INFO KRIMINAL
-->

Sabtu, 05 Oktober 2019

Unjuk Rasa, Mahasiswa dan DPRD Gelar "Parlemen Jalanan"

Mahasiswa Gelar Aksi Demo ke DPRD Kota Solok
* Tak "Duduki" Gedung Dewan, Mahasiswa "Duduak Baropok" di Aspal

"Gelombang" unjuk rasa mahasiswa akhirnya "sampai" juga di Kota Solok. Demonstrasi menolak RUU KUHP, Revisi UU KPK, Karhutla, dan penanganan sejumlah kasus, dilakukan ke Gedung DPRD Kota Solok, Jumat (4/10/2019). Tak "diterima" masuk seluruhnya ke Gedung dewan, mahasiswa akhirnya "duduak baropok" di jalan aspal di halaman Gedung DPRD.



SOLOK - Mahasiswa Kota Solok yang mengatasnamakan dirinya sebagai Aliansi Mahasiswa Solok (AMS) melakukan unjuk rasa menolak Revisi Undang-Undang KPK, RUU KUHP, penanganan Kebakaran Hutan dan Lahat (Karhutla) dan sejumlah kasus lainnya, ke Gedung DPRD Kota Solok, Jumat (4/10/2019). Orasi mahasiswa diterima oleh 20 orang Anggota DPRD Kota Solok, dan dikawal oleh ratusan personel kepolisian dari Polres Solok Kota.



Para mahasiswa dari Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Solok dan Akper YPTK Solok, serta dari organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Solok mengawali aksi dengan berorasi sambil long march dari kampus UMMY Solok menuju kawasan pasar raya, kemudian kembali berkumpul di depan kampus UMMY.

Usai long march, massa aksi kemudian bergerak menuju kantor DPRD kota Solok dengan konvoi menggunakan sepeda motor sampai di dekat Kantor KPU Kota Solok. Peserta aksi damai kemudian berjalan kaki menuju gedung dewan.



Sesampainya di Gedung DPRD Kota Solok, sempat terjadi ketegangan dan perdebatan panjang antara mahasiswa dan Anggota DPRD Kota Solok. Para mahasiswa bersikeras ingin masuk ke ruangan sidang DPRD Kota Solok. Sementara, pimpinan dan anggota DPRD Kota Solok, menyatakan kapasitas Ruang Sidang DPRD tidak mencukupi untuk menampung seluruh mahasiswa yang berdemo. Pimpinan dan anggota DPRD meminta mahasiswa mengirim perwakilan sebanyak 20 orang. Namun, tawaran tersebut ditolak mahasiswa.

Perdebatan panjang pun terjadi. Semula, Wakil Ketua DPRD Kota Solok, Efriyon Coneng, sempat berdebat dengan para orator dan koordinator lapangan di lobi Gedung DPRD. Para mahasiswa yang tetap ingin masuk ke Ruang Sidang, dijawab dengan tak kalah sengit oleh Efriyon Coneng.



Kapolres Solok Kota AKBP Ferry Suwandi juga angkat bicara. Menurut Kapolres yang baru hitungan hari menggantikan AKBP Dony Setiawan Dt Pandeka Rajo Mudo tersebut, mengharapkan para mahasiswa bisa bersikap tenang, sebab mahasiswa merupakan representasi kaum intelektual. Menurutnya, sikap dan perilaku mahasiswa akan menjadi panutan bagi elemen masyarakat lainnya.

"Silakan menyampaikan aspirasi, namun harus dengan cara-cara yang tertib. Kita yakin, mahasiswa Kota Solok akan menyampaikan aspirasinya dengan cara-cara yang elegan," ungkapnya.



Tensi debat kemudian menurun saat Anggota DPRD dari Fraksi Golkar, Ramadhani Kirana Putra, angkat bicara. Ramadhani yang merupakan alumni UMMY dan Ketua HMI Cabang Solok, membuat para mahasiswa yang juga yunior-yunior Ramadhani, akhirnya "melunak". Ramadhani mengharapkan para mahasiswa Kota Solok bisa menyampaikan aspirasi dan tuntutannya dengan tertib dan elegan.

"Adik-adik mahasiswa merupakan generasi intelektual. Sampaikan aspirasi dengan cara-cara yang tertib dan elegan. Jangan sampai terjadi kerusuhan seperti di daerah lain. Jangan sampai menjadi tontonan nasional," ujarnya.



Ramadhani kemudian menekankan bahwa kapasitas Ruang Sidang DPRD Kota Solok tidak mencukupi untuk menampung semua mahasiswa. Ramadhani kemudian menawarkan untuk penyampaian aspirasi dilakukan di lobi gedung DPRD. Para Anggota DPRD akhirnya duduk di lantai lobi dan diikuti para mahasiswa. Namun, saat duduk tersebut, lobi tetap tidak bisa menampung seluruh mahasiswa yang duduk. Akhirnya, "lokasi" dipindahkan ke jalan aspal di halaman gedung.

Para pimpinan dan Anggota DPRD Kota Solok, akhirnya "duduak baropok" (duduk berdiskusi dengan posisi duduk sama tinggi) dengan seluruh mahasiswa yang berunjuk rasa.



Ketua DPRD Kota Solok, Yutris Can, menyatakan mengaku sangat salut dan mengapresiasi seluruh mahasiswa yang dinilai sangat tertib menyampaikan aspirasi. Menurutnya, hal itu merupakan budaya dan cara-cara yang pantas ditiru.

"Kami sebagai lembaga dewan, siap menerima aspirasi seluruh masyarakat termasuk kalangan mahasiswa. Namun tentu dengan cara-cara yang etis dan tertib. Jangan sampai terpancing dengan cara-cara yang tidak benar," sebut Yutris Can.



Ketua HMI Cabang Solok, Chandra, yang juga merupakan salah satu Korlap Aksi, meminta DPRD Kota Solok tidak diam dalam menyikapi persoalan yang terjadi saat ini di tingkat nasional.

"Kita ingin, lembaga dewan yang ada di daerah sebagai representasi masyarakat tidak hanya diam terhadap upaya-upaya yang disinyalir untuk melemahkan fungsi KPK dalam pemberantasan korupsi dan RUU KUHP yang dinilai tidak masuk akal," ujarnya.



Menjawab hal itu, Yutris Can bersama anggota DPRD mengaku menyatakan pihaknya seirama dengan mahasiswa, dan dengan tegas untuk menolak aturan-aturan yang tidak mengedepankan kepentingan masyarakat.

"Kita juga seirama dengan mahasiswa, pemerintah pusat juga harus mengusut tuntas kejahatan pembakaran hutan dan lahan, kasus penembakan mahasiswa dan kerusuhan di Wamena Papua yang menelan korban jiwa masyarakat Minang. Gedung DPRD, merupakan gedung milik rakyat. Seluruh lapisan masyarakat berhak menyampaikan aspirasinya. Namun, tentu dengan cara-cara yang elegan. Seperti yang dilakukan mahasiswa saat ini," puji Yutris Can.



Dukungan DPRD kota Solok atas tuntutan mahasiswa akhirnya disepakati dibubuhkan dengan surat resmi lembaga dewan untuk disampaikan langsung ke DPR-RI dan pemerintah pusat.

Menjelang pulang, para perwakilan mahasiswa menyerahkan karangan bunga kepada Ketua DPRD Kota Solok Yutris Can. Kemudian kepada Kapolres Solok Kota AKBP Ferry Suwandi, S.IK, Polwan Polres Solok Kota, dan sejumlah personel Polres Solok Kota. Hal itu dilakukan sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada personel Polres Solok Kota yang telah melakukan pengamanan dengan humanis. Bahkan, sejumlah mahasiswa menyempatkan selfi (swafoto) dengan sejumlah personel.



Dalam pengamanan unjuk rasa tersebut, Polres Solok Kota menurunkan personel dengan kekuatan penuh. Selain Kapolres, juga hadir Kabag Ops Kompol Bresman Simanjuntak, Kasat Intelkam Iptu Luhur Fachri Utomo, Kasat Reskrim Iptu Defrianto, Kasat Lantas Iptu Sugeng Riadi, Kasat Sabhara AKP Poniman, Kasat Resnarkoba AKP Dodi Apendi, KBO Intelkam Iptu Jufrinaldi, KBO Sat Reakrim Ipda Ronald Hidayat, dan personel dari seluruh satuan. (IN-001)







Jumat, 04 Oktober 2019

Nuraaen, Menantu yang Viral karena Kabur Saat Ibu Mempelai Pria Tiba di Pernikahan

10 Potret Nuraaen, Menantu yang Viral Gegara Lari Ketika Ibu Mempelai Pria Tiba di Pernikahan

Kamis, 3 Oktober 2019 13:40
10 Potret Nuraaen, Menantu yang Viral Gegara Lari Ketika Ibu Mempelai Pria Tiba di Pernikahan
Instagram
Foto-foto Nuraaen mempelai wanita yang kabur saat ibu mertua tiba di pernikahan 
10 Potret Nuraaen Istri Sufi Rashid, Menantu yang viral Gegara Lari Ketika Ibu mempelai Pria Tiba di Pernikahan
TRIBUN-TIMUR.COM - VIDEO viral menantu wanita lari ketika Ibu mempelai pria tiba di pernikahan.
Kabarnya Ibu sang pria tak merestui kekasih sang pria.
Menantu wanita tersebut, Nuraaen, menjadi sorotan.
Curhat pria yang gadis pilihannya tak direstui ibunda berakhir dengan peristiwa yang pilu.
Sufi Rashid, tak menyangka akan mengalami peristiwa tak terduga di hari pernikahannya dengan kekasih, Nuraaen.
Dikabarkan, hubungan antara Nuraaen dan sang Ibu berjalan tidak baik.
Ibu Sufi Rashid tidak merestui Nuraaen untuk menjadi istri dari putranya.
Meski begitu, Sufi tetap mantap menikah dan menggelar pesta pada Senin 30 September 2019.
Tiba-tiba, sang ibu yang tidak memberi restu tiba-tiba datang dan menerobos naik ke pelaminan.
Sang Ibu langsung putranya sambil menangis.
Melihat hal tersebut, reaksi Nuraaen pun jadi sorotan.
Nuraaen justru memilih menolehkan wajah dan pergi dari pelaminan.
Sufi Rashid yang tadinya menggandenganya berusaha menggapai tangan Nuraaen.
Namun, Nuraaen telah pergi meninggalkan tempat tersebut.
Video tersebut pun menjadi viral dan menuai beragam reaksi.
Sang Ibu menuliskan rasa kekecewaannya di Facebook.
Berikut foto-foto Nuraaen, sang menantu wanita yang lari ketika Ibu mempelai pria tiba di pernikahan.
1. Bersama Sufi Rashid

Naureen
Naureen (Instagram Naureen)

'I love wedding so much sebab boleh lawa lawa Congratulations @mohdnorazrie and wife @ainimustafa1 . I doakan semoga perkahwinan you guys bahagia hingga ke Syurga. Amin '
2. Kekuatan cinta diuji

(Naureen (Instagram Naureen)

'Kalau tak jem tu tak raya lah! Sabar okay! #TeamMakKauHIJAU #SHRMZB'
3. Selfie

(Naureen (Instagram Naureen)

'Cupi cakap jum post gambar sama sama, tengok siapa nya like lagi banyak Confirm laaa dia kan!  #postsolemnization'
4. Merah

(Naureen (Instagram Naureen)

'Loved you yesterday, love you still, always have, always will #myhusband #SAH'
5. Henna Night

(Naureen (Instagram Naureen)

'A night to remember. #hennanight #SAH'
6. Sabar

(Naureen (Instagram Naureen)

'When you feel like giving up, remember why you held on for so long in the first place'
7. Tuxedo

(Naureen (Instagram Naureen)

'Because wearing gown is too cliche'
8. Tak direstui sang Ibu

(Naureen (Instagram Naureen)

9. Pergi meninggalkan resepsi pernikahan

(Naureen (Instagram Naureen)

10. Kini jadi viral

(Naureen (Instagram Naureen)

'Alhamdulillah. Officially engaged!
I know that our journey has been a challenge. We have gone through some bad things, painful things, and ugly things. But the important thing is that we’re both still standing strong, and we’re both still crazy about each other.
Our love has seen us through some of the toughest challenges of our lives, and we’re still right here. #SAE'
(Tribunnewsmaker/Talitha Desena)

Kamis, 03 Oktober 2019

Tertembak Peluru Karet, Mata Jurnalis Indonesia Veby Mega Dilaporkan Buta


HONG KONG - Salah satu mata jurnalis Indonesia, Veby Mega Indah, dilaporkan buta setelah terkena peluru karet dari polisi Hong Kong. Veby sebelumnya meliput demonstrasi yang mengguncang Hongkong sejak Juni. Saat itu peluru karet menembus kacamata pelindung dalam bentrokan Minggu (29/9/2019).

Dalam video yang beredar dilansir BBC Rabu (2/10/2019), polisi Hong Kong menembakkan peluru karet ke arah demonstran dan jurnalis di bawah jembatan kawasan Wan Chai.

Pengacaranya Veby, Michael Vidler mengatakan, peluru itu menembus kaca Veby Mega Indah dari jarak 12 meter dan melukai dua matanya. Jurnalis Indonesia itu segera dibawa ke rumah sakit. Pada Rabu, dokter menyatakan dia bakal buta di salah satu matanya. Insiden itu terjadi ketika Veby mengenakan rompi berwarna terang dengan helm yang jelas-jelas bertuliskan "pers".

Dia mengungkapkan sebelum penembakan, salah satu jurnalis sempat berteriak "jangan tembak, kami wartawan" sesaat sebelum dia terkena peluru.

Begitu mengetahui ada warganya yang terluka, Konsulat Indonesia di Hong Kong meminta WNI untuk menghindari Wan Chai dan area lain yang terdampak demonstrasi. Anis Hidayah, Direktur Migrant Care, menuturkan pemerintah salah satu pusat finansial dunia itu harus bertanggung jawab atas terlukanya Veby.

"Pemerintah Indonesia melalui konsulat di Hong Kong harus mengambil langkah tegas menginvestigasinya," ujar Anis dikutip The Jakarta Post.

Pada Rabu, para demonstran kembali menggelar aksi mengecam aksi polisi yang mereka anggap terlalu menggunakan kekerasan. Polisi diberitakan menangkap 269 orang, dengan 100 orang dibawa ke rumah sakit dan ada 30 aparat terluka.

Aksi protes mulai terjadi pada awal 2019 di mana pemerintah lokal menggulirkan RUU Ekstradisi yang membuat terduga pelaku kejahatan dikirim ke China daratan.

Bagi pihak kontra, rancangan itu membuat Hong Kong bisa memunculkan kekhawatiran akan terjadinya persidangan yang tidak adil.

Mereka kemudian turun ke jalan sejak Juni, di mana sebulan kemudian, pemimpin Hong Kong Carrie Lam menyatakan bahwa RUU itu "sudah mati".

Namun, meski akhirnya Lam mengumumkan bahwa RUU Ekstradisi itu dicabut, gelombang aksi protes yang tak jarang disertai bentrokan terus terjadi. (*/IN-001)

Rabu, 02 Oktober 2019

Polri Tetapkan 4 Tersangka Viralnya Grup Whatsapp STM, Diduga Buatan Polisi


JAKARTA - Kepala Biro (Karo) Penerangan Masyarakat (Penmas), Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyampaikan, pihaknya telah menetapkan empat tersangka terkait viral di sosial media Twitter adanya grup Whatsapp pelajar STM yang isinya meminta upah rusuh demonstrasi.

Saat nomor dalam grup tersebut ditelusuri, ternyata diduga malah milik anggota polisi. Hal itu kemudian disinyalir sebagai upaya Polri menyudutkan pelajar STM.

"Sudah diprofilling dan identifikasi akun-akunnya oleh siber. Sudah ada 4 tersangka, tapi nanti setelah ditangkap disampaikan," tutur Dedi saat dikonfirmasi, Selasa (1/10/2019).

Dedi enggan menjelaskan rincian penetapan tersangka tersebut. Yang jelas, kasus itu masih dalam pendalaman Ditsiber Bareskrim Polri. Lebih lanjut, situasi tersebut dinilai sebagai upaya propaganda.

"Nah ini, jadi kita paham betul apa yang ada di media sosial itu. Karena sebagian besar adalah anonymous, narasi-narasi yang dibangun adalah narasi propaganda, tentunya dari direktorat Cyber Bareskrim Polri sudah memprofiling," jelas dia.

Narasi Provokatif

Menurut Dedi, pada akhirnya narasi yang digunakan bersifat provokatif untuk membuat kegaduhan di masyarakat. Sama halnya dengan kasus surat suara tercoblos di tujuh kontainer, dan lainnya.

"Belum bisa dipastikan, kalau itu anggota polisi pun kan belum bisa dipastikan betul anggota atau bukan," pungkas Dedi. (*/IN-001)

Sumber: liputan6.com

Senin, 30 September 2019

Meliput Demo di Hongkong, Jurnalis Indonesia Tertembak di Bagian Dekat Mata


HONGKONG - Seorang jurnalis warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban dalam aksi demonstrasi di Hong Kong. Berdasarkan keterangan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong, wartawan yang diidentifikasi sebagai Veby Mega itu terkena tembakan peluru karet di dekat matanya saat meliput unjuk rasa di daerah Wan Chai pada Minggu, 29 September. Korban dilaporkan berada dalam keadaan sadar dan telah mendapatkan perawatan dokter.

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi telah menghubungi Konjen RI di Hong Kong terkait insiden ini dan telah menugaskan tim KJRI memberikan bantuan.

KJRI Hong Kong telah berkomunikasi dengan otoritas Hong Kong mengenai kronologis dan meminta penyelidikan lebih lanjut mengenai kejadian ini, dan akan terus memberikan pendampingan pada korban selama perawatan di rumah sakit.

Demonstrasi di Hong Kong telah berlangsung selama akhir pekan ke-14 berturut-turut. Kementerian LUar Negeri RI sebelumnya telah mengeluarkan peringatan perjalanan kepada WNI yang berencana melakuakn kunjungan ke Hong Kong di tengah situasi yang memanas.



KJRI Minta Hong Kong Selidiki Kasus Tertembaknya Jurnalis Indonesia

Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Hong Kong meminta aparat setempat melakukan penyelidikan atas tembakan peluru karet yang mengenai jurnalis Indonesia. KJRI juga mengatakan sudah berkomunikasi dengan otoritas Hong Kong untuk mengetahui kronologi kejadian.

"Kami telah berkomunikasi dengan otoritas Hong Kong mengenai kronologis dan meminta penyelidikan lebih lanjut mengenai kejadian ini," kata Konsul Jenderal RI untuk Hong Kong Ricky Suhendar dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip detik.com dari Antara, Minggu (29/9/2019).

KJRI sebelumnya mengungkapkan wanita berkewarganegaraan Indonesia bernama Veby Mega terkena tembakan peluru karet di dekat mata. Ketika itu, Veby sedang melakukan kegiatan jurnalistik terkait aksi demonstrasi di kawasan Wanchai, Hong Kong.



Pihak KJRI telah melaporkan insiden tersebut kepada Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi di Jakarta.

"Ibu Menlu telah menugaskan tim KJRI Hong Kong untuk segera memberikan bantuan ke rumah sakit," ujarnya didampingi Kanselari KJRI Hong Kong Mandala S Purba.

Veby dilaporkan dalam keadaan sadar dan masih dilakukan perawatan.

"Saat ini kondisi Veby dalam keadaan sadar dan masih dalam perawatan dokter," ujar Ricky.

Pihak KJRI Hong Kong akan terus memberikan pendampingan dan bantuan kepada korban selama perawatan di rumah sakit. (*/IN-001)

Provokasi Mahasiswa untuk Turunkan Jokowi, Ketua Fraksi Gerindra DPRD Sumbar Minta Maaf

PADANG - Ketua Fraksi Gerindra di DPRD Sumbar, Hidayat SS, akhirnya meminta maaf kepada publik usai terekam kamera ikut memprovokasi mahasiswa saat menerima mereka beraudiensi pada (25/9) lalu. Dalam pertemuan yang digelar di dalam gedung DPRD itu, Hidayat terekam berusaha membajak agenda awal mahasiswa untuk berdemonstrasi. Ia menantang mahasiswa apakah berani menurunkan Joko "Jokowi" Widodo dari kursi Presiden.

"Kami kan tidak membuat Undang-Undang adek-adek. UU itu (hasil pembahasan) DPR RI, bukan kerja kami. Kalau boleh saya tantang adek-adek semua, buat rekomendasi hari ini, turunkan Presiden Jokowi. Berani gak?," kata Hidayat lantang ketika itu.

Uniknya sebagian mahasiswa yang ikut audiensi turut menyambut dengan positif kalimat yang dilontarkan oleh Hidayat tersebut. Beruntung, ada salah satu mahasiswa yang menyadarkan kembali rekan-rekannya agar tidak mudah terprovokasi.

"Kawan-kawan! Ingat tujuan kita di sini, jangan terprovokasi! Apa tujuan kita? Tidak ada turunkan Jokowi!," ujar pemuda yang belakangan diketahui bernama Alfiandri, alumni Universitas Andalas jurusan Antropologi angkatan 2011.

Di video itu juga terekam Alfiandri langsung mengonfrontasi Hidayat dan meminta agar tidak memprovokasi rekan-rekannya supaya menurunkan Jokowi.

"Bapak ini adalah (anggota) Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat. Bapak masih kurang yakin apakah suara ini kurang? Ini suara yang mewakili kepentingan rakyat!," kata dia sambil disoraki dengan kata setuju dari rekan-rekannya.

Video itu kemudian menjadi viral dan mendapat sorotan luas dari publik. Dokumentasi tersebut seolah menjadi konfirmasi memang ada pihak-pihak tertentu yang coba membajak agenda mahasiswa.

Lalu, mengapa akhirnya Hidayat meminta maaf ke publik? Apa penjelasannya soal pernyataan bernada provokasi tersebut?

1. Hidayat meminta maaf ke publik dan Jokowi karena telah menimbulkan ketidaknyamanan

Kepada media pada Sabtu (28/9) kemarin, Hidayat akhirnya menyatakan permintaan maaf ke publik dan Presiden Jokowi. Ia mengakui pernyataannya pada Rabu kemarin sudah menimbulkan rasa tidak nyaman dan situasi yang tak kondusif.

"Setelah membaca komentar di media sosial, maka secara sadar atas dasar pemikiran itu dan tanpa tekanan, saya menyatakan permohonan maaf," ujar Hidayat di Padang.

Ia pun meminta maaf kepada Jokowi atas ucapannya yang dinilai provokatif. Menurut Hidayat, ia tidak bermaksud untuk membajak agenda mahasiswa dan mengubahnya menjadi agar menurunkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

"Tidak ada niat kita untuk melakukan provokasi atau tindakan-tindakan yang di luar konstitusi," tutur dia.

Ia berdalih kalimat itu terlontar secara spontan ketika menerima audiensi dengan 50 mahasiswa. Pihak DPRD ketika itu mengaku tak menemukan solusi bagi tuntutan para mahasiswa.

2. Hidayat juga meminta maaf kepada Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto

Selain kepada Jokowi, Hidayat turut meminta maaf kepada ketua umum Gerindra, parpol tempatnya kini bernaung.

"Mungkin Beliau bisa menangkap pesan kadernya tidak konstitusional tapi saya tidak ada niat untuk itu," kata Hidayat lagi.

Di dalam pemberian keterangan pers, Hidayat menjelaskan pada Rabu kemarin mereka didesak oleh perwakilan mahasiswa yang berdemo agar segera berangkat ke Jakarta. Tujuannya, untuk menemui Presiden dan anggota DPR supaya menyampaikan aspirasi mereka yang menolak rancangan Undang-Undang yang bermasalah. Namun, Hidayat dan rekan-rekannya menolak untuk berangkat ke Jakarta karena ada beberapa kendala yang dihadapi.

Akhirnya, diambil keputusan yang dikirim ke Jakarta wakil ketua sementara. Namun, mahasiswa menolak keputusan itu. Mereka khawatir aspirasinya tak benar-benar disampaikan ke Presiden dan DPR.

"Kemudian dengan kondisi di bawah tekanan, secara spontan keluar lah kalimat apa ada agenda lain (seperti) menurunkan Presiden Jokowi," tutur dia.

Namun, apabila meninjau kembali videonya, Hidayat justru menyampaikan kalimat berbeda. Ia jelas-jelas terdengar menantang mahasiswa apakah berani untuk menurunkan Jokowi dari kursi kepresidenan.

3. Sikap Hidayat sebagai anggota DPRD dikritik oleh warganet

Sikap Hidayat selaku anggota DPRD yang malah ikut memprovokasi dan bukan memberi solusi dikritik oleh warganet. Bahkan, sebagian mengaku tidak heran apabila Hidayat mengatakan demikian. Sebab, menurut warganet sejak masih ada sentimen dari Partai Gerindra seolah belum bisa menerima Presiden terpilih adalah Jokowi.

Ada pula warganet yang menanyakan tuntutan untuk menurunkan Jokowi salah alamat, lantaran di parlemen, sebagian besar justru diisi oleh partai pengusung mantan Wali Kota Solo itu. Selain sulit terealisasi, tuntutan tersebut tak masuk akal. (*/IN-001)

Sumber: idntimes.com
© Copyright 2018 INFONEWS.CO.ID | All Right Reserved