INFONEWS.CO.ID ■ Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk aksi ofensif serangan teroris di masjid Christchurch pekan lalu. Bahkan, dia mendorong agar pemerintah Selandia Baru memberi hukuman mati bagi teroris yang menyebabkan 50 muslim wafat.
Atas pernyataan Erdogan itu, Australia berang dan kemudian memanggil duta besar Turki di Canberra untuk menjelaskan pernyataan itu. Sementara Selandia Baru mengirim menteri luar negerinya ke Ankara untuk meluruskan, pernyataan Erdogan.
Seperti diwartakan sebelumnya, Brenton Tarrant, 28, seorang supremasi kulit putih Australia, didakwa melakukan pembunuhan pada hari Sabtu setelah dia menembak mati 50 orang saat shalat Jumat di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Erdogan, dalam kampanye pemilihan untuk Partai AK-nya, mendesak Selandia Baru untuk mengembalikan hukuman mati dan mengatakan Turki akan kirim pembunuh bayaran jika Selandia Baru tidak melaklukan itu.
Dia mengatakan anti-Muslim Australia yang datang ke Turki akan "dikirim kembali ke peti mati, seperti kakek mereka di Gallipoli," dan dia menuduh pasukan Australia dan Selandia Baru menyerang Turki selama Perang Dunia Pertama "karena itu adalah tanah Muslim."
Tetapi seorang sarjana urusan internasional di Riyadh mengatakan komentar Erdogan tidak boleh dianggap sebagai perwakilan Muslim.
"Dia adalah politisi yang tidak dapat diprediksi," kata Dr Hamdan Al-Shehri kepada Arab News, hari ini (21/03). "Dia terus mengatakan hal-hal ini dan kemudian dia mengeluarkan permintaan maaf. Saat ini, dia membuat komentar pembakar ini untuk memenangkan pemilihan."
Itu adalah perilaku yang tidak pantas untuk seorang kepala negara, kata Al-Shehri. "Presiden mana yang akan menggunakan bahasa seperti itu dan mengeluarkan komentar semacam ini?"
Dalam pidatonya, Erdogan mengatakan bahwa kampanye semenanjung Gallipoli pada tahun 1915 sebenarnya merupakan upaya pasukan kolonial Inggris untuk meringankan sekutu Rusia mereka.
Serangan itu merupakan bencana militer, dan lebih dari 11.000 pasukan Australia dan Selandia Baru tewas. Ribuan orang dari kedua negara melakukan perjalanan setiap tahun ke Turki untuk upacara peringatan perang, dan peringatan itu ditandai pada Hari Anzac setiap 25 April.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan wakilnya, Menteri Luar Negeri Winston Peters, akan pergi ke Turki untuk mencari klarifikasi atas komentar Erdogan. "Dia pergi ke sana untuk meluruskan, untuk menemuinya," katanya.
FOLLOW THE INFONEWS.CO.ID AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow INFONEWS.CO.ID on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram