Mardi Henderson dan Syamsul Azwar dalam Pilwana tersebut menjadi unik, karena keduanya memiliki latar belakang jurnalis, atau wartawan. Keduanya juga membuktikan bahwa profesi jurnalis, menjadi salah satu profesi yang mendapat kepercayaan dari masyarakat. Di samping karakter pribadi yang dimiliki keduanya.

Mardi Henderson


Mardi Henderson lahir bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Indonesia ke-24. Yakni tanggal 17 Agustus 1969. Pria pemilik sorot mata tajam, namun murah senyum ini, menjalani profesi wartawan sejak November 2007. Sebelumnya, Mardi menjalani hidup sebagai perantau di Kota Batam, Kepulauan Riau. Pada 2007 itu, Mardi memulai petualangannya sebagai pewarta di Tabloid Publik. Sebuah tabloid yang didirikan dan dibesarkan oleh mantan Anggota DPRD Sumbar, mendiang Aswanil Asmara Dt Rajo Johan. Kini, Mardi menjadi Wakil Pemimpin Redaksi Koran Suara Kita, sebuah koran terbitan Medan, Sumatera Utara.

Meski segera akan dilantik menjadi Walinagari Koto Gaek, Mardi menegaskan dirinya tidak bisa melupakan "jasa" profesi wartawan yang telah digelutinya selama 12 tahun belakangan. Menurutnya, jurnalistik telah memberikan segala hal dalam hidupnya, terutama terkait dengan pembentukan karakter dan memahami jalannya birokrasi.

"Jurnalistik adalah guru yang sangat berharga. Pengalaman menjalani profesi wartawan selama ini, berperan besar dalam hidup saya. Salah satunya membentuk karakter yang kritis, jujur, dan bertanggung jawab. Sehingga, tidak mungkin saya akan melupakan jasa profesi jurnalistik ini sampai kapanpun. Sebab, secara jujur saya harus mengakui, bahwa saya besar dari jurnlistik ini," tegasnya.

Meski setelah dilantik menjadi Walinagari, Mardi harus meninggalkan profesi jurnalistiknya, namun jiwa dan karakter sebagai wartawan menurutnya akan senantiasa melekat. Hal ini menurutnya akan senantiasa diaplikasikan dalam bidang tugasnya. Salah satunya penyelenggaraan birokrasi yang transparan dan terbuka. Mardi juga meminta seluruh rekan-rekan pers di Solok Raya (Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan) selalu memberikan dukungan penuh baginya menjalani peran barunya sebagai walinagari.

"Meski kita selama ini adalah rekan seprofesi, saya meminta rekan-rekan pers Solok senantiasa memberi dukungan penuh kepada saya. Terutama senantiasa mengkritik dan mengingatkan saya jika merasa saya ada kekeliruan. Kritik dan tegur jika saya salah. Karena tamparan dari seorang kawan, lebih baik dari pelukan dari seorang musuh. Jangan biarkan saya terjerumus. Saya mohon selalu diberikan arahan, petunjuk dan kritik dari rekan-rekan pers," ungkapnya.

Mardi Henderson merupakan salah satu pendiri Forum Komunitas Wartawan Solok (F-Kuwas). Di organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Solok, Mardi berada di Bidang Hukum.

"Tugas saya ke depan sangat berat. Koto Gaek, sebagai nagari yang bersisian langsung dengan ibukota Kabupaten Solok, Arosuka, dituntut menjadi nagari penyangga. Karena itu, pemerintah nagari Koto Gaek harus mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) anak nagari dan pemerintahan nagari yang baik," ujarnya.



Sementara itu, Walinagari Batang Barus, Syamsul Azwar, sejatinya memikul beban yang cukup berat. Pasalnya, Nagari Batang Barus merupakan nagari di pusat pemerintahan Kabupaten Solok. Nagari Batang Barus, merupakan Jakarta-nya Indonesia. Artinya, Walinagari Batang Barus adalah "Gubernurnya" DKI Jakarta.

Sama seperti Mardi, Syamsul Azwar juga merupakan alumni dari Tabloid Publik. Namun, pria kelahiran 28 Februari 1974 tersebut memulai kiprahnya di jurnalistik sejak tahun 2002, kala bergabung dengan Serambi Pos. Tahun 2004, Syamsul bergabung dengan Tabloid Publik dan hijrah ke The Public pada tahun 2013.

Usai dilantik sebagai Walinagari Batang Barus pada 2013, Syamsul Azwar didaulat sebagai Ketua Forum Walinagari (Forwana) Kabupaten Solok. Menurutnya, kepercayaan tersebut, salah satunya adalah hikmah dari dirinya menjadi jurnalis.

"Ketika orang meragukan profesi jurnalis dalam birokrasi. Ternyata jurnalis, bisa memimpin. Sifat jurnalis yang selalu bertanya, kritis, dan selalu ingin tahu, berperan besar membentuk kepemimpinan. Bekal pengalaman sebagai jurnalis, membuat kita bisa memahami berbagai aspek dalam birokrasi dan pembangunan. Mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Sehingga, kita bisa menempatkan diri sebagai pemimpin, bukan penguasa. Pemimpin, akan selalu mengedepankan kepentingan umum, sedangkan penguasa cenderung bersikap otoriter," ungkapnya.

Syamsul Azwar juga menegaskan bahwa profesi wartawan adalah bagaimana bisa mencerdaskan masyarakat melalui karya-karya jurnalistik. Selain menyebarkan informasi ke masyarakat luas, jurnalis menurutnya harus memberikan kontrol sosial kepada pemerintahan.

"Saat berada di pemerintahan, kita harus tetap siap menerima kritik dan kontrol dari masyarakat. Tak terkecuali dari rekan-rekan jurnalis," ungkapnya.

Sebelumnya, Syamsul Azwar selain sebagai jurnalis juga berkiprah di berbagai bidang di Nagari Batang Barus. Di antaranya Ketua Pemuda, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Anggota Badan Perwakilan Nagari (BPN), Kepala Jorong Lubuk Selasih, hingga Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Batang Barus.

"Batang Barus sebagai etalase Kabupaten Solok. Sesuai Visi dan Misi, saya ingin menjadikan Batang Barus sebagai Nagari Cerdas atau Nagari Smart. Sehingga, penguatan kapasistas lembaga dan organisasi menjadi kunci. Karena itu, peran dari rekan-rekan pers sangat saya harapkan dalam penguatan ini," ujarnya.

Roni Natase


Menanggapi terpilihnya Mardi Henderson dan Syamsul Azwar dalam Pilwana 28 November lalu, Ketua Forum Komunitas Wartawan Solok (F-Kuwas), Roni Natase mengaku pihaknya sangat bangga. Menurutnya, terpilihnya kedua wartawan anggota F-Kuwas tersebut, merupakan pengakuan dan cerminan bahwa wartawan juga bisa memimpin dan disenangi masyarakat.

"Terpilihnya Mardi dan Syamsul, merupakan sebuah prestasi dan kebanggaan bagi kami insan media di Solok. Kami akan mendukung penuh keduanya dalam menjalankan kiprahnya sebagai walinagari. Tidak hanya saran dan masukan, kami juga siap memberikan kritik membangun kepada mereka," ungkapnya.

Roni Natase juga mengharapkan kedua walinagari terpilih tersebut bisa menjaga nama baik mereka dengan menorehkan prestasi. Sebab menurutnya, keduanya juga membawa nama baik profesi wartawan. Roni juga meminta wartawan Solok juga berkiprah di berbagai organisasi kemasyarakatan, kepemudaan dan legislatif di Solok.

"Kita harapkan, rekan-rekan media juga berkiprah di legislatif, Ormas, OKP, dan berbagai bidang lainnya. Sehingga, keberadaan profesi wartawan semakin kuat dan mampu berkiprah secara langsung dalam pembangunan," harapnya.

Gusmal Dt Rajo Lelo & Ny. Desnadefi Gusmal


Sementara itu, Bupati Solok, Gusmal Dt Rajo Lelo, juga menyambut dengan antusias terpilihnya dua wartawan tersebut sebagai walinagari. Menurut Gusmal, hal itu membuktikan bahwa profesi wartawan disukai masyarakat. Gusmal menyatakan, dengan ilmu publikasi pembangunan dan kemasyarakatan yang dimiliki, keduanya mampu berperan dalam membangun masyarakat Kabupaten Solok. Gusmal juga mengharapkan, keduanya bisa lebih maju dan lebih baik dari walinagari-walinagari lain.

"Saya sangat antusias dengan terpilihnya Mardi dan Syamsul. Saya harapkan keduanya mampu menjadi pelopor dan inisiator, serta menjadi contoh bagi yang lain. Seperti Syamsul misalnya, yang dipercaya sebagai Ketua Forwana Kabupaten Solok. Saya harapkan Mardi juga mampu membawa Koto Gaek menjadi contoh bagi nagari-nagari lainnya. Tentu dengan prestasi dan gebrakan-gebrakan," ujarnya.

Gusmal juga menegaskan bahwa profesi jurnalis yang selama ini dikenal sebagai pihak yang mengkritik dan menyorot berbagai kebijakan pemerintahan, bisa menjadi contoh bagi yang lain.

"Jika biasanya mengkritik dan menyorot, tentu mereka akan lebih siapa sebagai pihak yang dikritik dan disorot. Saya berharap, setelah menjadi wlainagari, mereka tidak menghindar dari kritik, tapi menularkan ilmu dan daya kritisnya ke walinagari-walinagari lainnya. Mereka harus menjadi contoh, pelopor, dan inisiator," harapnya. (rijal islamy)

Kamis, 05 September 2019

Juru Kunci Paruh Musim, Ini Skenario Semen Padang Selamat dari Degradasi

PUTARAN pertama Shopee Liga 1 2019 telah berakhir. Bali United mengunci puncak klasemen dengan 40 poin. Klub kebanggaan Ranah Minang, Semen Padang FC, menghuni dasar klasemen dengan 11 poin. Akankah Kabau Sirah terdegradasi, seperti tim juru kunci paruh pertama musim-musim sebelumnya?

Meski belum semua tim menuntaskan 17 pertandingan, putaran pertama Liga 1 2019 telah berakhir. Semen Padang FC mengoleksi 11 poin dari 16 pertandingan dengan rincian dua kemenangan, lima imbang, dan sembilan kali kalah. Total 13 gol berhasil disarangkan berbanding 23 gol kemasukan dengan selisih gol minus 11. Kabau Sirah masih menyisakan satu laga tunda menghadapi Persija Jakarta, yang berlaga di partai final Piala Indonesia.

Paruh pertama Liga 1 Liga Indonesia 2019-2020, menjadi musim kelabu bagi Semen Padang FC. Kemenangan bahkan baru diraih di pekan ke-12, kala menjamu PSIS Semarang. Pelatih Syafrianto Rusli mundur setelah kalah 1-3 dari Tira-Persikabo selepas laga tunda pekan ke-4.

Sejarah membuktikan, tim juru kunci paruh pertama nyaris selalu berakhir dengan degradasi. Apalagi, saat kompetisi berubah nama menjadi Liga 1. Pada 2018, PSMS Medan yang jadi juru kunci paruh musim, dengan koleksi 18 poin, akhirnya terdegradasi setelah mengakhiri kompetisi di urutan paling bawah dengan 34 poin. Juru kunci di edisi 2017, Persiba Balikpapan yang mengoleksi 7 poin, terdegradasi setelah mengoleksi 27 poin di akhir musim.

Saat kompetisi bernama Indonesia Super League (ISL) tahun 2014, yang menggunakan sistem dua wilayah, nasib dua tim penghuni juru kunci paruh pertama, Persijap Jepara dan Persiba Bantul, juga berakhir turun kasta ke Divisi Utama. Nasib serupa juga terjadi pada ISL 2009/2010, tim juru kunci Persitara Jakarta Utara, yang mengoleksi 15 poin di paruh pertama, akhirnya terdegradasi di pengujung musim dengan 28 poin.

Meski begitu, sejarah juga mencatat, ada tiga tim juru kunci paruh musim yang berhasil selamat dari lubang jarum. Ketiga tim tersebut adalah Arema Indonesia di musim 2011/2012, Persija Jakarta di musim 2013, dan Pelita Jaya di musim 2010/2011. Ketiganya selamat dari mimpi terburuk seluruh tim di kasta tertinggi sepakbola Indonesia.



Skenario Semen Padang FC Lolos dari Degradasi

Mungkinkah Semen Padang FC lolos dari jerat degradasi? Secara matematis tentu sangat bisa. Apalagi Arema, Pelita dan Persija telah membuktikannya. Syartanya, tentu saja dengan mengoleksi poin sebanyak-banyaknya di paruh kedua liga. Tapi, bagaimana caranya?

Berkaca pada musim-musim sebelumnya, klub-klub juru kunci paruh pertama, hanya mampu mengoleksi kisaran 20 poin di paruh kedua. Di 2018, PSMS mengoleksi 16 poin dan terdegradasi di poin 34 di akhir musim. Edisi 2017, Persiba Balikpapan mengoleksi 20 poin di paruh kedua dan finish di 27 poin. Persitara Jakarta Utara di 2009/2010, hanya mampu meraup 13 poin di paruh kedua berbanding 15 poin di paruh pertama.

Tapi, jika berkaca pada pengalaman Arema Indonesia dan Persija Jakarta, peluang Semen Padang tetap terbuka lebar. Pada musim 2011/2012, Arema Indonesia mampu meraih 24 poin di paruh kedua, sehingga selamat dari jerat degradasi. Sementara, Persija Jakarta pada edisi 2013, "menggila" dan meraup 30 poin untuk survive. Catatan tersebut, bisa menjadi patokan bagi Semen Padang di paruh kedua nanti. Yakni dengan mengoleksi minimal 24 poin atau 30 poin. Apalagi, selisih poin Semen Padang (11 poin), dengan tim-tim di atasnya tidak sampai sepuluh poin. Yakni Persija Jakarta (14 poin), Barito Putra dan Persela Lamongan (15 poin), Badak Lampung dan PSIS Semarang (16 poin), Kalteng Putra (17 poin), Bhayangkara United (18 poin), hingga Persib Bandung (19 poin) dan Persipura (20 poin). Bahkan, selisih Kabau Sirah dengan peringkat ke-4, Arema FC, hanya 15 poin. Artinya, hanya berselisih 5 kemenangan.

Dari 18 laga tersisa di paruh kedua, untuk meraih 24 poin, Semen Padang harus minimal meraih 8 kali kemenangan dan 10 kemenangan untuk 30 poin. Peluang meraih 24 poin atau 30 poin, sebenarnya bukan hal yang mustahil bagi Kabau Sirah. Pasalnya, dari 18 laga tersisa, Semen Padang bakal memainkan 8 laga kandang di Stadion H Agus Salim Padang. Jadi, Kabau Sirah harus mampu memaksimalkan seluruh laga kandang dan kembali menjadikan "Stadion H Agus Salim sebagai Neraka Bagi Tim Tamu".

Selain itu, di laga tandang, Semen Padang juga harus mulai bisa menyulitkan tim tuan rumah. Kabar baiknya, usaha tersebut sudah terlihat di laga tandang terakhir melawan Madura United, Rabu (28/8/19) lalu. Madura United yang berada di papan atas (peringkat ke-3) berhasil diimbangi dengan skor 1-1.

Dari segi internal klub, Semen Padang harus segera mencari pelatih berkualitas, baik itu lokal maupun asing, yang bisa langsung memberikan dampak signifikan terhadap penampilan tim. Sebab, situasi saat ini, Semen Padang butuh penyelamatan. Artinya, Semen Padang butuh pelatih yang telah mengenal kultur sepak bola Indonesia. Muhammad Zein Al Hadad dan Jafri Sastra barang kali bisa menjadi solusi. Jika melihat sejarah dan catatan mereka sebelumnya.

Muhammad Zein Al Hadad, sosok yang sangat dikenang oleh Persija Jakarta. Mamak (panggilan Zein Al Hadad) pernah menyelamatkan Persija Jakarta tahun 2017 lalu di setengah kompetisi tersisa, usai ditinggalkan pelatih sebelumnya Paul Camargo. Persija yang saat itu berada di tepi jurang degradasi berhasil dibawa pelatih keturunan Arab tersebut selamat. Saat dipegang Mamak, Persija sudah 14 kali tidak pernah menang, sama seperti kondisi Semen Padang saat ini. Usai menyelamatkan Persija, Mamak diganti. Namun, dirinya mengaku tidak masalah, sebab, Mamak memang seringkali hanya berperan sebagai penyelamat tim.

Jafri Sastra, salah satu pelatih asal Sumbar yang sangat disegani di pentas nasional. Jafri menjadi buah bibir saat menjuarai Piala Jenderal Sudirman 2016 bersama Mitra Kukar. Di final, Jafri menghadang Nilmaizar yang saat itu menangani Semen Padang. Pada kondisi Semen Padang saat ini, Jafri Sastra bisa menjadi pilihan. Apalagi, jika melihat rekam jejaknya musim 2018 lalu yang menyelamatkan PSIS Semarang dari jerat degradasi.

Setelah itu, Semen Padang hanya perlu memadukan permainan dengan pemain asing baru yang telah direkrut, yakni Yoo Hyun-koo, Thiago Moura, dan Henrique Santos. Kemudian, memaksimalkan pemain-pemain andalan dan strategi yang mumpuni.

Nasib kini berada di tangan Semen Padang sendiri. Akankah berakhir terdegradasi seperti tim-tim juru kunci paruh musim lainnya atau menolak menyerah seperti Arema Indonesia, Pelita Jaya dan Persija Jakarta? Jawabanya bisa diketahui di akhir Shopee Liga 1 2019.



Tim Legenda Sumatera

Persatuan Sepak Bola Semen Padang atau Semen Padang Football Club (SPFC) didirikan pada 30 November 1980. Klub yang didanai oleh pabrik semen tertua di Indonesia tersebut mengawali perjalanan mereka di kancah sepak bola Indonesia dengan mengikuti Divisi 1 Galatama tahun 1980.

Setelah 2 musim berkompetisi di Divisi Galatama, tahun 1982 Semen Padang FC berhasil menjuarai divisi tersebut dan promosi ke Divisi Utama. Mereka juga berhasil menjuarai Piala Galatama 1992 dengan mengalahkan Arema Malang di final, berkat gol semata wayang Delfi Adri.

Skuad semen Padang FC saat menjuarai Divisi I 1982 era Galatama diantaranya adalah Dahlan, Zalfi (Kiper), Suharno, Edi Muchni, Muharman, Hamdani Lubis, Ramlan, Karyadi Rusni, Asfinal, Suranto, Syafrianto Rusli, Setujuwono, Aprius, Lasdi Arman dengan pelatih Jenniwardin.

Perjalanan Semen Padang FC di kasta tertinggi Liga Indonesia yang dimulai sejak 1982 berjalan datar dan nyaris tanpa gelar selama hampir 10 tahun. Semen Padang FC baru bisa meraih gelar dalam dunia sepakbola tanah air yakni menjadi juara Piala Galatama pada 21 Juli 1992.

Skuad mereka kala menjuarai Juara Piala Galatama 1992 di antranya adalah Trisno Affandi, Toni Tanjung (Kiper), Endra M, Hendra Susila, Welliansyah, Joni Effendi, Nilmaizar, Riki Darman, Asfinal, Ahmad Syukri, Taufik Yunus, Afdal Yusra, Anton Syofnevil, Musfadli, Abdul Aziz, Herizon Idrus, Masykur Rauf, Delfi Adri dengan pelatih Suhatman Imam.

Tahun 1993/1994, Semen Padang FC tampil pertama kalinya di Piala Winner Asia dan berhasil menembus 8 besar. Kala itu tim asal Jepang berhasil menyingkirkan Nilmaizar dan kawan-kawan.

Catatan apik yang pernah diperoleh Semen Padang FC adalah peringkat 4 ISL 2010-2011, Runner Up Piala Indonesia 2012, Juara IPL 2012, Juara Community Shield 2013, 8 Besar AFC Cup, finalis Piala Jenderal Sudirman 2015 dan peringkat 4 Piala Presiden 2017. (rijal islamy)

Jumat, 09 Agustus 2019

Khutbah Idul Adha: Meneladani Ketaatan Dan Pengorbanan Nabi Untuk Menegakkan Islam Kaffah

Khutbah Idul Adha: Meneladani Ketaatan Dan Perngorbanan Nabi Untuk Menegakkan Islam Kaffah

Khutbah Idul Adha: Meneladani Ketaatan Dan Perngorbanan Nabi Untuk Menegakkan Islam Kaffah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ غَيْرِ الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.

أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.

الَلَّهُمَّ صَلِّ وُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.

اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ!

اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،

لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اَللهُ أَكْبَر

اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn, segala puji marilah kita panjatkan ke hadhirat Allah subhanahu wata’ala. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada  Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam beserta keluarga, para shahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya, serta berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskannya ke seluruh pelosok dunia hingga akhir zaman.

Hari ini umat Islam di seluruh penjuru dunia bersama-sama menggemakan pujian atas kebesaran Allah subhanahu wata’ala. Lebih dari 1,57 miliar kaum Muslimin di seluruh dunia mengagungkan asma Allah subhanahu wata’ala melalui takbir, tahlil, dan tahmid. Sementara itu, pada 9 Dzulhijjah kemarin, lebih dari tiga juta saudara kita kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia telah berkumpul untuk wukuf di Padang Arafah, menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ

Ketaatan Nabi Ibrahim

Ma’asiral muslimin rahimakumullah,

Di hari ‘Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1436 H ini, kita mengenang kembali peristiwa agung pengorbanan Nabi Ibrahim dalam menaati perintah Allah subhanahu wata’ala untuk menyembelih putranya, Ismail. Padahal bagi Nabi Ibrahim, Ismail adalah buah hati, harapan dan kecintaannya, yang telah sangat lama didambakan. Namun di tengah rasa cinta itu, turunlah perintah Allah kepadanya untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Allah berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

“Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu” (QS. ash-Shaffat: 102).

Terhadap perintah itu, Nabi Ibrahim mengedepankan kecintaan yang tinggi yakni kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala dan menyingkirkan kecintaan duniawi, yakni kecintaan kepada anak.

Perintah amat berat itu pun disambut oleh putranya, Ismail alaihissalam, dengan penuh kesabaran. Ismailpun mengukuhkan keteguhan jiwa ayahandanya dengan mengatakan:

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Wahai Ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. ash-Shaffat: 102)

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asiral muslimin rahimakumullah,

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tersebut sudah seharusnya menjadi teladan bagi umat Islam saat ini. Tidak hanya teladan dalam pelaksanaan ibadah haji dan ibadah qurban, namun juga teladan dalam berjuang dan berkorban mewujudkan pengamalan syariah Islam secara kaffah.

Ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam melaksanakan syariah Islam mungkin terasa asing bahkan aneh, di tengah peradaban modern yang membanggakan dan mengidolakan kekayaan dan kemewahan duniawi. Semakin kita merasa aneh maka semakin jauh kita dari sikap mental Islamy yang justru semestinya menjadi pakaian dalam kehidupan ini. Inilah ruh Islam yang seharusnya menjiwai segenap aktifitas hidup orang-orang beriman. Tidak sedikit umat Islam yang amalan agamanya hanya sebatas ritual shalat, doa dan dzikir. Sementara hatinya kosong, tidak ada ruh Islamy yang menggema di dalamnya. Kurangnya keyakinan bahwa ibadah itu membawa keselamatan hidup, kurangnya keyakinan bahwa Allah itu mampu memenuhi hajat hidupnya. Maka yang nampak di tengah umat ini kegersangan hati, hidupnya tidak sakinah. Bahkan muslimin Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta inipun tidak mampu membangun kehidupan Islamy yang memberikan kesejahteraan dan kenyamanan hidup yang hakiki sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lemahnya kekuatan ruhiyah ini nampak dari sikap-sikap permisif (serba membolehkan), hedonistis (mengejar kepuasan hidup) dan materialistis (serba materi, semua amal dinilai secara materi).

Peradaban Islam sebagaimana masa Rasulullah dan Khulafaur rasyidin yang dijiwai dengan semangat ukhuwwah dan amal sholeh, kini berubah dengan semangat perpecahan dan perselisihan antar firqoh. Prestasi hidup tidak lagi diukur dengan taqwa dan amal sholih, melainkan diukur dari banyaknya harta dan titel status sosial.

Pergeseran Orientasi Hidup

Ma’asiral muslimin rahimakumullah,

Apa yang sedang terjadi di tengah umat ini adalah sebuah pergeseran orientasi hidup. Arah dan tujuan hidup semakin bergeser, secara pelan tetapi pasti, yaitu dari orientasi hidup ukhrowi ke orientasi hidup duniawi. Kecintaan yang besar terhadap dunia nampak sekali dari bobot perjuangannya yang luar biasa sepanjang hidupnya. Pola hidup zuhud dan qonaah yang diterapkan Rasulullah dan para sahabat beliau dahulu mungkin sudah dianggap hina dan tidak bergengsi. Naudzubillah min dzaalik. Allah berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran 14).

Perangkat dunia seperti emas, perak, sawah ladang memang perhiasan yang boleh dimiliki manusia, tetapi Allah mengingatkan bahwa akhirat itu yang lebih baik. Tentu dimaksudkan agar manusia jangan terpedaya dengan dunia yang fana dan justru melupakan akhirat yang lebih baik lagi kekal abadi.

الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya (QS. Al-Kahfi 104).

Kecintaan yang berlebihan terhadap dunia pada akhirnya membuat perubahan besar pada orientasi hidup manusia juga umat Islam. Akhirat tidak lagi nampak dalam hati dan pikirannya. Mereka menjadikan dunia sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Diyakini yang membuat bahagia adalah uang dan harta kekayaan, yang membuat terhormat di tengah masyarakat adalah jabatan dan status sosial lainnya. Tanpa terasa mereka terjerumus dalam kemusyrikan. Allah berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah (QS. Al-Baqarah 165).

Dampak dari perubahan orientasi hidup ini adalah lemahnya ketaatan, semangat pengorbanan dan perjuangan menegakkan syariah Islam.

Lemahnya Ukhuwwah Ummat

Ma’asiral muslimin rahimakumullah,

Selain persoalan kehidupan pribadi – pergeseran orientasi hidup, ummat Islam juga menghadapi persoalan yang lebih besar menyangkut kehidupan ummat secara global, yaitu lemahnya ukhuwwah ummat. Perwujudan ukhuwwah yang semakin lemah ini merupakan hasil upaya konspirasi global untuk memecah belah umat Islam sedunia.

Padahal ikatan ukhuwwah ummat sebagai ummatan waahidah merupakan bagian penting dalam melaksanakan syariah Islam secara kaaffah. Keterpurukan umat di belahan bumi ini karena belum diamalkannya syariah Islam secara kaffah dalam kehidupan. Saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Rohingya di Myanmar dan lainnya, kini hidup dalam penjajahan, disiksa, dibantai dan banyak yang diusir dari negerinya, tanpa ada yang melindungi dan membelanya. Khusus Palestina beserta Masjid Al-Aqsha kini terus diserang dan dirampas Yahudi Israel. Mereka ingin membersihkan bumi Palestina dari muslimin dan menjadikan Al-Aqsha sebagai bagian tempat ibadah mereka.

Muslimin dari Syuriah kini tertindas dan terusir dari negerinya karena perbedaan paham agama. Mereka kini terlunta-lunta mencari tempat hidup ke negara-negara kafir di Eropa, sementara negara-negara muslimin terdekat justru diam bahkan ikut memusuhinya. Inilah korban hancurnya ukhuwwah ummat Islam sedunia. Sementara di Indonesia, rakyat terhimpit kemiskinan, harga-harga kebutuhan pokok terus membumbung tinggi, pendidikan mahal tapi kualitasnya rendah, kekayaan alam dikeruk oleh korporasi asing, budaya kufur semakin marak, dan korupsi kian merajalela.

Sungguh, pangkal keterpurukan ini bersumber pada satu hal yakni penyimpangan dari tuntunan Allah subhanahu wata’ala. Ini karena kaum Muslimin berpaling dari Al-Quran. Keadaan itu telah diterangkan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam QS. Thaha 124:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta…”.

Menurut Imam Ibnu Katsir makna “berpaling dari peringatan-Ku” adalah: menyalahi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, melupakannya dan mengambil petunjuk dari selainnya (Tafsir al-Quran al-‘Azhim, V/323).

Sedangkan penghidupan yang sempit tidak lain adalah kehidupan yang semakin miskin, menderita, terjajah dan tertindas, sebagaimana yang terjadi di negeri-negeri Muslim sekarang.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ

Mengembalikan Ketaatan Mu’minin

Ma’asiral muslimin rahimakumullah,

Di hari Idul Adha ini kembali kita diingatkan akan hebatnya ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ketaatan hamba-hamba Allah dalam menunaikan syariah secara kaaffah adalah sebuah komitmen hidup yang tidak bisa ditawar lagi. Dengan ketaatan inilah akan melahirkan semangat pengorbanan yang ikhlas dalam kehidupan mu’minin.

Bagi umat Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Allah bahkan menetapkan Ulil Amri sebagai satu diantara sumber ketaatan mu’minin, sebagaimana firman Allah dalam Surat an-Nisa: 59, sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri diantara kamu (QS. An-Nisa 59).

Penetapan Ulil Amri sebagai sumber ketaatan ini merupakan syariat bagi keberlanjutan kepemimpinan umat hingga akhir jaman sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dimanapun muslimin berada. Tidak berhenti pada masa Rasul saja. Pertanyaannya adalah: Sebagai orang beriman, siapa Ulil Amri anda?

Kata “Ulil Amri minkum” pada ayat diatas menunjukkan bahwa Ulil Amri adalah pimpinan diantara kalian orang-orang beriman, bukan pemimpin lintas agama. Maka sepeninggal wafatnya Rasulullah, umat Islam/para sahabat bermusyawarah hingga akhirnya membaiat/mengangkat Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai Ulil Amri dengan sebutan Khalifah Abu Bakar, periode berikutnya Umar bin Khothob dan Utsman bin Affan dengan sebutan Amirul Mu’minin serta Ali bin Abi Tholib dengan sebutan Imam Ali.

Kehidupan muslimin sepeninggal Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin berangsur-angsur mengalami perpecahan. Munculnya berbagai pemahaman dan penafsiran, didukung oleh semangat kebangsaan/ashobiyah, dipisahkan oleh kepentingan politik serta diadudomba oleh konspirasi global Zionis Yahudi – maka lengkaplah skenario perpecahan umat Islam hingga hari ini.

Solusinya sudah Allah berikan dengan QS. an-Nisa 59 diatas. Dengan ayat tersebut jelaslah bahwa bagi umat Islam, mengamalkan syariah Islam selain mentaati Allah (al-Qur’an) dan Rasulullah (al-hadits), melainkan masih ada satu lagi yang umumnya belum diamalkan yaitu keberadaan Ulil Amri sebagai penggembala umat ini. Ulil Amri itulah yang mengkordinasikan pengamalan syariah secara kaaffah. Masyarakat yang memiliki undang-undang tapi tanpa penegak hukum tentu kacau dan anarkhis. Demikian pula umat Islam dengan al-Qur’an dan as-Sunnah tanpa Ulil Amri sebagai institusi pelaksana syariah, maka masing-masing golongan berjalan sendiri-sendiri bahkan saling bangga dan memusuhi sesama muslimin.  Allah mengingatkan:

وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَمِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka  (QS. Ar-Ruum 31-32).

Memang perubahan besar dunia menuju tegaknya syariah secara kaaffah tidak mudah, namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang besar dari segenap kaum muslimin. Dengan pengorbanan itu, insyaAllah perjuangan yang sekilas tampak sulit itu akan menemukan hasilnya, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah subhanahu wata’ala:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka —sesudah mereka berada dalam ketakutan— menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Siapa saja yang kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS. An-Nuur: 55).

Dalam upaya menyempurnakan amalan Islam, maka sudah saatnya umat Islam merapatkan ukhuwwah, hidup berjama’ah dan lepaskan baju-baju firqoh yang hanya membawa bencana ummat. Dimanapun berada hendaknya kita meningkatkan ketaatan kepada Allah, dengan segala usaha dan pengorbanan yang dapat kita lakukan. Demikian pula meneladani perilaku hidup Rasulullah, serta mengangkat dan mentaati Ulil Amri sebagai wujud pengamalan Islam yang kaffah. Jika Nabi Ibrahim dengan ketaatannya rela mengorbankan anak kesayangannya, maka pengorbanan apa yang kita relakan sebagai wujud ketaatan kita dan pengharapan kita akan ridho dan ampunan Allah?  Semoga hari raya Qurban ini menjadi awal peningkatan kataatan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ma’asiral muslimin rahimakumullah,

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah, semoga Allah Swt mengabulkan seluruh permohonan kita. Semoga Allah Swt memberi kita kesabaran dan keikhlasan, serta menguatkan kita untuk berperan penting dalam upaya melakukan perubahan besar dunia menuju tegaknya syariah Islam yang kaaffah dalam kepemimpinan Khilafah Ala minhajin Nubuwwah.

أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات

اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ

اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Senin, 29 Juli 2019

Pesan Dari Habib Umar Tentang Hati

 Pesan Dari Habib Umar Tentang Hati

"Ada manusia yang mana amalannya seperti gunung di dunia, akan tetapi di akhirat umpama debu yang berterbangan, karena hatinya."

"Kedengkian sesama muslim itu adalah penyakit, jadilah kamu seorang da'i, yakni yang mengajak), dan bukannya seorang qadi, yakni yang menghukum. Semua para wali ALLAH itu, diangkat derajatnya, oleh ALLAH, karena hatinya yang bersih, tidak sombong, tidak dengki, dan selalu merendah hati."

"Sebagai tanda jika ALLAH Ta'ala ingin menutupi semua kejahatanmu, Maka ALLAH akan jadikan dirimu senang menutupi aib orang lain. Dan ketika ALLAH ingin membuka aibmu, ALLAH jadikan pula dirimu suka mencari-cari aib atau kekurangan orang lain."

"Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang yang merendah hati, dan, tidak suka mencari cari aib atau kekurangan orang lain."

(Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz BSA)

Mencari Rizki Yang Barokah

  Mencari Rizki Yang Barokah

Alhamdulillah. Tiada yang patut kita puji selain Alloh Swt. Tiada yang bisa kita jadikan tempat berlindung dan meminta kecuali Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Mencukupi rezeki seluruh makhluk-Nya, mengkaruniakan kepada kita kebeningan hati. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Alloh Swt. berfirman, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semunya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Huud [11]: 6).

Saudaraku, kita diciptakan oleh Alloh dilengkapi dengan rezeki. Rezeki ditentukan setelah usia empat bulan di rahim ibu kita. Rezeki ada yang baik atau yang buruk, tergantung cara kita menjemputnya. Rezeki yang buruk disebabkan cara menjemputnya yang buruk.

Setiap makhluk sudah ada rezekinya. Misalnya, Alloh menciptakan pohon terbatas gerakannya. Karena pohon tidak lincah, maka makanannya didekatkan lewat akar. Rezekinya didekatkan, ini sengaja diatur oleh Alloh Swt.

Begitupun binatang, misalnya singa, pada waktu masih bayi dia tak bisa mengejar rusa, maka Alloh menyediakan air susu di tubuh induknya. Ketika air susunya berhenti, Alloh menggantinya dengan makanan yang diburu induknya. Setelah besar dia berburu sendiri. Makin kuat fisiknya, makin tinggi kualitas ikhtiarnya.

Begitupun manusia, dalam perut ibu rezekinya masuk lewat tali ari-ari karena belum bisa berbuat apa-apa. Setelah lahir, walau tali ari-ari digunting, tetap saja bertemu dengan rezeki lewat air susu ibu. Saat air susu berhenti, Alloh menyediakan berbagai makanan yang kalau lapar tinggal menangis, maka rezeki akan datang. Makin dewasa harus makin gigih ikhtiarnya menjemput rezeki karena Alloh telah menyiapkan kekuatan fisik, akal dan panca indera.

Karenanya, janganlah malas mencari nafkah, binatang pun selalu berikhtiar untuk mendapatkan rezekinya. Rasululloh Saw. pernah terkesan kepada burung yang pergi dengan perut kosong, tapi setelah terbang kembali dengan perut kenyang. Jadi, kuncinya adalah terbang (bergerak) dan itu tak bisa didapatkan dengan sayap yang malas. Binatang yang tak mempunyai akal saja berikhtiar hingga bisa bertemu dengan rezekinya. Mustahil manusia yang mempunyai akal tak bertemu dengan rezekinya.

Alloh Swt. sudah menyiapkan perangkat ikhtiar lahiriah dan ruhiah. Kita membutuhkan tokoh-tokoh ekonomi yang tak hanya kuat berpikir, tapi juga bisa menggerakkan potensi. Membangkitkan kondisi ekonomi tak hanya dengan teori duniawi belaka, tetapi juga harus dengan teori tentang bagaimana Alloh membimbing kita menemukan rezeki.

Jikalau kita merasa ada masalah dengan rezeki kita, maka kita harus mengevaluasi sikap kita terhadap rezeki yang Alloh berikan. Karena ada orang yang diberi rezeki, namun rezekinya berubah menjadi musibah karena salah menyikapinya. Jangan-jangan Allah telah memberi banyak, tetapi kita kufur nikmat.

Lihatlah pula ikhtiar kita. Jangan-jangan ikhtiar kita belum benar, malas atau tidak memakai ilmu. Segala sesuatu harus dengan ilmu, termasuk untuk mendapatkan rezeki, kalau tak pernah mencari ilmu, tak akan bertemu dengan rezekinya. Tak mau mencari ilmu sama dengan tak mau mendapatkan rezeki.

Gigih ikhtiar menjemput rezeki harus seiring dengan amalan yang disukai Alloh. Amalan yang bisa membuka pintu rezeki misalnya sholat tepat waktu, memperbanyak istigfar, silaturahim, dan sedekah. Cara menjemput rezeki ini in syaa Alloh adalah cara yang Alloh sukai, dan akan mempertemukan kita dengan rezeki yang berkah.

Ya Allah, bukakan hati kami agar selalu yakin Engkaulah satu-satunya penjamin rezeki. Bimbinglah kami agar dapat menyempurnakan ikhtiar menjemput rezeki-Mu dengan cara yang Engkau ridhai. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Baarakallah Drs.H.Tamar Tarewe.

Inilah Alasannya Riba Diharamkan

 Inilah Alasannya Riba Diharamkan

Riba merupakan perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Allah dan Rasul-Nya, serta umat muslim telah sepakat akan keharaman riba. Tentunya keharaman ini memiliki beberapa sebab yang mengandung mafsadah atau kerusakaan yang berakibat pada kebinasaan.

Mengenai keharaman riba, Allah SWT telah berfirman dalam Alquran surat Ali Imran ayat 130:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda, dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Ali Imran: 130).

Begitupun dalam hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah disebutkan mengenai keharaman riba,

"Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya’ir (sejenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma dijual dengan korma, dan garam dijual dengan garam, takarannya sama rata dan dibayar dengan kontan. Siapapun yang menambah atau meminta tambahan maka ia telah melakukan riba." (HR. Muslim).

Imam ar-Razi memaparkan sebab-sebab mengapa Islam melarang transaksi riba. Di antaranya ada 4 alasan yang menjadikan transaksi riba dilarang dalam Islam.

Pertama, merampas kekayaan orang lain. Dengan melakukan riba, tentunya kita telah melakukan penambahan dalam proses pembayarannya. Misal satu rupiah ditukar dengan dua rupiah, satu kilo ditukar dengan dua kilo, atau dalam takaran Arab satu wasaq ditukar dengan dua wasaq. Jenis transaksi seperti ini sangatlah dilarang oleh Islam, sebab akan merugikan salah satu pihak.

Begitupun dalam peminjaman utang yang disertai riba. Si peminjam dikenai batas waktu untuk membayar, namun ada penambahan di setiap pembayaran tanpa melalui kesepakatan. Hal tersebut akan mencekik si peminjam di kemudian hari.

Imam ar-Razi menentang praktik seperti ini sebab keuntungan yang diperoleh kreditor tidak masuk akal, sebab seharusnya kreditor menginvestasikan uangnya untuk dikembangkan dalam usaha-usaha yang dapat mendatangkan keuntungan, namun kenyataannya ia tidak menginvestasian modalnya tersebut, namun meminjamkannya dengan menuntut pembayaran lebih.

Kedua, merusak moralitas. Kita telah banyak menyaksikan kehancuran dan kebobrokan yang disebabkan oleh uang. Dari mulai perebutan kekuasaan sampai kasus suap-menyuap. Hati nurani sebagai cerminan jiwa yang paling murni dari keutuhan seseorang dapat runtuh dengan uang yang sudah merasukinya.

Orang yang sudah gila harta, dan melakukan riba akan sangat tega merampas apa saja yang dimiliki oleh si peminjam, kaya maupun miskin. Padahal ada satu pertimbangan khusus yang mesti dipehatikan bagi si peminjam, yaitu jika dia kesulitan maka boleh utangnya ditangguhkan, sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 280:

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 280)

Ketiga, melahirkan kebencian dan permusuhan. Bila egoisme akan harta telah merasuk di jiwa seseoang, maka tidak mustahil akan terjadi permusuhan dan kebencian, terutama antara si kaya dan si miskin.

Keempat, yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Keadaan seperti ini dapat kita pahami terutama saat kebijakan uang semakin ketat atau dapat disebut tight money policy. Dalam keadaan seperti ini, si kaya akan memeroleh suku bunga yang sangat tinggi, sementara dikarenakan mahal, maka si miskin pun bertambah miskin karena kesulitan untuk meminjam dan membuka usaha.

Empat hal ini yang menjadikan riba dilarang dalam Islam, terlepas dari perbedaan dan perdebatan terkait hal-hal apa yang termasuk dan dikategorikan sebagai riba.

Wallahu A’lam.

Kamis, 25 Juli 2019

Saat Menerima BLT, Tukang Beca Menginfakkan Semuanya

Saat Menerima BLT, Tukang Beca Menginfakkan Semuanya

INFONEWS.CO.ID ■ Dari kisah infaq tukang becak ini, DKM atau Takmir Masjid perlu mengambil ibrah. Bahwa semestinya masjid itu melayani umat dan menjadi solusi.

Dan ketika pelayanan masjid dirasakan oleh umat, mereka merasa memiliki, dan dengan ikhlas berinfaq kepada sesuatu yang mereka cintai.

Ustadz Muhammad Jazir, Ketua DKM Masjid Jogokariyan yang menjadi saksi ketulusan tukang becak itu mengungkapkan, pada tahun 1999, infaq di Masjid Jogokariyan hanya mencapai Rp 8.640.000 setahun.

Setelah pelayanannya diperbaiki, infaq meningkat menjadi Rp 43 juta setahun pada tahun 2000-an. Meningkat terus pada kurun 2006-2008 menjadi Rp 225 juta per tahun. Lalu Rp 354 juta pada 2010. Dan kini, untuk infaq buka puasa saja mencapai milyaran rupiah.

Kedua, kita semua juga bisa mengambil ibrah dari tukang becak. Yang sangat ingin berinfak. Ia menunggu-nunggu kapan punya uang untuk berinfak. Dan saat menerima BLT, ia menginfakkan semuanya.

BACA JUGA:  Wanita Itu Istimewa 

Bisa jadi, tukang becak itu telah melampaui kebajikan kita, karena ia menginfakkan uang yang sebenarnya sangat ia butuhkan. Uang yang sebenarnya sangat ia sukai ketika mendapatkannya.

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali Imran: 92)

Kisah infaq seperti ini hendaknya menguatkan kembali semangat kita untuk berinfaq. Yang dengannya kita bisa mencapai kebajikan yang sempurna. Yang dengannya kita mendapatkan cinta dan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang dengannya musibah tercegah dan bahagia hadir dalam jiwa. Dan dengannya semoga kita mendapatkan ridha-Nya dan dijadikan ahli surga.

Inilah Pelajaran yang sangat berharga untuk dipetik Dan diterapkan di masjid lain bahwa masjid harus melayani jamaahnya dengan baik dan ramah, dan menjadi solusi masalah yang dihadapi jamaah.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Senin, 22 Juli 2019

Semua Sampah ke TPA Hanya 70% Organic Yang bisa terurai

Semua Sampah ke TPA Hanya 70% Organic Yang bisa terurai

Sekitar 15-20% adalah plastik yang tidak bisa terurai. Problemnya 15-20% sampah plastik Konvensional yang tidak terurai selama 500-1000 tahun, jadi problem besar termasuk salah satu alasan besar terjadinya longsor TPA Leuwi gajah di Bandung yang mengakibatkan 167 orang meninggal dunia

Tragedi yang di jadikan peringatan Hari Sampah National setiap 21 Feb untuk mengingat malapetaka longsornya TPA Luwigajah.

Undang-Undang Sampah tahun 2008, kita juga mengharuskan semua sampah yang ke TPA harus terurai di alam termasuk 15-20% sampah plastik.

Video diatas confirm kalau sampah rumah tangga di timbun yang terjadi lama-lama yang tersisa memang tinggal plastik yang tidak terurai ini menjadi maslah untuk di selesaikan secara holistik

Maka penting semua sampah plastik ke TPA harus bisa terurai.

Pertanyaan sederhananya apa bisa kita menghilangkan pembungkus dari plastik waktu beli sayur-sayuran, buah-buahan, Jajanan basah dan lain sebagainya ?

Mengurangi & do not overused … YES.

Tapi menghilangkan akan susah dan tidak bijak karena akan timbul probem lebih besar lagi :

Hygienic issue karena plastik-plasti itu kan untuk proteksi makanan.

Shelf life makanan akan sangat pendek kalau tidak ada plastik packaging yang memadai.

Sekarang saya perkirakan 40% makanan yang kita panen di hulu tidak sampai ke meja kita langsung, Bayangkan kalau tanpa ada packaging plastik untuk extend the shelf life dari makanan-makanan tersebut ?

Jadi penting dan sudah benar pengunaan plastik-plastik yang ramah lingkungan kalau masih harus dipakai Plastik, agar bisa terurai di  TPA sesuai dengan Regulasi Pengolahan sampah UU 18/2008, sampah yang sampai ke TPA harus terurai

Jakarta, 21 Juli 2019

Salam Lestari

“Tertib di darat bersih di laut” []

Selasa, 09 Juli 2019

Jika Ada Kamera Tersembunyi di Kamar Hotel, Lakukan 4 Hal Ini

  Jika Ada Kamera Tersembunyi di Kamar Hotel, Lakukan 4 Hal Ini

INFONEWS.CO.ID ■ Beberapa kali tempat penginapan tertangkap memasang kamera tersembunyi di kamar tidur atau kamar mandi. Entah apa motif mereka, yang jelas kejadian berulang seperti ini tentu saja membuat orang yang menginap baik hotel, Airbnb, ataupun penginapan lainnya merasa was-was.

Kamera tersembunyi bisa ditempatkan sebuah objek yang tidak mungkin diperhatikan dan sangat kecil. Daripada terus khawatir, berikut ini beberapa cara mengenali jika ada yang diam-diam memasang kamera tersembunyi untuk mengawasi Anda di penginapan, menurut pakar keamanan, seperti dilansir Huffington Post.

1. Cari obyek yang tidak pada tempatnya

Perhatikan benda-benda di tempat yang tidak biasa, kata Carrie Kerskie selaku CEO Griffon Force yang melayani konsumen tentang pencurian identitas dan masalah privasi pribadi, seperti kamera tersembunyi.

BACA JUGA: Cara Menghilangkan Penghalang Jodoh 

"Jika Anda melihat pendeteksi asap di sebuah tempat yang terlihat tidak biasa, jika ada dua dari mereka saling berdampingan, itu harus dicurigai," kata Kerskie.

2. Nyalakan cahaya untuk mendapat bayangan lensa

Salah satu cara mudah adalah matikan lampu di kamar dan gunakan cahaya lain, seperti korek untuk memindai.

"(Kamera) memiliki lensa seperti kaca. Jika melihat radio jam yang ada di sebelah ranjang dan mendapati pantulan titik tak biasa di permukaannya, itu bisa jadi tanda," kata Kerskie.

Sementara konsultan IT, Andrew Barker menambahkan, jika mematikan lampu dan menyalakan cahaya pada alat yang dicurigai, Anda akan menemukan pantulan lensa.

"Ini membantu tapi bisa menciptakan kesalahan positif, di mana sesuatu yang bercahaya pada sebuah alat memberi bayangan dan itu biasanya bukan kamera tersembunyi," katanya.

3. Pindai jaringan wi-fi

Ini bagaimana Barker mengungkap kamera tersembunyi dalam penyewaan Airbnb. Dia mengatakan, bagaimana pemilik penginapan bisa menggunakan aplikasi pemindai jaringan yang akan mencantumkan alat yang terhubung dengan jaringan, bersama dengan alamat IP dan pabrikannya. Dalam kasusnya, Barker sendiri menemukan alat bernama IPCamera.

"Jika kamera tidak berada di jaringan yang sama, saya tidak akan menemukannya," ujarnya.

Barker menggunakan aplikasi Android yang disebut Network Scanner. Ada juga aplikasi seperti Fing yang tersedia di iOS dan Android, yang dapat memindai jaringan wifi dan daftar semua perangkat lain yang menggunakan jaringan sama.

"Jika Anda melihat sesuatu yang lain di sana, itu bisa jadi indikasi ada kamera," ucap Kerskie.

Namun menurut Jack Plaxe selaku pendiri dan Direktur Security Consulting Alliance di Kentucky, tidak setiap kamera memiliki alamat IP atau terhubung wifi. Beberapa kamera tersembunyi berukuran mini hanya merekam ke kartu SIM yang disematkan dalam perangkat.

4. Lepas dan tutupi

Jika mencurigai sedang dimata-matai tapi tidak bisa memastikannya, satu teknologi termudah dan termurah adalah dengan menutupi objek mencurigakan.

"Jika mencurigai sesuatu di dalam kamar, seperti jam alarm, ambil pakaian dan tutupi benda tersebut. Jika ada lensa di sana, tidak akan bisa mengambil gambar dengan ditutup seperti itu," kata Plaxe.

Bisa juga lepaskan objek yang tidak perlu selalu terpasang. Itu karena beberapa kamera tersembunyi perlu dicolokkan ke sumber daya untuk bisa beroperasi. (Sumber: viva)



Minggu, 07 Juli 2019

Sutopo Purwo Nugroho, Pahlawan Kemanusiaan Telah Berpulang

 Sutopo Purwo Nugroho

INFONEWS.CO.ID ■ Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho berpulang ke Rahmatullah setelah sempat berjuang melawan penyakit kanker paru-paru stadium 4B yang dideritanya sejak akhir 2017. Kabar duka tersebut disampaikan oleh istri Sutopo, Retno Utami Yulianingsih dari Rumah Sakit St. Stamford Modern Cancer Hospital, Guangzhou, Tiongkok, Minggu (7/7).

Putra dari pasangan Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari ini berpulang sekitar pukul 02.20 waktu Guangzhou atau sekitar pukul 01.20 WIB. Selain meninggalkan seorang istri, Sutopo juga meninggalkan dua orang putra, yakni; Muhammad Ivanka Rizaldy Nugroho dan Muhammad Aufa Wikantyasa Nugroho.

Sesuai rencana, jenazah akan dipulangkan ke Tanah Air dan dijadwalkan tiba pada hari Minggu 7 Juli pukul 20.30 WIB di Bandara Soekarno Hatta untuk disemayamkan di rumah duka di Raffles Hill I-6 No 15 Cibubur. Kemudian jenazah akan diterbangkan ke Solo melalui Bandara Soetta pada hari Senin 8 Juli pukul 05.20 WIB untuk selanjutnya dimakamkan di tempat kelahirannya di Boyolali.

BACA JUGA: 11 Villages in Sukoharjo Potential for Clean Water Crisis 

Kepala BNPB, Doni Monardo memerintahkan kepada seluruh staf untuk menyiapkan segala sesuatunya terkait pemakaman. Doni juga meminta secara khusus agar penerimaan jenazah sang Pahlawan Kemanusiaan itu dapat diproses dengan pemakaman menggunakan tradisi kedinasan BNPB dan juga melibatkan unsur BPBD Boyolali dan Jawa Tengah.

"Pak Topo adalah Pahlawan Kemanusiaan yang telah ikut membesarkan nama BNPB sejak dibentuk tahun 2008. Pak Topo juga telah mengharumkan nama Indonesia dalam sejumlah karyanya antara lain Penghargaan tertinggi yang diterima Pemerintah RI di Baku Azerbaijan dari PBB di Bidang Inovasi Kebencanaan melaui "Petabencana", ungkap Doni.

Sutopo meninggalkan Tanah Air menuju Guangzhou, Tiongkok untuk menjalani pengobatan sejak 15 Juni 2019 lalu. Menurut dokter, waktu pengobatannya yang dijalani Sutopo akan memakan waktu selama 30 hari. Akan tetap Sutopo telah dipanggil terlebih dahulu sebelum menyelesaikan pengobatannya tersebut. Informasi terakhir, kanker yang dideritanya telah menyebar ke otak, tulang dan beberapa organ vital tubuh lainnya.

Dalam menjalankan tugas sebagai Pahlawan Kemanusiaan dan informan andalan BNPB, Sutopo selalu tampil dengan penuh totalitas dalam memberikan informasi kebencanaan. Sebagai contoh ketika Indonesia dilanda bencana bertubi-tubi pada tahun 2018 seperti gempabumi beruntun di NTB, gempabumi disusul tsunami dan likuifaksi yang dahsyat di Sulawesi Tengah, dan tsunami senyap di Selat Sunda.

Bencana tersebut menimbulkan banyak jatuh korban jiwa dan dampak kerugian mencapai puluhan trilyun rupiah. Pada saat yang bersamaan sesungguhnya, pada tahun 2018 Sutopo juga sedang berjuang untuk tetap hidup di tengah sakit kanker paru-paru yang menggerogoti tubuhnya.

Selain berjuang melawan penyakit kanker stadium 4B, ia juga tidak menyerah melawan berbagai berita yang simpang siur dan informasi bohong alias hoaks terkait bencana melalui media sosial yang ia kelola secara pribadi dan tentunya melalui siaran pers bersama para awak media semasa hidup.

Selama proses pengobatan kemoterapi di Indonesia, Sutopo selalu langsung kembali ke kantor untuk memberikan konferensi pers. Di rumah sakit ia membuat siaran pers dan menyebarkan ke ribuan wartawan yang dikelolanya dalam grup WhatsApp bernama Wapena dan Medkom BNPB 1-7.

Sutopo juga sering menyelenggarakan konferensi pers di kediamannya ketika bencana terjadi pada akhir pekan. Di manapun dan kapanpun, Sutopo selalu hadir untuk mengabarkan informasi bencana di Tanah Air. Selain pernah melakukan wawancara dengan media di rumah, ia juga melayani awak media di halaman rumah sakit, di mall, atau bahkan pernah di TPU Pondok Rangon saat dirinya melayat, dan sebagainya

Media dan masyarakat selalu menunggu penjelasan Sutopo setiap saat terjadi bencana. Banyak media dan masyarakat yang membutuhkan informasi secepat mungkin. Apa yang dilakukan Sutopo selama ini dengan memberikan pernyataan resmi dan menjelaskan kejadian dan penanganan bencana menjadi wujud bahwa negara hadir di tengah masyarakat dalam kondisi apapun.

Pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1969 itu selalu mencintai pekerjaaannya sebagai juru bicara BNPB. Ia juga selalu bekerja dengan passion sehingga karirnya selalu meningkat dalam waktu yang singkat. Sutopo selalu berpesan dalam setiap kesempatan bahwa, "Kita jangan besar karena jabatan tapi dimana pun kita ditempatkan besarkan jabatan itu".

Dedikasi Sutopo sebagai Aparatur Sipil Negara yang berprestasi telah dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang ia raih sejak tahun 2012, baik untuk individu maupun untuk unit kerja yang dipimpinnya yaitu Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. Meski hampir semua penghargaan itu atas nama pribadinnya, namun bagi Sutopo semua penghargaan itu ia didedikasikan untuk BNPB.

Beberapa penghargaan yang dicapai tahun 2018 dan 2019 adalah:

Tahun 2018:

1. The First Responder Asia, dari The Straith Times, Singapura
2. The Most Inspirational Aparat Sipil Negara (ASN), dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN RB)
3. Communicator of the Year 2018, dari Kementerian Komunikasi dan Informasi
4. Pegawai Sipil Negara (PNS) Inspiratif  Terfavorit 2018, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kemen PAN RB
5. Outstanding Spokeperson of the Year 2018, dari dari Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC)
6. Pejabat Tinggi Pratama Teladan, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN RB)
7. Tokoh Komunikasi Kemanusiaan, dari Kementerian Komunikasi dan Informasi
8. Human Initiative Award 2018, dari PKPU
9. Tokoh Teladan Anti Hoax, dari Mafindo
10. Humas Pemerintah Terbaik, dari Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas Indonesia)
11. Inspirator Terbaik Penyintas Kanker Paru, dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
12. IAGI Award 2018, dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
13. PNS Inspiratif 2018, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN RB).

Tahun 2019:

1. Obsesion Award 2019 Kategori Best Bureaucrats, dari Obsession Media Group (OMG)
2. Tokoh Perubahan Republika 2018, dari Republika
3. Public Relation Berkinerja Cemerlang, dari Majalah PR Indonesia
4. Liputan6 Awards 2019 Kategori Pengabdian Masyarakat, dari SCTV

Kini, Sang informan andalan BNPB telah berpulang. Pahlawan Kemanusiaan itu akan selalu dikenang. Selamat jalan, Pak Topo. Beristirahatlah dengan tenang di SisiNya. Doa kami menyertaimu.

Rita Rosita. S
Kepala Bidang Humas BNPB


Stagnasi Pembangunan Sumatera Barat, Adalah Sebuah Kegagalan


Membaca Sumatera Barat ibarat membaca lembaran-lembaran dalam buku. Kita membaca lembaran demi lembaran sampai tuntas, tapi mendapatkan kesimpulan yang sama dari setiap paragraf yang ada pada lembaran. Begitulah kiranya saya melihat perkembangan Sumatera Barat beberapa tahun terakhir. Perjalanan Sumatera Barat beberapa tahun terakhir bisa dikatakan stagnan. Bahkan cenderung gagal dalam melihat dan mengembangkan potensi yang ada. Pemerintah Sumatera Barat tidak mampu mengemas “produk lokal” menjadi sebuah peluang yang bisa dikembangkan.

Kita mesti menyadari, wilayah Sumatera Barat di dominasi oleh kawasan pertanian dan wisata. Pertanian adalah basis utama dari masyarakat Sumatera Barat. Sebagai contoh, Kabupaten Solok adalah kawasan pertanian dengan simbol “Bareh Solok”. Sebuah simbol filosofis yang mengambarkan kondisi dari masyarakat Solok. Simbol tidak dibuat dengan pandangan dangkal. Melainkan sebuah kajian yang mendalam akan gambaran kehidupan masyarakat solok itu sendiri. Pertanyaannya, “majukah pertanian di Solok? “. Itu sampel kecil dari sebuah potensi pertanian.

Kedua perihal pariwisata, menilik wacana wisata halal yang sudah menuju kepada perda. Draft yang sudah dimulai dari tahun 2017, sampai hari belum juga rampung. Ada beberapa poin yang menarik dari isi draft tersebut yang di bahas. Antara lain pertama prinsip-prinsip pembangunan wisata halal seperti pembangunan masjid dan mushola. Kedua pengawasan industri yang merujuk kepada pengawasan makanan halal. Dan ketiga prinsip yang tidak melupakan local wisdom.

Pertanyaannya, mampukah regulasi dari wisata halal menyentuh kepada pokok persoalannya. Sebuah konsep yang tidak hanya berhenti pada wacana dan simbol-simbol. Apakah wisata halal yang disamakan dengan wisata religi itu sebuah konsep yang diterapkan hanya untuk masyarakat yang dalam artian penyedia prasarana dan produk saja? Dan bagaimana sikap bagi orang yang datang dalam berwisata halal atau religi.

Sampai hari ini, belum siapnya perda akan menambah perjalanan panjang dari percobaan pembangunan wisata Sumater Barat. Setelah perda selesai, barang tentu mempunyai waktu untuk menyosialisasikan kepada masyarakat agar paham dengan prinsip-prinsip yang ada dari wisata halal itu sendiri.

Lantas, bagaimana dengan tempat-tempat pariwisata yang belum memiliki penunjang. Bukankah ini masih pekerjaan lama yang belum tuntas dan dihadapkan dengan tantangan baru. Semoga saja “satu dua dayung tiga kali pulau terlampau”

Kesimpulan kecil yang bisa saya baca dari kondisi hari ini ialah, tenyata pemimpin sumatera hari ini tidak memiliki visi yang progresif. Hanya sebuah kemampuan menjalankan tanggung jawab birokrasi tapi belum visi perubahan.

Sumatera Barat adalah wilayah yang potensial. Pertanian dan pariwisata terbentang sepanjang wilayah kota dan kabupaten. Inilah potensi utama dari wajah Sumatera Barat.

Membaca Sumatera Barat mesti dari pikiran yang progresif. Potensi Sumatera Barat harus mampu menjadi solusi kemajuan pembangunan.

Oleh: Ferdy Andika,

Penulis adalah Sekretaris Jenderal Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Rantau Asal Sumatera Barat (AMPERA SUMBAR).


Jumat, 05 Juli 2019

Penguasa yang Dicintai Vs Penguasa yang Dibenci


Islam tentu tidak bisa dipisahkan dengan kekuasaan. Dalam ajaran Islam tidak dikenal sekularisasi atau pemisahan urusan agama dengan urusan dunia, termasuk pemisahan agama dengan kekuasaan.

Sebegitu lekatnya relasi Islam dan kekuasaan, keduanya laksana saudara kembar. Imam al-Ghazali menyatakan, “Agama adalah pondasi, sedangkan kekuasaan adalah penjaga. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap.” (Al-Ghazali, Al-Iqtishad fi al-Itiqad, hlm. 199).

Menurut Imam an-Nasafi, keberadaan penguasa bertujuan untuk memelihara urusan umat dan menegakkan hukum-hukum Islam (An-Nasafi, Aqaid an-Nasafi, hlm. 142). Tanpa kehadiran penguasa, berbagai perintah dan larangan Allah tak dapat ditegakkan, dan kepentingan umat akan terabaikan.

Penguasa yang Dicintai

Islam menjelaskan bahwa ada dua jenis penguasa di muka bumi ini: yang Allah cintai dan yang Allah benci. Pemimpin yang Allah cintai adalah pemimpin yang adil. Kelak pada Hari Kiamat ia akan menjadi insan yang paling dicintai Allah SWT dan memiliki kedudukan yang dekat dengan-Nya. Rasulullah saw bersabda:

«إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ»

“Sungguh manusia yang paling dicintai Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat kedudukannya dengan-Nya adalah pemimpin yang adil.” (HR at-Tirmidzi).

Selain dicintai Allah SWT, pemimpin yang baik pastinya dicintai dan didoakan oleh segenap rakyatnya. Ini sebagaimana sabda Nabi saw:

«خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ»

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian; yang mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka.” (HR Muslim).

Sosok pemimpin yang adil, yang dicintai Allah dan umat, adalah yang menjalankan apa saja yang Allah perintahkan:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ

Sungguh Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya, juga (menyuruh kalian) jika menetapkan hukum di antara manusia agar kalian berlaku adil (TQS an-Nisa [4]: 58).

Imam ath-Thabari, dalam tafsirnya, menukil perkataan Ali bin Abi Thalib ra, “Kewajiban imam/penguasa adalah berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan dan menunaikan amanah. Jika ia telah melaksanakan hal itu maka wajib orang-orang untuk mendengarkan dan menaati dia, juga memenuhi seruannya jika mereka diseru…”

Inilah dua sifat yang melekat pada pemimpin yang adil: Pertama, menjalankan hukum-hukum Allah SWT seperti menjaga pelaksanaan ibadah mahdhah umat (shalat lima waktu, shalat Jumat, shaum Ramadhan, zakat, dll), mengawasi dan memelihara muamalah agar sesuai syariah Islam (seperti perdagangan, utang-piutang, syirkah dan menutup pintu riba), melaksanakan peradilan dan pidana Islam (seperti had bagi pezina, peminum khamr, pencuri, dll).

Kedua, menunaikan amanah yang dipikulkan kepada dirinya, yakni memelihara urusan umat; menjamin kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan agar dapat diperoleh warga dengan mudah dan murah; menyelenggarakan pendidikan, kesehatan dan keamanan secara cuma-cuma; serta melindungi rakyat dari berbagai gangguan dan ancaman.

Para pemimpin adil yang dicintai Allah memiliki banyak keutamaan. Mereka termasuk salah satu dari tujuh golongan yang berhak mendapatkan naungan Allah di akhirat kelak. Sabda Nabi saw:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ

“Ada tujuh golongan yang berhak mendapatkan naungan Allah di hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil…” (HR Bukhari dan Muslim).

Pemimpin yang adil, yang menegakkan hukum-hukum Allah SWT. serta memelihara amanah umat, juga membawa keberkahan bagi umat yang dia pimpin. Nabi saw bersabda:

« يَوْمٌ مِنْ إِمَامٍ عَادِلٍ أَفْضَلُ مِنْ عُبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً، وَحَدٌّ يُقَامُ فِي الأَرْضِ بِحَقِّهِ أَزْكَى فِيهَا مِنْ مَطَرٍ أَرْبَعِينَ عَامًا»

“Satu hari di bawah pemimpin yang adil lebih utama ketimbang ibadah 60 tahun dan satu had yang ditegakkan di bumi sesuai haknya lebih baik dari hujan 40 tahun.” (HR ath-Thabarani).

Demikian pentingnya kehadiran pemimpin yang adil dan amanah, yang memelihara umat dengan syariah Islam, para ulama seperti Imam Fudhail bin Iyadh biasa berdoa agar umat dikaruniai pemimpin yang adil, “Seandainya aku memiliki suatu doa mustajab (yang pasti dikabulkan) niscaya akan aku peruntukkan untuk penguasa, karena baiknya seorang penguasa akan membawa kebaikan pula bagi negeri dan rakyat.” (Bidayah Wan Nihayah, 10/199).

Pemimpin yang Dibenci

Sebaliknya, Nabi saw juga mewanti-wanti umat akan kehadiran para pemimpin jahat yang paling dibenci Allah SWT. Sabda beliau:

«وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ»

“Manusia yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dari-Nya adalah pemimpin yang jahat.” (HR at-Tirmidzi).

Para pemimpin macam ini menuai kebencian dan caci-maki dari rakyat mereka. Sebaliknya, mereka pun membenci dan mencaci-maki rakyat mereka.

«وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ»

“Seburuk-buruk para pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian; yang kalian laknat dan mereka pun melaknat kalian.” (HR Muslim).

Para pemimpin yang jahat ini menyimpang dari hukum-hukum Allah, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, serta kerap mengkhianati amanah. Para pemimpin seperti ini disebut oleh Nabi saw sebagai imarah as-sufaha (para pemimpin dungu). Nabi saw menjelaskan ciri-ciri mereka dalam sabdanya:

«أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُونَ بِهَدْيِى وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّى وَلَسْتُ مِنْهُمْ»

“Mereka adalah para pemimpin yang ada sepeninggalku, yang tidak menggunakan petunjukku dan tidak mengikuti sunnahku. Siapa saja yang membenarkan kedustaan mereka dan membantu kezaliman mereka, mereka itu bukan golonganku dan aku bukan golongan mereka.” (HR Ahmad).

Menurut Baginda Nabi saw imarah as-sufaha' memiliki setidaknya dua ciri:

Pertama, tidak menggunakan petunjuk Islam dan Sunnah Nabi saw. Artinya, tidak menjadikan Islam sebagai aturan dalam kehidupan. Bisa jadi mereka menghalalkan riba, minuman keras, LGBT, tidak memberlakukan pidana Islam, dsb.

Kedua, kerap membohongi umat dan menzalimi mereka. Kehadiran para pemimpin seperti ini telah diperingatkan oleh Nabi saw sebagai bentuk ancaman bagi umat selain Dajjal. Abu Dzar ra menuturkan bahwa Nabi saw pernah bersabda, “Sungguh selain Dajjal ada yang sangat membuatku khawatir atas umatku.” Beliau mengatakan ini tiga kali. Lalu Abu Dzar ra. bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau khawatirkan atas umatmu selain Dajjal?” Beliau menjawab, “Para pemimpin yang menyesatkan.” (HR Ahmad).

Terhadap para pemimpin yang zalim dan dibenci Allah SWT, kaum Muslim telah diperintahkan untuk tidak bersekutu dengan mereka, apalagi membenarkan kedustaan mereka dan menolong perbuatan zalim mereka. Allah SWT berfirman:

وَلاَ تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لاَ تُنْصَرُونَ

Janganlah kalian cenderung kepada orang-orang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka. Sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kalian tidak akan ditolong (TQS Hud [11]: 113).

Agar Hadir Pemimpin Dicintai Allah SWT

Mengapa muncul para pemimpin zalim yang dibenci Allah SWT dan umat? Pertama, ketika agama telah dipisahkan dari kekuasaan, tentu tak ada lagi yang dapat menghentikan syahwat kekuasaan dan keserakahan. Ketika itu ketaatan pada Allah SWT telah lenyap. Tak ada lagi rasa takut menyingkirkan hukum-hukum Allah dan menggantinya dengan aturan buatan manusia yang penuh dengan hawa nafsu. Tak ada lagi rasa gentar terhadap azab Allah manakala berbuat kezaliman dan menipu umat.

Akan beda bila para pemimpin menjadikan akidah Islam sebagai pondasi kehidupan dan kekuasaan. Akan muncul rasa gentar untuk menyelewengkan hukum-hukum Allah dan takut bila mengkhianati amanah umat, karena ingat akan kerasnya siksa Allah bagi mereka:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ وَهُوَ غَاشٍّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Tidaklah mati seorang hamba yang Allah minta untuk mengurus rakyat, sementara dia dalam keadaan menipu (mengkhianati) rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan surga bagi dirinya.”(HR al-Bukhari dan Muslim).

Kedua, para pemimpin zalim bermunculan manakala umat meninggalkan kewajiban amar makruf nahi mungkar. Nabi saw bersabda:

لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُؤَمِّرَنَّ عَلَيْكُمْ شِرَارَكُمْ، ثُمَّ يَدْعُو خِيَارُكُمْ، فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ

“Hendaklah kalian melakukan amar makruf nahi mungkar. Kalau tidak, Allah akan menjadikan orang-orang yang paling jahat di antara kalian berkuasa atas kalian, kemudian orang-orang baik di antara kalian berdoa, tetapi doa mereka tidak dikabulkan.” (HR Ahmad). []

Hikmah:

Allah SWT berfirman:

وَلاَ تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ اْلأَبْصَارُ

Janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh kaum yang zalim. Sungguh Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.
(TQS Ibrahim [14]: 42). []


Buletin Dakwah Kaffah No. 096
[2 Dzulqadah 1440 H | 5 Juli 2019]
© Copyright 2018 INFONEWS.CO.ID | All Right Reserved