Ramadan
-->

Kamis, 30 Januari 2020

Sempatkan Shalat di Masjid Raya Sumbar, Ternyata 15 Wisatawan China adalah Muslim

PADANG - Di tengah kerasnya penolakan oleh sebagian masyarakat Sumatera Barat, terhadap kunjungan sekitar 150 orang wisatawan asal China, ternyata sebanyak 15 orang dari 155 wisatawan asal China tersebut adalah muslim. Tidak bisa mengunjungi sejumlah objek wisata di Sumbar, para turis yang beragama muslim memanfaatkan kunjungan di Kota Padang dengan melaksanakan shalat di Masjid Raya Sumbar, Rabu (29/1/2020). Mereka terlihat berbaur dengan jamaah lainnya. Tak hanya orang dewasa, laki dan perempuan, sejumlah anak-anak mereka pun ikut shalat dan berdoa.

Secara kebetulan, di saat bersamaan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, juga sedang melaksanakan Shalat Zuhur di masjid berarsitektur megah tersebut. Usai shalat, terjadi interaksi positif Irwan Prayitno dengan para wisatawan asal Kunming, China tersebut. Mereka pun bersalaman, lalu foto bersama.

"Tidak disengaja, lihat mereka shalat dan menganggap saya bapak, membuat air mata saya menetes karena terharu," ujar Irwan Prayitno.



Lebih mencengangkan, saat pertemuan dengan Irwan Prayitno, para wisatawan tersebut justru meminta maaf ke msyarakat Sumbar. Mereka minta maaf karena kedatangan mereka telah merepotkan dan meresahkan masyarakat Sumbar. Meski begitu, mereka pun merasa cukup puas dan bahagia, karena selama di Sumbar ini mereka mendengar suara adzan yang begitu merdu.

"Justru mereka yang minta maaf ke kita. Karena merasa kedatangan mereka kali ini telah merepotkan dan meresahkan masyarakat Sumbar," ujar Irwan Prayitno didampingi Kabiro Humas Pemprov Sumbar, Jasman Rizal.



Para wisatawan itu, mengaku mereka sangat menyadari bahwa penolakan kedatangan mereka akibat kondisi negara mereka saat ini, yang sedang berjuang menghadapi serangan virus corona. Usai silaturahmi singkat dengan Irwan Prayitno dan jemaah lainnya, para turis dari China itu pun bersalaman dan foto bersama dengan gubernur di masjid tersebut.

"Subuh tadi, saya dibangunkan oleh suara azan yang sempurna. Inilah suara azan paling lega yang pernah saya dengar," ujar Xing (39 th), satu dari 15 muslim di rombongan turis asal Kunming, China dengan flight langsung ke BIM Sumbar pada Senin (27/1/2020) lalu.

Datang di saat yang tidak tepat kala virus Corona merebak di Wulan, sekalipun rombongan sudah melewati pemeriksaan berstandar WHO saat keberangkatan hingga kedatangan, disambut karena kebetulan oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dan dijamu Walikota Pariaman Genius Umar.



Tapi apa? Di bagian lain Sumbar turis itu ditolak, didemo pula. Di Bukittingi mereka dilarang keluar hotel. Tanah Datar malah membatalkan kehadiran mereka. Padahal 15 turis satu akidah dengan masyarakat Sumbar yang mayoritas Islam, hanya rindu dengan saudara seimannya di sini. Dan mereka datang khusus ke Sumbar, selain untuk berwisata, juga sekaligus ingin melihat langsung suasana religius Sumbar yang terkenal itu.

"Kami datang karena rindu pada saudara sesama muslim di Indonesia. Kami mendengar nama negeri ini sejak pandai mengaji dulu. Ada saudara kami di sebelah laut, pemeluk Islam yang taat. Akan kuceritakan pada ibu dan nenek nanti di rumah," ujar Xing lewat penerjemah, di sela-sela makan malam di Padang.

Meski jauh di Kunming China, ternyata di daerah itu banyak juga beragama Islam dan hidup juga toleran dengan penganut agama lain. Sebanyak 15 turis muslim dan muslimah di rombongan itu ternyata orang berada juga di Kunming. Mereka biasanya suka berwisata ke negara-negara Islam. Seperti di jazirah arab, maupun ke wilayah Asia Tenggara, seperti Indonesia.



Pemandu (guide) rombongan, Robin, mengatakan kalau rombongan turis Kunming ke Sumbar di daerah asalnya termasuk warga kelas atas. Sehingga, paket yang mereka pilih pun yang destinasinya lebih banyak.

"Turis muslim itu, mengaku sangat penasaran dengan kehidupan warga muslim di Indonesia, khususnya Sumbar. Apakah sama dengan mereka di China. Meski tidak banyak destinasi dikunjungi selama di Sumbar, respons mereka sangat bagus untuk Sumbar. Apalagi saat melihat begitu banyak saudara muslimnya yang taat sekali dalam beragama. Soal makanan, mereka mengaku makanan dari Sumbar sangat unik dan enak, terutama rendang," ujar Robin.

Kloter Kedua Dibatalkan

Sementara itu, Marawa Corporate, agen biro perjalann yang mendatangkan turis dari Kunming China membatalkan rombongan kelompok terbang (kloter) kedua yang bakal datang ke Sumbar di akhir Januari 2020 ini. Rombongan besar kedua turis China sampai Minggu siang tadi on schedule landing di BIM 31 Januari 2020.

"Tapi, wabah Corona melanda Wuhan, China dan berdampak kepada berbagai negara, dan untuk menghindari kekhawatiran, keresahan dan ketak nyamanan masyarakat Sumbar, kedatangan rombongan kedua dari China, kami rencanakan pembatalan," ujar perwakilan Marawa Corporate Darmawi, didampingi GM Cocos Tour Travel, Iwan.

"Kami harus mengedepankan rasa aman publik Sumbar dan masyarakat di lingkungan destinasi pariwisata di Sumbar, kita sudah sampaikan notice ke agen travel di China untuk membatalkan jadwal 31 Januari itu," ujar Iwan.



Sebelumnya, sebanyak 150 turis asal Kunming Cina tiba di Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, pada Minggu pagi pukul 06.36 WIB yang akan berwisata selama lima hari di Sumatera Barat. Kedatangan rombongan turis asal Cina tersebut disambut langsung oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Sekda Sumbar Alwis.

Tiba di Bandara usai melewati pemeriksaan imigrasi dan suhu tubuh menggunakan thermal scaner rombongan disambut tari pasambahan dan hiburan musik khas Minang talempong di pintu kedatangan internasional.

PT Marawa Corporate yang bekerja sama dengan Cocos Tour selaku biro perjalanan yang mendatangkan wisatawan Cina ke Sumbar memastikan mereka yang akan berkunjung tidak terjangkit virus corona yang saat ini sedang mewabah di negeri tirai bambu tersebut.

Pimpinan PT Marawa Corporate Darmawi mengatakan seluruh WNA China berangkat dari Bandara Kunming di Provinsi Yunan yang berada di kawasan pegunungan Tiongkok melalui penerbangan langsung dalam waktu empat jam perjalanan.



Menurut dia lokasi tersebut jauh dari daerah Wuhan yang berjarak sekitar 19 jam perjalanan dan mereka yang akan berangkat ke Sumbar harus melalui pemeriksaan di Bandara Kunming.

Darmawi menjelaskan dalam agendanya, sesampai di Padang rombongan akan dibawa ke Kota Pariaman menikmati indahnya Pantai Gondoriah. Selain itu juga mengunjungi Sekolah Tinggi Beruk dan Museum Tabuik.

Setelah itu rombongan akan melanjutkan perjalanan ke Kota Bukittinggi, dan akan singgah di Lembah Anai dan menginap di Bukittinggi. Di kota tersebut akan mengunjungi Ngarai Sianok, Lubang Jepang dan Jam Gadang.

Kemudian bertolak ke Batusangkar mengunjungi Istana Basa Pagaruyung dan akan disuguhkan tari piring dan menonton aksi pacu jawi.



Setelah itu wisatawan melanjutkan perjalanan ke Kota Padang melalui Danau Singkarak serta menikmati keindahan alam danau tersebut. Sesampai di Padang keesokan harinya mereka bertolak ke kawasan Mandeh, Pulau Cubadak untuk menikmati keindahan bahari.

Selanjutnya pada esoknya mereka akan menggunakan kapal pinisi menuju Pulau Pasumpahan dan Swarnadipa untuk menikmati keindahan laut.

Kemudian pada hari keempat akan berjalan-jalan di Kota Padang mengunjungi kawasan pondok, Masjid Raya Sumbar dan Pantai Air Manis dan pada Jumat (31/1) akan bertolak ke China sekitar pukul 20.00 WIB.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno sebelumnya menegaskan pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mendatangkan wisatawan asing ke Sumbar. Terkait adanya kekhawatiran virus corona yang sedang mewabah pihaknya menyampaikan semua rombongan sudah mendapatkan visa yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri.

Sejalan dengan itu Sekda Sumbar Alwis mengatakan Sumbar punya kepentingan terhadap pariwisata sebagai sarana meningkatkan pendapatan daerah sehingga tidak ada alasa menolak sepanjang sesuai prosedur.



Sementara Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial menyampaikan direncanakan ada dua pesawat carter dua kali sebulan untuk mendatangkan wisatawan asal Cina. Novrial menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Sumbar pertahun sebanyak 57 ribu orang dan dengan adanya penambahan ini bisa bertambah 4.200 orang per tahun.

Selain itu ia menyampaikan manfaat secara ekonomi cukup bagus karena lama masa tinggal wisatawan Cina mencapai lima hari empat malam berbeda dengan wisatawan asing negara lain yang hanya menginap rata-rata 2,9 hari di Sumbar. Kemudian angka rata-rata uang uang dibelanjakan wisatawan asing mencapai Rp 11 juta dan wisatawan lokal Rp 600 ribu per hari. (*/REL/ANT/IN-001)

Jumat, 27 Desember 2019

Rayendra Kumar, Asal Kota Solok Menangi Sayembara Logo MTQ Nasional 2020

SOLOK - Rayendra Kumar, yang berasal dari Kota Solok, memenangi sayembara logo Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Nasional yang akan berlangsung di Sumbar tahun 2020. Rayendra, sebelumnya menyisihkan 355 karya dan berhasil menjadi finalis 5 besar bersama Fitra Bayu asal Kota Padang, Muhammad Rizki asal Pasaman Barat, Ilham Susendra asal Pasaman Barat dan Azwardi asal Kota Padang. Raihan Rayendra ini, menjadi sebuah berkah bagi Kota Solok, yang sebelumnya menghelat MTQ ke-38 tingkat Sumbar.

Pemeritah Provinsi Sumatera Barat melalui Biro Humas Setda Prov. Sumbar mengumumkan pemenang sayembara logo Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke XXVIII tahun 2020, dimana penetapan pemenang tersebut berdasarkan pada Surat Keputuasan Gubernur Sumbar nomor 480-962-2019, tanggal 17 Desember 2019. Penyerahan tersebut dilaksanakan di Aula kantor Gubernur, Kamis (26/12/2019) malam, yang dihadiri oleh Gubernur, Kapolda, Sekda Sumbar, Ka. Kanwil Kemenag, BUMN dan BUMD, Bupati Walikota se Sumbar, Ormas Islam, Kepala OPD Prov Sumbar dan undangan lainnya.

Kepala Biro Humas Jasman selaku ketua panitia pelaksana mengatakan, sayembara ini sudah dimulai sejak Agustus 2019 dan berakhir pada November 2019 silam, dengan peserta berasal dari umum dari seluruh Indonesia.

"Hingga batas waktu yang ditentukan, jumlah karya yang masuk ke kami sebanyak 355, dan itu bukan berasal dari Sumbar saja, namun ada dari Papua, Bali, Sulawesi, Pulau Jawa, NTB dan Kalimantan juga," jelasnya.

Namun dari keseluruhan karya yang masuk, hanya 5 karya yang dianggap memenuhi kriteria oleh para juri, yang terdiri dari unsur adat (Ketua LKAAM Sumbar Sayuti Datuak Rajo Paghulu), agama (Ketua MUI Sumbar Gusrizal Gazahar), akademisi/ praktisi (Emeraldy Chatra), budaya (Alwi Karmena) dan Jurnalis (Hasril Chaniago).

Kelima pemenang tersebut, nantinya akan diberikan hadiah berupa uang tunai, plakat dan sertifikat.

"Juara I akan diberikan uang tunai senilai Rp 10, 5 juta dan kepada 4 finalis akan diberikan uang Rp 3 juta," terangnya.

Sementara itu, salah seorang juri, Ketua MUI Sumbar Gusrizal Gazahar menyampaikan, dari setiap logo yang dibuat harus terdapat 6 unsur, yaitu simbol keimanan, Al Quran sebagai pegangan hidup, kekuatan memegang lurus ruh Islam, kesadaran dalam menggunakan bahasa arab sehingga lebih menimbulkan kesadaran dalam mendalami Al-Quran, simbol Sumbar sendiri, yakni surau dan rumah adat yang tak bisa dipisahkan, dan warna yang ada dalam marawa.

"Dari 6 unsur tersebutlah kami bersama mencari dan menetapkan logo mana yang terbaik" ungkapnya.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyampaikan, dengan panjangnya proses yang dilalui dan banyak tahapan-tahapan, maka dia yakin, ini merupakan karya yang terbaik, apalagi dinilai oleh para juri juri yang berkompeten dibidangnya masing-masing.

Kedepan dia menginginkan agar logo ini disosialisasikan kepada seluruh masyarakat Sumbar bahkan sampai ke pelosok sekalipun, karena MTQ memiliki tujuan utama membumikan Al-Quran, dengan tujuan agar lebih mudah dipahami umat Islam dan masyarakat secara umum.

"Apalagi kalau di Minangkabau yang memiliki filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, tentu akan lebih mudah memahaminya" ujarnya.

Untuk persiapan pelaksanaan MTQ Nasional tersebut nantinya, Irwan Prayitno yakin akan selesai tepat pada waktunya, seperti untuk pembukaan di stadion utama Sikabu, Padang Pariaman saat ini sedang dikebut pemabangunannya.

"Begitu juga ditempat-tempat lain yang akan menjadi tempat pelaksanaan MTQ, akan terus kami pantau bersama bersama Ka. Kanwil Kemanag Sumbar dan instansi terkait" tegasnya.

MTQ Nasional tahun 2020 merupakan pelaksanaan yang kedua kalinya di Sumatera Barat, akan dilaksanakan pada bulan Juni atau Juli mendatang. Sebelumnya Sumbar sendiri juga pernah ditunjuk sebagai tuan rumah tahun 1983. (*/IN-001)

Sumber: Biro Humas Setda Provinsi Sumbar

Rabu, 18 Desember 2019

Pemko Solok Apresiasi Yayasan Darianis Yatim

Membangun Sejumlah Masjid dan Membantu Pendidikan Warga Kurang Mampu di Kota Solok
* Yayasan Darianis Yatim Diganjar Penghargaan oleh Pemko Solok

Nama Yayasan Darianis Yatim menjadi buah bibir di Kota Solok. Hal ini, tidak terlepas dari kiprahnya membangun, dan merenovasi berbagai masjid di Kota Solok. Gaung Yayasan yang dimiliki oleh Yenon Orsa dan digerakkan oleh Rusdi Saleh tersebut, sejalan dengan jargon Kota Solok, "Kota Beras Serambi Madinah".

Walikota Solok H. Zul Elfian Dt Tianso, didampingi Wakil Walikota Reinier Dt Mangkuto Alam, menyerahkan penghargaan kepada Yayasan Darianis Yatim. Pemberian penghargaan tersebut sangat istimewa, karena diserahkan saat Resepsi Hari Jadi Kota Solok ke-49 di Gedung Kubung Tigobaleh, Senin malam (16/12/2019). Piagam penghargaan tersebut diterima oleh Rusdi Saleh, Anggota DPRD Kota Solok, yang juga merupakan perwakilan Yayasan Darianis Yatim. Prosesi tersebut disaksikan para pejabat, Forkopimda, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan masyarakat.



Dalam kesempatan itu, Walikota Solok Zul Elfian menyatakan pihaknya sangat berterima kasih kepada Yayasan Darianis Yatim yang telah membangun sejumlah masjid, membantu pendidikan anak-anak kurang mampu, serta membantu masyarakat kurang mampu di Kota Solok. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Yayasan Darianis Yatim, sejalan dengan jargon Kota Beras Serambi Madinah yang dianut Kota Solok.

"Kami sangat mengapresiasi kepedulian dari Yayasan Darianis Yatim dalam membangun dan merenovasi berbagai masjid di Kota Solok. Membantu pendidikan anak-anak kita yang kurang mampu, membantu masyarakat yang kurang mampu serta berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di Kota Solok. Kita harapkan kepedulian Yayasan Darianis Yatim ini akan semakin meningkat di Kota Solok," ungkapnya.



Sementara itu, perwakilan Yayasan Darianis Yatim, Rusdi Saleh, menyatakan pihaknya sangat terharu dengan penghargaan ini. Menurut pria yang juga Anggota DPRD Kota Solok dari Partai Amanat Nasional ini, Yayasan Darianis Yatim memang dibentuk sebagai komitmen untuk berbakti ke masyarakat dan menggairahkan kehidupan islami.

"Tidak hanya di Kota Solok, tapi juga di daerah-daerah lain di Sumbar. Bahkan, Pak Yenon Osra juga memiliki pondok pesantren dan sejumlah lembaga pendidikan. Mudah-mudahan, beliau nantinya juga bisa membuat hal yang sama di Kota Solok dan daerah lain di Sumbar," ujarnya.

Rusdi Saleh juga menegaskan, bahwa dirinya akan senantiasa berkomitmen penuh terhadap Yayasan Darianis Yatim. Meskipun saat ini dirinya sudah menjadi Anggota DPRD Kota Solok. Menurutnya, dengan komitmen; "Kepedulian Tanpa Pengecualian", dirinya akan selalu mengedepankan kepedulian untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

"Saya bersama Pak Yenon Osra telah menegaskan komitmen mengabdi untuk maayarakat. Meskipun, saat ini bidang tugas telah berbeda. Namun komitmen kita tetap. Apalagi, latar belakang hidup kami juga bukan dari orang berada," tegasnya.



Melewati pedihnya perjalanan hidup dari seorang yatim saat berusia 5 bulan, Rusdi Saleh merasakan susahnya hidup yang serba kekurangan. Usai menamatkan sekolah, pada 1989, dirinya kemudian pergi merantau ke tanah jawa. Melakukan pekerjaan kasar seperti kuli bangunan, buruh bongkar muat pasir, hingga pedagang kaki lima (PKL) pernah dilakoninya. Berbekal ketegaran, dirinya juga pernah menjalani hidup sebagai desainer pakaian dan masuk ke dunia kontraktor. Pada 2009, dirinya pulang kampung ke Kota Solok dan menjalani profesi sebagai kontraktor bangunan.

Ujian sesungguhnya datang saat ibundanya meninggal dunia pada November 2018 lalu. Tepat lima bulan sebelum Pemilu 17 April 2019 lalu. Sehingga, ibundanya tidak sempat lagi melihat anak laki-laki satu-satunya duduk sebagai Anggota DPRD Kota Solok. Namun, sebelum meninggal, ibundanya sempat berpesan; "Isi dulu paruik urang, baru isi paruik awak (isi dulu perut orang, baru isi perut kita".

"Umur lima bulan, ayah saya meninggal. Kemarin, lima bulan sebelum Pemilu, ibu saya meninggal. Sehingga, beliau tidak bisa menyaksikan saya di DPRD Kota Solok," ungkapnya.



Kekuatan persahabatan diakui Rusdi Saleh sebagai modalnya yang paling berharga. Wajah orang kebanyakan, tidak ganteng, meski gagah, membuatnya cepat akrab dengan siapa saja. Pertemuan dengannya dijamin berlangsung hangat dan akrab. Suami dari Suryani dan ayah dari Aurel Arya Nugraha ini, bisa diajak bicara apa saja. Diakuinya, hal ini tidak terlepas dari latar belakangnya yang pernah menjalani berbagai macam pekerjaan.

Pria kelahiran 16 Oktober 1970 tersebut dikenal sebagai sosok yang membangun, memugar, memperbaiki dan mempercantik masjid, mushalla, dan bangunan untuk pendidikan. Masing-masing bangunan tersebut bernilai ratusan juta, bahkan miliaran rupiah. Tentu, bukan jumlah yang kecil untuk ukuran Kota Solok, Kabupaten Solok, bahkan Sumatera Barat.

"Kerja saya merawat rumah Allah. Memperbaiki rumah ibadah dan sarana pendidikan yang butuh perawatan. Bukan sesuatu yang spesial, apalagi luar biasa. Sebab, saya hanya melakukannya semampu saya saja," ujarnya merendah.



Lalu, mengapa Rusdi Saleh mau melakukan hal itu? Sebuah pertanyaan yang awalnya enggan dibahas pria yang hobi memakai topi pet tersebut. Dirinya beralasan takut ria dan dalam prosesnya, dirinya hanya sebagai penyalur atau perantara semata. Ditambahkannya, dirinya ingin segala sesuatunya berjalan alami.

"Saya hanya orang yang diberi kepercayaan dari Pak Yenon Osra, melalui Yayasan Darianis Yatim milik beliau," ujarnya.

Menyebut nama Yenon Osra dan Yayasan Darianis Yatim, pembicaraan semakin menarik. Pasalnya, Yenon Orsa merupakan tokoh perantau asal Nagari Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok. Yenon Osra sukses dalam bidang pendidikan dan Teknologi Informatika (TI). Melalui Yayasan Darianis Yatim, Yenon selama dikenal sebagai orang yang banyak membantu biaya pendidikan siswa miskin berprestasi, membangun dan memugar masjid dan mushalla, serta membangun sarana di bidang pendidikan. Sebuah kepedulian terhadap sesama yang membuat namanya dikenal luas di Solok, namun banyak yang tidak pernah bertemu atau bertatap muka dengannya.

Lalu, mengapa seorang Rusdi Saleh bisa menjadi tangan kanan Yenon Osra dan dipercaya mengelola dana berjumlah miliaran rupiah tersebut? Di sinilah letak kekuasaan Allah. Kedekatan Rusdi Saleh dengan Yenon Osra berawal dari kedekatannya dengan Hj. Yenna Roseva Bur. Adik kandung Yenon Osra tersebut merupakan teman akrab Rusdi Saleh sejak SMP dan SMA. Yakni saat awal mendirikan Yayasan Darianis Yatim dan sekolah PAUD di Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok. Sebuah sekolah gratis untuk masyarakat, dengan segala fasilitas lengkap yang tidak dipungut bayaran.

Setelah pendirian yayasan tersebut, kedekatan Yenon Osra dan Rusdi Saleh semakin menjadi. Dari sejumlah pertemuan dan bincang-bincang ringan, Yenon mulai terbuka berdiskusi tentang banyak hal pada Rusdi Saleh. Termasuk soal bisnis dan niatnya membantu masyarakat miskin di Kabupaten Solok, Kota Solok dan Sumatera Barat. Rusdi Saleh pun menanggapinya secara jujur dan tidak dibuat-buat, atau untuk sekadar menyenangkan hati Yenon Osra. Jawaban-jawaban tersebut membuat Yenon Osra terkesan, dan menaruh kepercayaan.



Singkat cerita, Rusdi Saleh mulai dipercaya mengelola dana Yenon Osra untuk membangun rumah ibadah dan sarana pendidikan. Hidupnya berubah flamboyan dengan disiplin tinggi menjaga kepercayaan dan komitmen. Rusdi Saleh selalu memberikan laporan apa adanya. Baik laporan keuangan, laporan progress (kemajuan) pembangunan, hingga detail-detail terkecil sekalipun. Hal ini makin menambah kepercayaan Yenon Osra kepadanya. Bahkan, Rusdi Saleh kemudian senantiasa diminta saran dan pendapatnya di bisnis yang digeluti Yenon Osra.

"Kalau KPK punya jargon; 'Berani Jujur, Hebat', saya juga punya jargon; Jujur itu,  Wajib. Karena kejujuran, keikhlasan, kepercayaan dan karakter akan menentukan siapa kita. Tugas kita dalam hidup ini sederhana, yakni berbuat yang terbaik bagi masyarakat dan beribadah kepada Allah," ujarnya.

Kedekatan dan kepercayaan Yenon Osra senatiasa dijaga Rusdi Saleh semaksimal mungkin. Bahkan, Rusdi Saleh dipercaya menjadi decission maker (pengambil keputusan) di Yayasan Darianis Yatim. Hubungan Rusdi Saleh dan Yenon Osra sudah seperti kakak beradik. Bukan seperti hubungan atasan dan bawahan. Meski berbagai macam fitnah, hasutan, hingga berbagai upaya menjelekkan dirinya, tak mampu menggoyahkan "kepercayaan" Yenon kepadanya. Justru, terhadap orang yang melakukan upaya negatif tersebut, Rusdi Saleh tidak marah, tapi berusaha mendekati dan mempertinggi jalinan silaturahmi.

"Penilaian orang adalah hak orang. Mari kita bertanya saja pada diri sendiri. Berfikiran negatif akan selalu membuat sulit. Dugaan, dendam dan niat buruk justru akan mempersulit hidup. Jika masih merasa sakit hati, berarti tidak ikhlas. Namun, silaturahmi jangan pernah terputus. Justru hal itu membuktikan bahwa sebagai manusia kita tidak sempurna. Karena kebenaran akan mencari jalannya sendiri," ujarnya.



Bagi banyak orang di Kota Solok dan Kabupaten Solok, sepak terjang Rusdi Saleh dalam melakukan kegiatan sosial selalu diapresiasi. Banyak masyarakat berdecak kagum, pemerintah tentu saja mengapresiasi sebagai bentuk implementasi dari konsep Kota Beras Serambi Madinah. Banyak warga Solok mengaku takjub tentang langkah-langkah sosial Rusdi Saleh. Apresiasi dan atensi masyarakat mendapat ruang tersendiri. Tokoh peduli yang kesehariannya  sibuk mengurus rumah ibadah itu melakukan kebaikan tanpa menarik imbalan apa-apa dari siapa-siapa. Ia bahkan sangat jauh dari bahasa pencitraan semata. Di dunia Pendidikan, pria kelahiran Solok 16 Oktober 1970 itu dikenal sebagai penggagas berdirinya pesantren bernilai puluhan miliar.

Menyebut sedikit di antara puluhan tempat ibadah yang dikerjakan, antara lain dua masjid di nagari Tanjung Bingkung, dua mushalla bangun baru,1 mesjid,1 mesjid raya renovasi berat, 1 mushalla di kawasan Kilo 7, Masjid Nurul Hidayah Banda Pandung, renovasi Masjid KTK, Masjid Gawan, Mushala Payo, Pesantren Warasatul Anbiya dan Masjid Nurul Ilmi Simpang Rumbio.

"Saya berangkat dari nol besar. Saya pernah dihina, diusir dan diremehkan. Karena itu, saya bisa merasakan apa yang dirasakan warga kebanyakan. Karena itu, berbagi bukan untuk dipuji. Tapi untuk membantu orang lain dengan tujuan untuk pengabdian. Jika mau dihargai, hargai dulu orang lain. Kalau jadi orang besar, besarkan dulu orang lain," ungkapnya.

Kini, Rusdi Saleh aktif dalam berbagai macam kegiatan pemuda dan organisasi kemasyarakatan. Sebelumnya sebagai Ketua LPMK Kelurahan Tanah Garam, hingga beberapa waktu lalu, dipercaya menjadi Ketua Alumni SMPN 1 Kota Solok. (rijal islamy)

Kamis, 21 November 2019

Anggota DPRD Sumbar, Rico Alviano, Sikapi Kisruh Tambang Batubara di Talawi Sawahlunto


SAWAHLUNTO - Kisruh tambang batu bara CV Tahiti Coal dengan masyarakat beberapa dusun yang ada di Desa Sikalang Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto sudah terjadi sejak tahun 2017. Sejak itu masyarakat mengeluhkan jalan rusak dan beberapa rumah warga retak-retak serta dampak pada polusi udara limbah B3 diduga akibat aktivitas tembang tersebut. Hal ini dijelaskan oleh Rico Alviano, ST anggota Komisi IV DPRD Provinsi Sumatera Barat.

"Permasalahan ini sudah terjadi sejak tahun 2017 yang lalu, karena tidak adanya titik temu didalam penyelesaian maka masyarakat memberikan kuasa kepada Walhi," jelas ketua Garda Bangsa Sumbar itu.

Menanggapi hal itu Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar menyurati Ketua DPRD Provinsi Sumbar, meminta waktu untuk audiensi menyampaikan dugaan masyarakat tersebut. Ketika itu DPRD Provinsi Sumatera Barat baru saja dilantik, belum memiliki ketua definitif dan alat kelengkapan dewan pun belum terbentuk.

Rico Alviano, ST mengakui surat Walhi yang pertama masuk ditujukan ke ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat belum tertanggapi karena ketika itu pimpinan definitif dan alat kelengkapan dewan belum terbentuk.

"Setelah pimpinan dan alat kelengkapan dewan terbentuk, surat Walhi tersebut ditanggapi melalui Komisi IV yang membidangi hal itu, sayapun ada di dalam Komisi IV tersebut sebagai anggota," ujar Rico.

"Audiensi tersebut kebetulan saya yang pimpin, itu sudah sesuai tatib dan arahan staf Komisi IV disepakati oleh rekan - rekan dewan Komisi IV yang lain yang menerima audiensi ketika itu, karena ketua Komisi IV berhalangan hadir,"

Dalam audiensi yang dihadiri oleh dinas ESDM, Walhi bersama masyarakat meminta Komisi IV DPRD Provinsi Sumbar untuk meninjau lokasi tambang, disepakati pada hari Selasa tanggal 12 November 2019 Komisi IV mengagendakan kunjungan kerja ke lokasi tambang CV Tahiti.

"Kunjungan kerja tersebut merupakan permintaan masyarakat dan hasil dari kesepakatan ketika audiensi, guna memfasilitasi permasalahan antara masyarakat dan CV Tahiti, sebab fungsi DPRD selain untuk pengawasan juga sebagai fasilisator perpanjangan tangan masyarakat," ujar Rico.

Lebih lanjut Rico menjelaskan bahwa yang hadir ketika kunjungan kerja tersebut adalah Ketua Komisi IV Iqbal bersama Wakil Ketua Lazwardi dan Sekretaris Mesra, serta empat orang anggota Komisi IV lainnya. Jadi total dewan yang hadir ketika itu bertambah delapan orang.

Untuk menuju kelokasi CV Tahiti kita tunggu Kadis Dinas ESDM bersama Kabid dan semua dewan yang ikut, kita barengan secara bersama - sama. Sedangkan Walhi dan masyarakat sudah hadir dilokasi, tidak berbarengan dengan kita," ujar Rico lagi.

Sesampai di kantor CV Tahiti, Rico sebagai juru bicara Komisi IV membuka diskusi sebelum turun ke lokasi tambang.

"Saya ditunjuk sebagai juru bicara ketika dikantor CV Tahiti karena pada saat audiensi di kantor DPRD Sumbar sebelumnya juga saya yang memimpin sidang sesuai tatib yang telah disepakati," sebut Rico.

DPRD bekerja sesuai tupoksi, selain pengawasan juga menanggapi keluhan masyarakat karena memang itu tugas anggota dewan sebagai perpanjangan tangan masyarakat.

Rico Alviano, ST menambahkan, "kami dari Komisi IV tidak pernah mendorong masyarakat maupun Walhi mencari - cari kesalahan CV Tahiti, mengenai patok batas ketika berita acara pertama melakukan diskusi disepakati pada hari kamis tanggal 14 dilakukan pengukuran," tambahnya.

"Kalau masih tidak ada juga titik temu, kami memberi rekomendasi kepada Dinas ESDM untuk menindak sampai permasalahan selesai, bukan mencabut IUP. Jadi intinya DPRD tidak berfungsi untuk menindak namun merekomendasikan kepada Dinas ESDM, karena itu memang wewenang ESDM," tutup Rico Alviano. (*/IN-001)

Jumat, 12 Juli 2019

Langkah Antisipasi Kasus Anthraks Menjelang Idul Adha


INFONEWS.CO.ID ■  Menjelang Hari Raya Idul Adha, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menghimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan timbulnya kasus Anthraks pada hewan yang akan dijadikan sebagai hewan kurban. I Ketut Diarmita, Dirjen PKH, Kementan menyampaikan pesan tersebut melalui rilisnya, Kamis, 11 Juli 2019.

Menurutnya, Anthraks, penyakit hewan yang disebabkan bakteri ini bisa menyerang hewan seperti sapi, kerbau, dan kambing/domba. Namun, Anthraks bisa juga ditularkan ke manusia (zoonosis) melalui kontak dengan hewan tertular atau benda/lingkungan yang sudah dicemari agen penyakit.

“Walaupun berbahaya, penyakit anthrax di daerah tertular bisa dicegah dengan vaksinasi yang disediakan pemerintah,” sebut Ketut.

Untuk daerah bebas Anthraks, lanjut dokter ahli di bidang peternakan ini, penyakit Anthraks bisa dicegah dengan pengawasan lalu lintas hewan yang ketat. “Saat ini, beberapa provinsi di Indonesia memang tercatat pernah melaporkan kasus Anthrax. Namun dengan program pengendalian yang ada, kasus tersebut sifatnya sporadis dan dapat segera terkendali, sehingga kerugian peternak dapat diminimalisir dan ancaman kesehatan masyarakat bisa kita tekan,” tambah Ketut.

Terkait lalulintas dan perdagangan hewan rentan Anthraks yang berasal dari daerah tertular seperti halnya Gunung Kidul dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia, Ketut menegaskan bahwa sesuai dengan standar Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dalam penanganan wabah Anthrax, jika di wilayah tersebut dalam waktu 20 hari tidak ada kasus (kematian) maka Anthraks di wilayah tersebut dapat dinyatakan terkendali. Dengan demikian lalulintas dan perdagangan hewan rentan dapat dilakukan sepanjang hewan tidak berasal dari wilayah yang sedang wabah. “Hewan juga harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan hasil uji laboratorium,” tambah Ketut lagi.

Pejabat teras di Kementerian Pertanian ini juga meminta agar masyarakat melaporkan hewan yang menunjukan gejala sakit atau ternak yang mati mendadak kepada petugas kesehatan hewan. Juga, dia menegaskan agar melarang pemotongan hewan yang sakit atau yang menunjukan gejala klinis Anthraks.

Sebagai langkah kewaspadaan terhadap Anthrax menjelang Idul Adha ini, Ketut telah meminta Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi dan kabupaten/kota untuk segera melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan kurban di tempat penampungan/pemasaran. Selain itu, unit terkait melakukan pengaturan dan pengawasan tempat penampungan/pemasaran hewan, pengawasan pelaksanaan dan jadwal vaksinasi anthraks, sosialisasi dan bimbingan teknis kepada petugas dan panitia pelaksana kurban, serta pemeriksaan teknis pada hewan sebelum dan setelah pemotongan saat pelaksanaan kurban.

Memastikan Hewan Qurban Bebas Anthrax

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen PKH, Kementan, Syamsul Ma’arif menjelaskan bahwa berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2018, penyembelihan hewan kurban di Indonesia mencapai 1.224,284 ekor, terdiri dari 342.261 ekor sapi, 11.780 ekor kerbau, 650.990 ekor kambing, dan 219.253 ekor domba. Kebutuhan ternak untuk ibadah kurban tahun 2019 ini diprediksi akan meningkat sekitar 10% dari kebutuhan tahun 2018.

“Sebagai bentuk perlindungan kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit seperti Anthrax, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita akan segera terjunkan Tim Pemantauan Hewan Kurban di seluruh Indonesia yang terdiri dari petugas pusat, provinsi, kab/kota, juga dari unsur mahasiswa kedokteran hewan, dan organisasi profesi,” jelas Syamsul.

Sementara itu, Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan memberikan tips memilih hewan kurban yang sehat yaitu dengan cara memilih hewan di tempat penampungan/pemasaran hewan kurban yang telah ditetapkan/diawasi oleh pemerintah. Pembeli juga perlu memastikan hewan memiliki surat keterangan kesehatan hewan dari dinas/petugas kesehatan hewan. Selain itu, penting untuk mencermati pada saat dilihat/diperiksa, hewan kurban tersebut bernafas teratur, berdiri tegak dan tidak ada luka, bola mata bening dan tidak ada pembengkakan, area mulut dan bibir bersih, lidah bergerak bebas dan air liur cukup membasahi rongga mulut, area anus bersih, dan kotoran padat.

“Dengan memastikan aspek-aspek tersebut, maka hewan kurban yang dipilih aman dari kemungkinan sakit dan menularkannya kepada kita,” ujar Fajar. (PBI/Red)

Jumat, 14 Juni 2019

Pasca Banjir, Anggota Koramil 02/Sungai Limau Bantu Bersihkan Mushola


INFONEWS.CO.ID ■ Banjir di Wilayah Sungai Limau yang kemarin naik, sekarang sudah kembali surut, anggota Koramil 02/Sungai Limau Kodim 0308/Pariaman bersama dengan warga berjibaku membersihkan  Mushola Nurul Ma'arif yang terletak di Korong Pasir, Nagari Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat yang terkena dampak banjir.

Babinsa Koramil 02/Sungai Limau Serma Khairul Anwar mengatakan bahwa air pada hari Selasa kemarin pukul 16.30 Wib naik dengan tiba-tiba padahal hujan tidak begitu deras, namun hitungan menit air sudah masuk kerumah-rumah warga termasuk Mushola ini.

"Banjir yang melanda ini diperkirakan akibat hujan turun sangat deras dihulu sungai sehingga meluap kehilir sungai, pada pukul 20.30 Wib air mulai surut dan sebagian warga sudah bisa beraktifitas membersihkan lumpur yang sempat masuk kedalam rumah, "jelasnya. 

Dikatakan lagi Babinsa, bahwa pada hari ini Rabu 12 Juni 2019,kami membantu warga untuk membersihkan Mushola atas petunjuk Danramil Kapten Arm Azral Koto. " Sebagian rekan kami sekarang sedang membersihkan Kantor Koramil yang juga tidak luput dari dampak banjir, "ujar Serma Khairul anwar.

Banjir yang terjadi di wilayah kami ini, kata Babinsa selalu terjadi tiap tahunnya , ini disebabkan kampung kami ini berada sepanjang aliran sungai,dan cukup rendah di banding daerah lain.

"Kami bersama perangkat nagari sudah pernah mengajukan ke pemerintah daerah supaya sungai ini di beri pembatas atau talut yang agak tinggi agar air tidak masuk lagi ke  rumah-rumah warga jika terjadi banjir lagi, tapi sampai saat ini masih belum terealisasi, "kata bapak Zul salah satu warga Korong Pasir.

Sementara itu,Danramil 02/Sungai Limau Kapten Arm Azral Koto selalu menekankan kepada seluruh anggota agar waspada dengan cuaca Ekstrim saat ini. "Seluruh Babinsa tetap waspada apabila terjadi bencana, juga selalu siap untuk memberi bantuan terhadap masyarakat untuk mengurangi beban penderitaan yang dialami warga, "himbaunya. 

■ R/07 / rls
© Copyright 2018 INFONEWS.CO.ID | All Right Reserved