RELIGIUS
-->

Rabu, 01 April 2020

Tunjangan ASN Dipotong untuk Covid-19? Ini Jawaban Walikota Solok

SOLOK - Di tengah upaya penanganan virus corona (Covid-19) di Kota Solok, Sumatera Barat (Sumbar), beredar selentingan isu terkait imbauan Walikota Solok untuk memotong tunjangan daerah (Tunda) aparatur sipil negara (ASN) di Pemko Solok. Tujuannya, untuk membantu masyarakat yang menjadi dampak dari Covid-19 di Kota Solok. Padahal, ASN di Kota Solok juga terdampak adanya Covid-19 ini. Terkait hal ini, Walikota Solok Zul Elfian Dt Tianso menyatakan hal itu tidak benar. Menurutnya, pihaknya hanya meminta sumbangan sukarela ke ASN untuk membantu meringankan beban masyarakat. Saat ini menurutnya, sudah terkumpul sumbangan dari ASN Pemko Solok sebesar Rp 100 juta.

"Sumbangan dari ASN Pemko Solok, saya tegaskan itu adalah sumbangan seikhlasnya. Tanpa paksaan. Kalau tidak ada, tidak apa-apa. Tapi, apa salahnya kita berbagi. Bahkan, saya menyumbangkan 50 persen gaji saya untuk penanganan Covid-19 di Kota Solok," ungkapnya.

Zul Elfian juga menegaskan, Pemko Solok juga melakukan langkah-langkah untuk meringankan beban masyarakat yang semakin berat akibat dampak dari Covid-19 ini. Di antaranya dengan membebaskan retribusi dan sewa kios di Pasaraya Solok yang milik Pemko Solok. Kemudian, pengurangan setoran retribusi parkir dari pengelola perparkiran di Kota Solok.

"Di samping pembebasan sewa kios dan pengurangan setoran parkir ke kas daerah, kita juga saat ini akan mencoba mengusahakan penangguhan angsuran ke perbankan dan lembaga pembiayaan lain. Dalam waktu dekat, kita akan berkomunikasi dengan bank-bank dan leasing di Kota Solok untuk mencari solusi. Sebab, dengan adanya Covid-19 ini, perekonomian dan pemasukan warga jelas sangat menurun," ungkapnya.

Zul Elfian juga menjelaskan, kondisi terkini di Kota Solok, jumlah kasus Covid-19 yang positif tidak ada. Sedangkan orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 366 orang dan pasien dalam pemantauan (PDP) sebanyak 49 orang.

Sejumlah hal dan langkah yang telah dilakukan yaitu membuat edaran tentang bahaya virus corona agar masyarakat selalu waspada dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Kemudian membentuk gugus tugas yang telah melakukan penyemprotan disinfektan di tempat fasilitas publik yang ramai di kunjungi oleh masyarakat seperti tempat ibadah, perkantoran, taman, terminal, pasar, jalan umum dan tempat wisata.

"Kita tidak tahu keberadaan virus ini mengendap yang jelas virus ini bisa muncul ditempat-tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat. Untuk pencegahan dengan menggunakan disinfektan memang tersedia terbatas. Kadang-kadang hanya diperoleh melalui OPD dengan caranya sendiri. Selain itu kita sudah mengambil langkah yaitu meliburkan anak sekolah sampai tanggal 2 April 2020 dan dalam rencana kami akan memperpanjang masa libur anak sekolah sampai tanggal 21 April 2020," ujarnya.

Zul Elfian juga menyatakan saat ini petugas yang bekerja di lapangan memang mengalami beberapa kendala dan keterbatasan. Di antaranya, terbatasnya alat pelindung diri (APD). Selain itu, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, sedang menunggu anggaran seperti gugus tugas di OPD masing-masing.

Zul Elfian juga merinci, kebutuhan anggaran di sejumlah OPD terkait untuk penanganan Covid-19. Yakni Dinas Perhubungan membutuhkan anggaran sebesar Rp 65.500.000, Satpol PP sebesar Rp 373.200.000, Bagian Perekonomian sebesar Rp 67.500.000, Dinas Perindag Koperasi dan UKM sebesar Rp 12.750.000, Dinas Kesehatan sebesar Rp 3.052.161.807, Camat sebesar Rp 1.500.000.000, BPBD Kota Solok sebesar Rp 1.600.000.000 dan Dinas Sosial sebesar Rp 575.000.000. Sehingga, total anggaran keseluruhannya Rp 7.246.111.807.

"Ke depannya kita akan membentuk Posko di setiap kelurahan yang nantinya akan di kelola oleh RT dan RW serta LPMK dengan melibatkan masyarakat. Di Posko ini, sekali 24 jam akan memantau orang yang datang di wilayahnya masing- masing serta melakukan pendataan," ujarnya. (IN-001)

Kamis, 26 Maret 2020

Satu Warga Bukittinggi Positif Covid-19, Satu Pasien PDP Meninggal Tadi Malam

BUKITTINGGI - Kota Bukittinggi mengumumkan kasus pertama warga positif virus corona (Covid-19) di Sumatera Barat. Satu perempuan yang dirawat di Rumah Sakit Ahmad Muchtar (RSAM) Bukittinggi positif terjangkit Covid-19. Sementara, satu pasien dalam pemantauan (PDP) asal Solok Selatan, meninggal dunia, Rabu malam (25/3/2020). Namun, hasil tes labor swap menunjukkan negatif Covid-19 dan justru positif HIV. Hal itu dikatakan Walikota Bukittinggi, Sumatera Barat, Ramlan Nurmatias Kamis pagi (26/4/2020).

Warga yang positif corona adalah perempuan. Suami yang bersangkutan memiliki riwayat perjalanan ke Malaysia untuk acara tabligh akbar. Menurut Ramlan, hasil pemeriksaan labor swap dari Unand menunjukkan istri positif terjangkit corona.

"Kami sudah mengontak keluarga pasien tersebut dan bersedia dijemput untuk kami lakukan isolasi. Satu keluarga ada empat orang," katanya.

Pemerintah saat ini tengah menelusuri riwayat kontak pasien dengan warga lain.

"Warga yang positif ini juga punya toko. Kami sedang tangani bagaimana riwayat perjalanan dan interaksinya," katanya.

Sementara satu pasien dalam pemantauan meninggal di RSAM Bukittinggi berasal dari Kabupaten Solok Selatan pada Rabu (25/3/2020) malam.

Untuk pasien yan meninggal, Ramlan mengatakan belum diketahui hasil labor apakah positif atau negatif corona. (*/IN-001)

Kabar Baik, Sudah 103.396 Orang Dinyatakan Sembuh Usai Positif Covid-19

JAKARTA - Di tengah duka dan kepedihan karena wabah virus corona yang saat ini sudah menyebar ke seluruh dunia, terselip sebuah kabar baik. Berdasarkan laporan yang disajikan Universitas John Hopkins, lebih dari 103.000 orang, tepatnya 103.396, dinyatakan sembuh.

Selain itu, terdapat sejumlah kabar lain. Seperti misalnya Korea Selatan yang grafik pasien sembuh karena virus corona meningkat pesat.

Atau fakta bahwa Italia, negara dengan angka kematian Covid-19 tertinggi di dunia, selama dua hari beruntun melaporkan penurunan data korban meninggal.

1. China laporkan lebih dari 70.000 pemulihan

Lebih dari 70.000 orang di China berhasil sembuh, di mana hampir 59.000 orang terjadi di Hubei, provinsi yang paling terdampak wabah.

Beijing mengklaim mereka bisa menghentikan penyebaran. Indikatornya adalah satu kasus domestik yang diumumkan pada Minggu (22/3/2020).

Klaim tersebut terjadi setelah Negeri "Panda" melontarkan serangkaian kebijakan ketat. Salah satunya adalah lockdown Wuhan, kota tempat di mana wabah terdeteksi.

Meski begitu, China melaporkan adanya kasus impor. Pada Minggu, mereka melaporkan 46 kasus, dengan 13 di antaranya terjadi di ibu kota Beijing.

Karena itu guna mencegah gelombang kedua, pemerintah setempat mengalihkan penerbangan ke 12 bandara, dan menerapkan pemeriksaan kesehatan bagi pendatang.

2. Sepertiga penderita di Korea Selatan sembuh

Negeri "Ginseng", yang menjadi klaster terbesar Asia (9.037 kasus), mengumumkan sepertiga pasien, atau 3.507, dinyatakan sembuh.

Kemudian pada Selasa (24/4/2020), Seoul hanya melaporkan 76 kasus harian, 14 hari beruntun mereka mengumumkan di bawah 100 infeksi.

Merujuk data dari Statista, Korea Selatan melakukan tes terhadap lebih dari 316.000 orang pada Minggu, di mana langkah itu jadi titik penting mitigasi.

Yoon Tae-ho, direktur jenderal kesehatan Korsel menyatakan, pihaknya tidak menurunkan kewaspadaan meski angkanya terus menurun.

"Masih terdapat naik turun meski tren-nya berkurang. Prioritas kami adalah mencegah infeksi sporadis dan kasus berulang," tegas Yoon.

Sejak Minggu, Seoul memberlakukan kebijakan social distancing selama 15 hari. Melarang kegiatan agama, olahraga, dan hiburan.

Mayoriyas kasus virus corona yang ditemukan di Negeri "Ginseng" berasal dari kelompok keagamaan bernama Gereja Shincheonji.

3. Korban sembuh Italia melebihi angka kematian

Hingga saat ini, Italia sudah melaporkan 6.077, dan menjadi negara dengan korban meninggal tertinggi karena Covid-19 di dunia.

Meski begitu seperti diberitakan Newsweek, Roma patut berbangga. Sebab saat ini, mereka sudah menyatakan 7.432 korban sudah pulih.

Selain itu dalam dua hari berturut-turut, Roma mengumumkan penurunan dalam laporan kematian harian sejak Minggu pekan lalu.

Begitu wabah tersebut menjangkiti pada Februari, Negeri "Pizza" menerapkan lockdown, dan dimulai dari kawasan utara yang notabene wilayah paling parah.

Di Vo, sebuah kota kecil di bagian Venezia, tes yang digelar berulang-ulang terhadap warganya membuat mereka tak lagi mencatatkan kasus infeksi. (*/IN-001)

Sumber: kompas.com

In Memoriam; Sudjiatmi, Sosok di Balik Sukses Presiden Jokowi

Kepergian Sujiatmi Notomihardjo ke hadapan Sang Khalik membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) terpukul. Betapa tidak, ibundanya adalah sosok yang selama ini terus mendukung dan mendoakan setiap langkahnya.
Sujiatmi adalah saksi perjalanan hidup Jokowi dari kecil, remaja, menjadi pebisnis, hingga terjun ke dunia politik. Dia tidak pernah mengira anaknya bakal menjadi orang nomor satu negeri ini. Sujiatmi mengenal betul karakter Jokowi yang ia lahirkan di RS Brayat Minulyo, Solo, pada 21 Juni 1961.
Mengikuti karier politik Jokowi yang terus melejit, Sujiatmi Notomiharjo mengaku hanya bisa memberi restu. Perempuan ini senantiasa menaruh kepercayaan dan mendoakan meskipun jalan hidup yang ditempuh anaknya ini tidak gampang dan penuh risiko.
Menurut Sujiatmi, salah satu karakter yang melekat dalam diri Jokowi sampai saat ini adalah karakternya sebagai seorang pengusaha. Menurut Sujiatmi, bakat bisnis yang dimiliki Jokowi terbentuk karena keluarga. Ayah Sujiatmi atau kakek Jokowi sudah lama menjadi seorang pengusaha. Bakat pengusaha ini kemudian menurun ke pakdhe Jokowi bernama Miyono dengan usaha kayunya CV Roda Jati. Sementara, suami Sujiatmi, Notomiharjo, juga merupakan seorang pengusaha kayu dan bangunan rumah."Saya tidak punya kekhawatiran. Kalau dia sudah mempertimbangkan masak-masak, ya saya tinggal mendukung agar dia tetap menjalaninya. Bahkan, ketika dia pernah "dikuyo-kuyo" di Jakarta, saya tidak pernah memintanya untuk pulang ke Solo. Saya yakin anak saya seorang pemberani," kata Sujiatmi ramah di kediaman Jokowi di Surakarta saat diwawancarai Marketeers bersama dengan pakar marketing Hermawan Kartajaya pada 2014 silam, selang beberapa hari setelah Pemilihan Presiden.
Diceritakan Sujiatmi, pada tahun 1985, usai lulus sebagai insinyur kehutanan dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Jokowi sempat bekerja di PT Kertas Kraft Aceh. Di BUMN tersebut, Jokowi ditempatkan di Hutan Pinus Merkusii, Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Setelah dua tahunan, Jokowi tidak betah bekerja di sana apalagi saat itu istrinya Iriana jelang melahirkan anak pertama. Menurut Sujiatmi, alasan Jokowi keluar dari perusahaan tersebut lantaran dia tak mau disuruh-suruh oleh orang lain lagi.
Kisah Sujiatmi di Balik Sukses Jokowi: Anak Saya Seorang PemberaniIbundaJokowi Sujiatmi Notomihardjo saat wawancara eksklusif dengan detikcom Foto: Muchus BR/detikcom
"Saya tanya kenapa tidak mau balik ke sana. Dia kembali menjawab 'saya tidak mau, Bu. Saya tidak mau diperintah oleh orang lain'. Saya tanya lagi, kalau kamu kerja dengan orang lain tetapi tidak mau diperintah, kamu mau kerja apa. Jokowi menjawab, 'saya ingin membuka usaha sendiri'," kenang perempuan kelahiran Desa Gumukrejo, Boyolali, Jawa Tengah, 15 Februari 1943 ini.
Pulang dari Aceh, Jokowi bekerja di CV Roda Jati milik Miyono, pakdhenya. Pada tahun 1988, Jokowi memutuskan keluar dari pekerjaannya. Miyono sempat melarang. Tetapi, Jokowi bertekad untuk membuka usaha sendiri. Pada tahun tersebut, Jokowi mendirikan usaha mebelnya dengan nama CV Rakabu yang diambil dari nama anak pertamanya, Gibran Rakabuming.
Perjalanan bisnis Jokowi tak lepas dari suka duka. Sujiatmi menceritakan bahwa Jokowi pernah tertipu ketika berbisnis dengan orang lain. Pada tahun 1990-an, Jokowi mengirimkan barang pesanan orang ke Jakarta. Tetapi, begitu barangnya sampai, orang tersebut tidak pernah membayar ke Jokowi. Jokowi merugi Rp 60 jutaan.
Tampaknya, Sujiatmi merupakan modal semangat dan spiritual bagi Jokowi dalam memutar roda bisnisnya. Sampai akhirnya, usaha Jokowi mulai moncer. Jokowi rajin ikut pameran bertaraf Internasional dan mulai ekspor. Pasar ekspornya terbentang dari Singapura, Eropa, dan Amerika. Bahkan, Jokowi harus bolak-balik ke berbagai negara untuk melihat pasar dan mencari peluang baru."Saat itu, modalnya habis. Awalnya, dia agak putus asa. Tetapi, saya sebagai ibunya selalu mendorongnya agar terus maju dan tidak putus asa. Dan, dia selalu mendengarkan sekaligus mematuhi nasihat saya," kata Sujiatmi.
Sifat Jokowi di Mata Sujiatmi
Menurut Sujiatmi sejak kecil Jokowi memang bukanlah orang yang banyak bicara. Tetapi, pergaulannya di masa kecil tergolong lumrah. Tidak nakal dan tidak menonjol. Namun, di balik pendiamnya, Jokowi adalah seorang pendengar yang baik dan memiliki kemauan keras.
Sujiatmi melihat Jokowi menjadi seorang pendiam karena dia ingin selalu mendengarkan lawan bicaranya. Karakter ini sudah ada sejak masih kecil. Kepada orang yang lebih tua dan pandai, lanjut Sujiatmi, Jokowi lebih senang mendengarkan. Bahkan, saat jagongan (pertemuan informal - red), dia lebih mendengarkan. Jokowi menggunakan sikap diamnya untuk menyerap ilmu dan hal-hal positif dari orang lain.
Sujiatmi menambahkan, saat masih kecil Jokowi memiliki kemauan keras dan harus dituruti. Misalnya, saat Jokowi minta mainan maupun jajanan, keinginan itu harus dituruti. Padahal, kalau minta, tak jarang jajanan itu juga tidak dimakan. Suatu hari, sang kakek usil kepada Jokowi kecil ketika ada seorang penjual arang lewat. Sang Kakek bertanya ke Jokowi apakah mau dibelikan arang atau tidak. Jokowi menggeleng kepalanya karena itu bukan makanan dan tentunya rasanya tidak enak.
"Jokowi seperti anak-anak biasanya yang juga suka guyon maupun suka nggodain adik-adiknya. Di keluarga, Jokowi sangat dekat dengan saya. Sementara ketiga adiknya lebih dekat dengan bapaknya," katanya.
Selain itu, Menurut Sujiatmi Jokowi bukanlah orang yang kaku dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sujiatmi mengenal Jokowi sebagai sosok yang senang guyon, khususnya dengan adik-adiknya. Jokowi memiliki tiga adik. Ketiganya Yati, dan Titik Relawati.
Menurut Sujiatmi, Jokowi juga sosok yang sangat mengayomi. Sikap yang mengayomi Jokowi sudah kelihatan sejak remaja ketika ia ikut mengasuh ketiga adiknya.
"Dia sangat memperhatikan dan mengayomi ketiga adiknya. Termasuk juga dengan teman-temannya. Dan, adik-adiknya nurut apa yang dikatakan kakaknya," kata Sujiatmi.
Sujiatmi juga menjadi pendamping yang baik bagi Jokowi saat menempuh jenjang pendidikan. Jokowi mengawali pendidikannya di TK Siwipeni, depan Stasiun Balapan. Lanjut ke SD Negeri 111 Tirtoyoso dan SMP Negeri 1 Surakarta. Lulus SMP, Jokowi melanjutkan ke SMA Negeri 6 Surakarta. Sebenarnya, Jokowi berkeinginan kuat masuk ke SMA N 1 Surakarta. Alasannya, sekolah itu sekolah favorit seperti halnya SMP N 1 dan banyak teman SMP-nya yang diterima di sana.
Karena tak diterima di SMA N 1, Jokowi saat itu sempat mutung (putus asa - red). Sujiatmi menyarankan Jokowi agar melanjutkan di sekolah negeri di luar kota Solo agar nanti bisa pindah ke sekolah idamannya tersebut. Tetapi, Jokowi tidak mau. Setelah bujuk rayu lama, Jokowi akhirnya mau sekolah di SMA Negeri 6 Solo. Jokowi menjadi siswa angkatan pertama dari sekolah baru ini. Kata Sujiatmi, Jokowi sempat sakit tifus gara-gara tidak bisa ke SMA 1 tersebut. Untungnya, di kelas dua, semangat belajar Jokowi pulih kembali. Mata pelajaran dia ikuti dengan baik, khususnya matematika yang menjadi pelajaran favoritnya. Bahkan, di SMA tersebut, Jokowi menjadi juara kelas.
Sampai akhirnya, Jokowi diterima di Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta, sebuah kampus favorit yang ternyata tidak semua teman-teman Jokowi di SMA 1 Solo diterima di sana. Meski tinggal di rumah kos di Yogyakarta semasa kuliah, Jokowi tidak melupakan Sujiatmi. Seminggu sekali, di akhir pekan, Jokowi selalu pulang untuk bertemu dengan ibunya di Solo.
Kisah Sujiatmi di Balik Sukses Jokowi: Anak Saya Seorang PemberaniFoto: Hermawan Kartajaya saat bersama Sujiatmi di Solo pada 2014 (dok Marketeers)
Saat mau menjadi Wali Kota Solo, Jokowi sempat "curhat" kepada Sujiatmi. Menurut Sujiatmi, kala itu, Jokowi ingin melayani dan mengabdikan diri untuk warga Solo. Sujiatmi hanya bertanya, siapa yang akan mengurus bisnis mebelnya yang mulai berkembang itu. Padahal, saat itu anak-anaknya juga masih sekolah. Jokowi hanya bilang gampang dan bisnis akan dikelola oleh adik-adiknya.
Sebenarnya, anak sulungnya Gibran sempat melarang Jokowi menjadi wali kota. Tetapi, Jokowi bilang ke Gibran bahwa selama ini dia tidak pernah melarangnya melakukan apa pun. Kini, giliran Gibran yang tidak boleh melarang bapaknya untuk menjadi wali kota.
Jokowi pun maju sebagai wali kota bersama FX Hadi Rudyatmo yang juga dekat dengan keluarga Jokowi. Sujiatmi senang melihat anaknya menjadi wali kota. Lebih senang lagi ketika Jokowi tidak berubah dari kehidupannya yang sederhana dan dekat dengan masyarakat kecil.
Sujiatmi mengaku pernah sedikit khawatir ketika Jokowi di tahun pertama sebagai wali kota berniat untuk memindahkan pedagang kaki lima (PKL) di Banjarsari. Apalagi di kawasan tersebut, bukan hanya pedagang, tetapi juga para preman bertato. Namun, Jokowi meminta ibunya untuk tetap tenang karena dia akan melakukannya dengan cara-cara halus. Sujiatmi hanya bisa merestui dan percaya pada anaknya yang pemberani. Dengan didukung oleh wakilnya. Rudy, Jokowi berhasil merelokasi PKL itu dengan apik, tanpa kericuhan dan kekerasan."Saya senang melihat setiap Jumat, dia keliling di bantaran sungai. Dia di sana melihat sendiri keadaan dan ngobrol dengan warga setempat. Lalu, membagikan beras, bahan pokok, maupun buku-buku ke warganya. Jokowi senang membantu rakyat kecil," katanya.
Harapan Sujiatmi untuk Jokowi
Sujiatmi juga menceritakan momen Jokowi meminta restu saat hendak maju menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sujiatmi mengaku tidak melarang asalkan Jokowi sudah mempertimbangkan masak-masak dan yakin. Dukungan pun diberikan Sujiatmi saat kampanye hitam menyerang Jokowi ketika di Jakarta. Sujiatmi percaya bahwa anaknya seorang pemberani.
Dukungan juga diberikan Sujiatmi ketika Jokowi maju menjadi capres. Saat Jokowi diserang dengan kampanye hitam, Sujiatmi berpesan kepada Jokowi agar tidak meresponsnya, khususnya secara emosional.
"Jangan dijawab, jangan dilawan, jangan direspons yang sekiranya membangkitkan emosi. Jangan pernah melawannya dengan kekerasan. Dari dulu, saya selalu berpesan jangan sekali-kali melakukan kekerasan. Sejak kecil, dia juga tidak pernah berkelahi atau bahkan cekcok dengan temannya," kata Sujiatmi.
Meski demikian, di mata Sujiatmi Jokowi bukanlah sosok sempurna. Di antara kelebihannya, Jokowi juga memiliki kekurangan. Sujiatmi sendiri tidak mengharapkan perubahan dalam diri Jokowi. Sebaliknya, Sujiatmi menerima sosok anaknya tersebut apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Kisah Sujiatmi di Balik Sukses Jokowi: Anak Saya Seorang PemberaniPresiden Jokowi di rumah duka Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya
"Harapan saya saat Jokowi menjadi presiden, dia bisa menjalankannya sebagai amanah. Semoga dia direstui oleh Allah untuk menjalankan amanah dari rakyat tersebut," pungkas Sujiatmi.
Sudjiatmi tutup usia akibat penyakit kanker tenggorokan pada umur 77 tahun. Dia meninggal dunia pukul 16.45 WIB tadi di Rumah Sakit TNI (RST) Tingkat III Slamet Riyadi, Surakarta, Jawa Tengah. Sudjiatmi meninggalkan 9 cucu dan 3 cicit. Pihak yang berdukacita adalah empat anaknya, beserta suami atau istri masing-masing. Mereka adalah Jokowi-Iriana, Iit Sriyantini-Wahu Purwanto, Idayati-Hari Mulyono, dan Titik Ritawati-Arif Budi Sulistyo.
"Rencana pemakaman insyaallah besok pukul 1 siang di pemakaman di Mundu, Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar," ujar Jokowi di Solo, Rabu (25/3/2020). (*/IN-001)Jenazah ibunda Jokowi akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Mundu, Karanganyar, besok. Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka, di Jalan Pleret Raya 9A, Banyuanyar, Solo, Jawa Tengah. (*/IN-001)

Selasa, 24 Maret 2020

Pilkada Solok, Nofi Candra Genggam "Tiket" Rekomendasi dari DPP NasDem

Nofi Candra, SE, Calon Pertama yang Mendapatkan Rekomendasi Parpol di Pilkada Kabupaten Solok 2020

DPD NasDem Kabupaten Solok: Tanpa Mahar, Mesin Partai Langsung Bergerak

SOLOK - Bakal Calon Bupati Solok, Nofi Candra, SE, menjadi kandidat pertama yang mendapatkan rekomendasi dari partai politik (Parpol) untuk maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Solok 2020. Mantan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) tersebut, mendapatkan rekomendasi dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasional Demokrat (NasDem).

Surat rekomendasi tersebut diserahkan oleh Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Solok, Armen Plani, di Kantor DPD NasDem Kabupaten Solok, Selasa (24/3/2020). Turut hadir, Ketua Dewan Pakar Partai NasDem Kabupaten Solok M Hidayat, B.Sc, SH, Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem Kabupaten Solok Azwirman, Bendahara Partai, pengurus dan kader Partai NasDem Kabupaten Solok.

Nofi Candra (kiri) bersama Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Solok Armen Plani

Surat rekomendasi No. 123-SI/RP/DPP-NasDem/III/2020, tanggal 18 Maret 2020 tersebut, ditandatangani oleh Wakil Ketua Umum Ahmad H.M. Ali dan Koordinator Pemenangan Pemilu DPP NasDem, Prananda Surya Paloh.

Nofi Candra menyatakan dirinya sangat bersyukur dengan rekomendasi dari DPP Partai NasDem tersebut. Menurutnya, rekomendasi ini didapatkan dengan proses yang sangat luar biasa. Di samping membuktikan seluruh proses dari tingkat DPD, DPW, hingga DPP yang tanpa mahar, menurut Nofi Candra, dirinya juga mendapatkan sambutan luar biasa dari seluruh keluarga besar Partai NasDem.

"Seluruh proses kami lalui dengan prosedural. Luar biasa, dari tingkat DPD, DPW hingga DPP, kami menyampaikan komitmen visi dan misi, lalu disinergikan dengan visi, misi dan komitmen Partai NasDem. Hingga, akhirnya keluar surat rekomendasi ini. Alhamdulillah," sebutnya.



Nofi Candra juga mengapresiasi penerimaan dari DPD, DPW dan DPP Partai NasDem, disebutnya siap turun langsung men-support dirinya di masa sosialisasi dan kampanye nantinya. Terutama sinergitas dengan kementerian yang saat ini dijabat oleh kader NasDem. Seperti Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH), Kementerian Pertanian, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

"Kader di DPP NasDem menegaskan siap men-support hingga menang. Apalagi, dengan kondisi daerah Kabupaten Solok, tiga kementerian itu bisa bersinergi. Kami juga meminta sinergitas serupa dengan DPD NasDem Kabupaten Solok dan DPW NasDem Sumbar. Saya meyakini, dengan sinergitas, sebanyak 18 ribuan suara ke Caleg dan Partai NasDem Kabupaten Solok pada Pileg 2019 lalu, akan berlipat," ungkapnya.

Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Solok, Armen Plani, menegaskan sebagai pengurus dan kader, seluruhnya tegak lurus dengan keputusan DPP. Rekomendasi yang diberikan DPP NasDem, menurut Armen, seluruh jajaran harus siap dan segera bergerak. Sebagai partai pertama yang memberikan rekomendasi, DPD Partai NasDem Kabupaten Solok ingin menjadi yang terdepan.

"Kita siap memenangkan Nofi Candra dalam Pilkada Kabupaten Solok 2020 ini. Seauai dengan keputusan dan rekomendasi dari DPP. Seluruh jajaran pengurus dan kader, baik di tingkat DPD hingga DPC, bahkan hingga ke tingkat nagari dan jorong, siap bergerak. Demikian juga dengan kolaborasi dan komunikasi dengan partai-partai lain dalam rencana koalisi," ungkapnya.

M Hidayat
Ketua Dewan Pakar DPD Partai NasDem Kabupaten Solok

Ketua Dewan Pakar DPD Partai NasDem Kabupaten Solok, M Hidayat, menegaskan, seluruh mesin dan elemen partai sudah bisa langsung bergerak untuk pemenangan. Hidayat menegaskan, bahwa dalam sosialisasi, seluruh elemen partai harus bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma-norma dan etika.

"Nofi Candra adalah figur anak muda yang memiliki konsep membangun Kabupaten Solok yang lebih maju. NasDem dalam prosesnya tanpa mahar sepeserpun. Bahkan, setelah melewati proses yang cukup panjang, dan telah melewati survey, akhirnya ditetapkan Nofi Candra sebagai kandidat yang akan diusung. Artinya, calon yang diusung adalah calon yang diyakini menang," ujarnya.

Azwirman
Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai NasDem Kabupaten Solok

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem Kabupaten Solok, Azwirman, menyatakan bahwa masyarakat Kabupaten Solok sudah cerdas dalam menentukan pilihan. Menurutnya, dengan latar belakang dari keluarga petani, sosok Nofi Candra sangat tahu apa kebutuhan masyarakat.

"Membangun Kabupaten Solok tidak bisa sendiri. Kabupaten ini luas. Sosok pemimpin Kabupaten Solok, harus bisa mengayomi semua tingkatan, dan memiliki energi besar dan konsep besar membangun daerah. Jargon Solok Baru, adalah ide dan gagasan baru membangun daerah. Tentu, Partai NasDem akan memberikan rekomendasi dan mandat kepada yang dinilai mampu," tegasnya.



Tampil di Kontestasi Pilbup Solok 2020

Sebelumnya, Nofi Candra, SE, membuat keputusan berani. Senator pertama dan satu-satunya asal Solok Raya (Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan) tersebut memutuskan tidak maju pada helatan pemilihan legislatif (Pileg) 17 April 2019. Baik ke DPD RI, maupun kontestasi DPR RI. Saat itu, Nofi dengan tegas, menyatakan dirinya bersiap untuk kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Solok tahun 2020.

Nama Nofi Candra muncul di percaturan politik Solok Raya medio 2008. Namanya langsung melejit dan menjadi idola baru. Sebagai figur anak muda, Nofi menjadi sosok kesayangan bagi berbagai lapisan masyarakat. Hal itu turut didorong oleh kepopuleran sang ayah, H. Syukri. Sebagai pengusaha sukses yang berusia muda, Nofi langsung menyedot perhatian banyak kalangan. Tak terkecuali di ranah politik. Persahabatannya dengan kalangan mahasiswa dan mantan aktivis, ditambah penampilannya yang bersahaja dan sangat merakyat, Nofi menjadi panutan bagi anak muda di Kota Solok dan Kabupaten Solok.

Nofi bersama keluarga dan sejumlah sahabatnya, sukses membangun sejumlah bisnis. Seperti pabrik jagung hibrida di bawah bendera PT Citra Nusantara Mandiri (CNM) dan PT Andalas Agroindo Mandiri, jaringan distribusi pupuk dan pestisida di bawah naungan CV Usaha Tani dan PT Putra Usaha Tani, NC Plaza di bawah bendera PT Nuansa Citra Sejati, hingga distribusi bahan baku kue dan makanan ringan di bawah bendera PT Boga Citra Mandiri dan PT Bakerindo Tetap Jaya.

Nofi Candra (tiga dari kanan) saat menerima Surat Rekomendasi dari DPP Partai NasDem.

Pada Pileg DPD RI pada 2014, Nofi Candra terpilih sebagai Senator Sumbar usai meraih suara terbanyak keempat dengan raihan 169.268 suara. Terpilih sebagai senator dengan berhasil mengalahkan para "bintang" dari berbagai daerah di Sumbar, Nofi mencatatkan sejarah sebagai senator Sumbar pertama dan satu-satunya dari Solok Raya. Seperti diprediksi, basis suara di Kabupaten Solok, Kota Solok, dan Solok Selatan memberi sumbangsih penting baginya.

Setengah periode (2,5 tahun) di DPD RI, Nofi Candra, dihadapkan pada kenyataan bahwa fungsi DPD adalah sebagai fundamental kenegaraan. Hal itu berbeda dengan fungsi Anggota DPR RI, yang memiliki fungsi anggaran dan kebijakan dalam undang-undang. Sehingga, peran DPD tidak seperti harapan para pemilihnya. Hal itu kemudian, menjadi "senjata" bagi sejumlah pihak yang kontra, yang menebar isu dan kebencian bahwa Nofi Candra tidak memberi manfaat usai dipilih.

Kondisi tersebut, membuat Nofi kembali berfikir keras. Akhirnya, keputusan penting dalam hidupnya kembali diambil. Yakni memilih tidak maju di kontestasi Pileg 2019. Baik ke DPD RI, maupun ke DPR RI. Nofi memantapkan dirinya maju ke kontestasi di Pilkada Kabupaten Solok tahun 2020. Pilihan tersebut, menurut Nofi telah dipikirkannya secara matang dengan berbagai pertimbangan. Hal yang paling utama menurutnya adalah keinginan untuk berbakti ke kampung halamannya. Kemudian untuk menjawab keinginan dari pemilihnya saat Pileg DPD RI tahun 2014 lalu.

Nofi Candra (lima dari kiri) saat menerima Surat Rekomendasi dari DPD Partai NasDem Kabupaten Solok, Selasa (24/3/2020).

Sejarah Hidup

Nofi Candra lahir dari keluarga yang sangat sederhana, pasangan H. Syukri, seorang petani dan Hj. Lifwarda seorang guru SD. Nofi lahir di Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok pada 23 November 1973. Meski kedua orang tuanya berasal dari Nagari Saniang Baka, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Nofi Lahir saat ibunya sedang bertugas di sebuah SD di Nagari Cupak.

Masa kecil Nofi dihabiskan dengan berpindah-pindah. Selain ikut sang ibu, sang ayah, H. Syukri, merupakan petani penggarap yang lahannya berpindah-pindah seantero Kabupaten Solok. Bahkan hingga ke sejumlah daerah lain di Sumbar, seperti Tanah Datar, Pasaman, Dharmasraya, Limapuluh Kota, hingga ke Pesisir Selatan. Bermodalkan lahan sewaan, H. Syukri mempraktikkan berbagai elaborasi cocok tanam dan kombinasi kolaboratif bahan pupuk untuk hasil panen yang lebih baik.

Di setiap kawasan dan daerah yang dikunjunginya, H. Syukri senantiasa menyebarkan pengetahuannya ke masyarakat sekitar. Hal ini menjadi salah satu nilai penting yang tertanam di fikiran Nofi. Yakni keberadaan yang harus memberi manfaat bagi masyarakat banyak.

Masa sekolah dihabiskan Nofi di Kota Solok. Yakni di SDN 2 Solok, SMPN 2 Solok dan SMAN 2 Solok. Gelar sarjana ekonomi (SE) didapatnya dari Universitas Borobudur, Jakarta, saat sedang membuka usaha di Ibukota.

Nofi Candra (dua dari kiri) saat menerima Surat Rekomendasi di Kantor DPP Partai NasDem, baru-baru ini.

Nofi menikah dengan dengan Devi Femiyanti, gadis asal Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok yang sebelumnya adalah karyawan di Bank BNI Cabang Solok. Pasangan dari kawasan Salingka Danau Singkarak ini dikaruniai empat buah hati. Yakni Rahmadisya Hapsari, Maulana Zaki, dan kembar sepasang, Muhammad Haikal dan Siti Humaira.

Selain pernah menjadi Ketua KNPI Kota Solok dan Anggota DPD RI asal Sumbar, Nofi Candra juga pernah menduduki sejumlah jabatan strategis. Di antaranya Ketua DPP KUKMI (2001-2006), Ketua Dewan Masjid Indonesia Kota Solok (2012), Ketua KONI Kabupaten Solok (2012), Manajer Persis Kota Solok (2008), Ketua Perkemi Kabupaten Solok (2012-2017, 2017-sekarang), Ketua HKTI Kabupaten Solok (2010-2015), Wakil Ketua HKTI Sumbar (2015-sekarang), dan Ketua Asosiasi Distributor Pupuk Bersubsidi Sumbar (2004-2009).

Di dunia politik, saat ini Nofi Candra menjabat sebagai Wakil Sekjen DPP Partai Amanat Nasional (PAN). Selain itu, Nofi juga merupakan salah satu deklarator Ormas Nasional Demokrat (NasDem) di Sumbar. Saat ini, Nofi menjabat sebagai Bendahara DPW Ormas NasDem Sumbar. (rijal islamy)

Sabtu, 14 Maret 2020

Awalnya Diduga Tifus, Menhub Budi Karya Sumadi Positif Terinfeksi Virus Corona

JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dinyatakan positif terinfeksi virus Corona (COVID-19). Hal ini disampaikan Mensesneg Pratikno.

"Atas izin keluarga yang disampaikan oleh Pak Kepala Rumah Sakit Gatot Soebroto tadi adalah Pak Budi Karya, Pak Menhub. Ini kami sampaikan atas izin keluarga," kata Pratikno di gedung Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Sabtu (14/3/2020), dikutip cnnindonesia.com.

Pratikno menyebutkan, untuk sementara tugas Menhub digantikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

"Perlu kami sampaikan juga tugas-tugas Kemenhub sangat berat. Saat ini presiden sudah menugaskan mengangkat Menhub ad interim menugaskan Menko yang mengkordinatori yaitu Menko Maritim dan Investasi sebagai Menhub," kata Mensesneg Pratikno.

Pratikno juga memastikan fungsi Kementerian Perhubungan tidak akan terganggu dengan positifnya Budi Karya terkena virus corona.

"Jadi ini juga fungsi-fungsi kementerian juga tidak akan terganggu. Jadi sekali lagi semoga maslah Covid bisa ditangani dengan baik dan pak Presiden buat Satgas yang terus secara cepat bertindak dalam hal ini pasien-pasien diobati semoga segera sembuh," tutur Pratikno.

Sebelumnya, Budi Karya dikabarkan mengalami sakit tifus. Budi mengalami tifus setelah melakukan rangkaian kunjungan kerja.

"Saat ini Menteri Perhubungan Bapak Budi Karya Sumadi sedang beristirahat di rumah karena gejala tifus setelah beberapa waktu lalu melakukan rangkaian kunjungan kerja ke luar kota selama beberapa hari ke Toraja, Luwuk, Wakatobi, Makassar, Parepare, Kertajati, dan Indramayu," ujar juru bicara Menhub, Adita Irawati, lewat pesan singkat, Selasa (10/3).

Adita mengkonfirmasi Budi mengalami tifus berdasarkan hasil lab. Adita memastikan Budi tetap melaksanakan tugas sebagai menteri dari rumah.

Budi diketahui berada di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jabar, pada Minggu (1/3). BIJB merupakan tempat evakuasi 69 WNI anak buah kapal (ABK) Diamond Princess. (*/IN-001)

Minggu, 08 Maret 2020

Kaum Milenial dan Kerja Nyata, Membuat Elektabilitas Reinier-Andri Maran Teratas di Kota Solok

SOLOK - Hasil survey Arah Baru Center (ABC) menempatkan Reinier Dt Mangkuto Alam di peringkat teratas Calon Walikota Solok 2020-2024. Survey yang dilakukan pada tanggal 21-25 Februari 2020 tersebut, elektabilitas Reinier berada di level 52,9 persen. Kemudian Yutris Can dengan raihan 35,3 persen dan Ismael Koto dengan raiham 10,6 persen.

Reinier yang merupakan calon petahana (incbent) mengungkapkan dirinya sangat bersyukur dengan hasil survey ini. Menurutnya, hal itu membuktikan bahwa masyarakat Kota Solok sudah melihat kinerja dan komitmen dirinya selama ini. Meski begitu, Reinier meminta seluruh relawan dan simpatisan untuk tetap membumi. Serta tidak terlena dengan hasil survey ini.



"Tentu, kita sangat bersyukur dengan hasil survey ABC ini. Bagi kami, hal ini membuktikan bahwa keberadaan kami diterima dengan baik oleh masyarakat Kota Solok. Meski begitu, kami meminta seluruh relawan dan simpatisan untuk tetap membumi. Jangan terlena. Karena jalan masih sangat panjang. Sosialisasikan keseluruh masyarakat bahwa komitmen dan konsistensi kita tetap untuk masyarakat," ungkapnya.

Pada Pilkada Kota Solok 2020, Reinier Dt Mangkuto Alam telah menegaskan komitmen berpasangan dengan Andri Maran Dt Pito Rajo. Pasangan ini didukung oleh dua partai yang dipimpin keduanya. Yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Untuk diusung sebagai Cawako-Cawawako Solok, keduanya harus memiliki dukungan 20 persen suara di DPRD Kota Solok, atau minimal 4 kursi dari 20 kursi DPRD Kota Solok 2019-2024.

"Sementara kami sudah memperoleh dua kursi pengusung dari PDI-P dan PKPI, berarti masih membutuhkan dua kursi lagi. Insyaallah akan tercapai. Saat ini, Kita sudah lakukan lobi-lobi dengan beberapa parpol. Intinya mereka sangat responsif dengan pasangan Reinier – Andri Marant. Tinggal nunggu waktu saja kita akan umumkan nantinya," ungkap Reinier.

Di bursa Pilkada Kota Solok 2020, sudah ada setidaknya empat pasangan yang sudah mengapung. Yakni Reinier-Andri Maran, Yutris Can-Irman Yefri Adang, Ismael Koto-Edi Candra, dan Hendriyas-Jetson.



Sementara itu, Anggota DPRD Kota Solok dari PDIP, Leo Murphy menyatakan pihaknya terus mengevaluasi dan membahas hasil survey dari ABC. Menurutnya, hasil teraebut membuktikan bahwa upaya sosialisasi dan kerja nyata relawan dan simpatisan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Leo menyebut, Reinier-Andri Maran, mendapat sambutan luar biasa dari kaum milenial Kota Solok.

"Kaum milenial sangat berharap pasangan Reinier-Andri Maran mampu membawa perubahan Kota Solok menjadi lebih baik. Pondasi perubahan itu telah lama ditanam, dan harus dilanjutkan jika pasangan ini terpilih di Pilkada 23 September 2020 mendatang. Bagi kami, survey ABC ini telah mewakil keinginan masyarakat untuk berubah. Hal ini juga kami temukan saat relawan dan simpatisan turun langsung ke warga Kota Solok," ungkapnya.

Leo Murphy juga menegaskan dirinya bersama kader PDIP dan PKPI terus menjalin komunikasi politik dengan sejumlah partai di Kota Solok.

"Kami juga menjalin komunikasi politik dengan beberapa partai lain. Seperti NasDem, Demokrat, Hanura, PBB, PKS, dan lainnya. Mudah-mudahan kita dapat dukungan sepenuhnya," harap Leo.



Ketua DPC PDIP Kota Solok, Andri Maran Dt Pito Rajo, menyatakan dirinya sebagai bakal Cawako Reinier, akan memfokuskan pada pemberdayaan ekonomi Kota Solok, terutama ekonomi kreatif kaum milenial yang saat ini tumbuh pesat di Kota Solok. Pengusaha muda sukses tersebut, menyatakan keunggulan geografis dan SDM Kota Solok harus mendapatkan porsi khusus untuk berkembang.

"Saya bakal fokus pada pengembangan dan pemberdayaan kaum milenial di Kota Solok. Salah satunya adalah pemberdayaan di bidang ekonomi. Sudah saatnya kaum milenial ini mendapat sokongan dan proteksi dari pemerintah Kota Solok. Tentu saja dengan meningkatkan kapasitas, kualitas dan kuantitas mereka untuk berperan aktif membangun Kota Solok," ujarnya.

Pengalaman panjang Andri Maran sebagai pengusaha muda sukses di Kota Solok, menjadi magnet tersendiri bagi pemilih, terutama kaum milenial. Memulai perjuangan dari bawah, Andri Maran menjadi sosok inspiratif. Pria yang akrab disapa Erik dan Inyiak ini, membuktikan bahwa usia muda tidak menjadi penghalang, justru menjadi pendorong utama dengan energi yang besar.

"Kaum milenial harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Sebab, kebijakan pemerintahan akan senantiasa memiliki efek besar bagi perkembangan kaum milenial. Karena itu, saya memutuskan ikut serta ke pemerintahan, agar kaum milenial Kota Solok mendapat stimulasi khusus, sehingga bisa terus berkembang," tegasnya.

Andri Maran juga menegaskan kaum milenial tidak akan menuntut banyak dari pemerintahan. Menurutnya, mereka hanya minta segala kreativitas dan kegiatan mereka mendapat perhatian.

"Mereka hanya butuh didukung dengan regulasi yang bisa membuat mereka berkembang. Sehingga, segala kebijakan pemerintahan diharapkan bisa memfasilitasi mereka untuk ikut serta membangun daerah," tegasnya. (IN-001)

Rabu, 04 Maret 2020

Gerindra Teratas, Reinier, Nofi Candra, Khairunnas Unggul di Solok Raya

PADANG - Partai Gerindra tetap menjadi partai nomor satu di Sumatra Barat (Sumbar). Berdasarkan survei yang dilakukan lembaga independen Arah Baru Center (ABC) Sumbar 21-25 Februari 2020. Hal itu cukup berbeda dengan opini yang dibentuk ke publik, Gerindra akan "terjun" bebas dengan manuver yang dilakukan Ketua DPD Gerindra Sumbar Andre Rosiade.

"Dari survei yang kami lakukan, Partai Gerindra berada di puncak dengan 20,2 persen. Hal itu memang cukup mengagetkan, apalagi jika dikait-kaitkan dengan sikap Gerindra yang akhirnya membantu Jokowi di kabinet. Posisi kedua ditempati PKS 15,6 persen. Partai yang konsisten sebagai oposisi pemerintah," kata Direktur ABC Sumbar Erizal kepada wartawan, Selasa (3/3) di Padang.

Dilanjutkannya, posisi selanjutnya Partai Demokrat (8,6 persen), Golkar (5,7), PAN (5,3). PDI P (3,2), PPP (2,9) dan lainnya. Komposisi ini memang sedikit berbeda dengan hasil Pileg 2019 yang menempatkan urutan PAN di posisi nomor tiga disusul Demokrat dan Partai Golkar.

Sementara untuk bakal calon Gubernur, kata Erizal, posisi pertama ditempati kader PKS Mahyeldi 20,8 persen. Disusul dengan selisih tipis kader Demokrat, Mulyadi 20,0 persen. Untuk Nasrul Abit (NA) yang disebut akan menjadi jagoannya Gerindra, berada di posisi ketiga 17,4 persen.

"Tiga orang ini menempati posisi tiga besar dan berpeluang memenangkan Pilgub Sumbar," kata Erizal.

Posisi berikutnya diisi Bupati Padangpariaman/Ketua DPW PAN Ali Mukhni (7,7), Riza Falepi (6,5), Shadiq Pasadigoe (4,9), Fakhrizal (4,3), Andre Rosiade (4,0), Indra Catri (3,5), Syamsu Rahim (1,4), Genius Umar (1,1), Edriana (0,6), Audy Joinaldy (0,5) dan Reydonnizar Moenek (0,2). “Yang menjawab tidak tahu 7,1 persen. 14 nama ini kami ambil, karena mereka yang dianggap serius dalam Pilgub Sumbar,” katanya.

Erizal menyebutkan, lembaganya memang baru didirikan 2019, untuk fokus pada pendidikan dan penelitian. Kegiatan pertama mereka melakukan survei di Sumbar untuk partai politik, Pilgub Sumbar dan Pilkada di 13 Kabupaten/kota.

"Saya sudah menggeluti dunia survei sejak 2007 atau 13 tahun lalu. Juga pernah membangun InCoSt (Institute for Community Studies) bersama kawan-kawan," cerita Erizal kepada awak media.

Untuk survei Februari ini, katanya, pengambilan sampel dilakukan di Sumbar dengan jumlah 6.462 dan margin eror 1,2 persen. Tersebar di 18 Kabupaten/Kota, minus Kepulauan Mentawai, karena keterbatasan waktu.

"Kami melibatkan 70 surveyor. Bergerak hari pertama Kota Padang dan tim disebar dalam empat kelompok dari empat penjuru. Tentunya proporsional dalam menentukan sampel di tingkat kecamatan. Dilakukan dalam wawancara langsung," katanya.

Gerindra Masih Tertinggi

Menurut Erizal, apa yang menyebabkan elektabilitas Gerindra tetap di atas menarik untuk dikaji. Bahkan, rumor Gerindra bakal ditinggalkan, karena berkoalisi dengan Jokowi-Ma’ruf tak terlihat dalam survei. Pada akhirnya, ditinggalkan atau tidak, harus dijawab dengan kinerja partai sendiri. Gerindra di Sumbar setidaknya ingin menunjukkan hal itu.

"Kami rasa, pemilih di Sumbar sepertinya sudah move on dengan pembelahan politik semasa Pilpres. Walau menjadi pendukung terbanyak Prabowo-Sandi, buktinya suara PKS masih tetap 15,6 persen. Angka itu masih mirip dengan suara Pileg lalu, meski berada di luar pemerintahan," sebut Erizal lagi.

Bicara elektabilitas atau tingkat keterpilihan dalam Pilgub Sumbar, dia menyebut sangat cair. Karena, terdapat tiga kandidat yang bersaing ketat, Nasrul Abit, Mulyadi dan Mahyeldi.

"Dengan tingkat konsistensi pemilih yang masih di angka 40,4 persen, artinya suara masing-masing kandidat tak lebih dari 10 persen. Dalam jangka waktu tersisa, masih ada peluang kandidat baru bakal mengejar, asal bekerja sistematis," sebutnya.

Secara matematis, katanya, ada kesimpulan awal, hasil Pilgub bakal terkunci, jika ada satu dari tiga kandidat berkoalisi. Tapi pertanyaannya, siapa yang bersedia menjadi nomor dua, nyaris sulit.

"Sekali lagi, Pilgub Sumbar masih cair. Apa mungkin Mahyeldi-NA, NA-Mahyeldi, Mulyadi-NA, NA-Mulyadi, atau Mulyadi-NA, NA-Mulyadi? Kalau ini terjadi, tentu menarik juga," katanya.

Plus-Minus Cagub

Erizal dan timnya juga menganalisis plus minus tiga Cagub yang bersaing ketat. Kader Gerindra Nasrul Abit diuntungkan sebagai petahana (Wakil Gubernur 2016-2021). Apalagi seluruh kinerja Pemprov Sumbar dianggap baik responden survei, mencapai 70-an persen.

"Apalagi NA diusung partai terbesar, Gerindra. Pergantian kepemimpinan di Gerindra Sumbar dari NA ke Andre Rosiade, membuatnya lebih fokus bersosialisasi. Apalagi gebrakan Andre Rosiade cukup menjanjikan," katanya.

Sementara bagi ketua DPD Demokrat Mulyadi, ada potensi kerugian sebagai calon Gubernur karena harus mundur dari DPR RI sebelum ditetapkan sebagai calon. Meski dia sudah memastikan siap mundur, tapi dinilai akan tetap berpengaruh.

"Dia harus mundur dulu, sementara posisi Gubernur masih gelap dan tidak semudah yang dibayangkan," katanya.

Bagi calon lain dari PKS, Mahyeldi, sebutnya, juga berat akibat sinyal dukungan Gubernur Sumbar yang juga kader PKS Irwan Prayitno justru terang-terangan ke Riza Falepi. Apalagi, PKS belum menentukan siapa yang akan mereka usung sampai saat ini.

Kata Erizal, pandangan publik dalam survei cukup proporsional. Karena beberapa pertanyaan yang diberikan, mendapat tanggapan yang proporsional. Misalnya, soal pemberantasan maksiat, itu memang harus diperangi (42,6 persen). Bukan hal yang biasa (8 persen), atau sekadar politisasi Pilkada (6,3 persen). Apalagi urusan masing-masing orang (0,7 persen).

"Soal kunjungan pejabat ke luar negeri, sepanjang bermanfaat dan terlihat jelas hasilnya, publik akan mendukung. Sebaliknya kalau buang-buang uang semata, publik akan marah. Terjadi pecah tiga responden kami jika ditanyai hal ini," sebut Erizal.

Pilkada Kabupaten/Kota

Erizal juga menyinggung soal potensi calon di Kabupaten/Kota dalam surveinya. Dia mendapatkan informasi di beberapa daerah, ada calon yang dominan dan akan sulit dikalahkan di Pilkada. Ada juga daerah yang masih cair dan hangat dari pencalonan.

Di Limapuluh Kota, Irfendi Arbi sudah 40,8 persen, sementara pesaing terdekatnya Rizki Kurniawan hanya 11,9 persen. Ramlan Nurmatias juga dominan di Bukittinggi dengan 41,1 persen, sementara lawannya Herman Syafar (Gerindra) sudah mendekati dengan 25,5 persen. Di Dharmasraya, sepertinya Sutan Riska akan melenggang dengan modal 63,6 persen. Jauh di atas Adi Gunawan 16,5 persen.

"Di Kota Solok, Wawako Reinier bisa menang dengan modal 52,9 persen. Disusul jagoan PAN Yutris Can 35,5 persen. Kader Gerindra Ismael Kot baru di kisaran 10,6 persen. Di Pasaman dan Pesisir Selatan, Benny Utama memimpin sendiri dengan 57,9 persen dan Hendrajoni juga mantap di 62 persen. Lawan-lawannya seperti masih sulit," katanya.

Di Kabupaten Solok, Nofi Candra unggul dengan 37,7 persen, disusul Hendra S (14,5), Epyardi Asda (11,3), Maigus Tinus (10,3).

Di Solok Selatan, Khairuunas juga dominan dengan 35,8 persen, disusul Pj Bupati Abdul Rahman 30,7 dan Armen Syahjohan 19,8 persen.

"Istri mantan Bupati Tanahdatar, Betty Shadiq juga dominan di Tanahdatar (31,7) mengalahkan incumbent Bupati Irdinansyah Tarmizi (26,4) dan Wabup incumbent Zuldafri Darma (18,1)," sebutnya.

Menurut Erizal, di beberapa daerah juga masih ada yang berimbang seperti di Agam, Trinda (18,6), Hariadi (16.0), Taslim (13,5), Arianto (8.2) dan Andriwarman (5,2). Begitu juga di Padangpariaman, Yobana Samial (19,1), Suhatri Bur (15,5), Adrian Adek (11,5), Happy Naldi (10,0) dan Rahmat H (7,8).

"Pasaman Barat juga masih berimbang antara incumbent Yulianto (34,2) dengan Agus Susanto (20,4). Nama-nama lain seperti Hamsuardi, Syahnan, Ahdriarsyah, Amora Lubis, Maryanto dan Rommy C menyusul. Di Sijunjung memunculkan nama-nama benny Yuswir (22,8), H Wen (19,1), Hendri (12,2), Pepen (11,8) dan Syafrizal (7,3)," ungkapnya. (*/IN-001)

Sumber: posmetropadang.co.id

Selasa, 03 Maret 2020

Berhubungan Sesama Jenis di Mihrab Mushalla di Cupak Solok, Pelaku Diduga LGBT Ditangkap Warga

Bupati Solok Gusmal Dt Rajo Lelo (kiri) bersama Walinagari Cupak Fatmi Bahar Dt Tuo di salah satu kegiatan di Nagari Cupak beberapa waktu lalu.
SOLOK - Warga Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok digegerkan dengan penemuan dua remaja laki-laki yang diduga melakukan hubungan sesama jenis di Mihrab Mushalla, Senin dinihari (2/3/2020). Kedua remaja tersebut, E (23) warga VI Suku Kota Solok dan R (13) warga Air Dingin, Lembah Gumanti Kabupaten Solok, dipergoki warga dalam kondisi bugil.

Walinagari Cupak, Fatmi Bahar Dt Tuo, menuturkan penangkapan keduanya berawal dari kecurigaan warga saat kedua laki-laki tersebut, sekira pukul 21.00 WIB, minta izin menginap di mushalla, karena kemalaman dan tidak punya ongkos ke Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Oleh warga, kedua remaja ini kemudian diberikan tempat untuk beristirahat di dalam Mushalla Surau Dagang, yang sehari-hari dipakai sebagai tempat ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya oleh warga sekitar.

"Keduanya datang sekira pukul 21.00 WIB, hari Minggu (1/3/2020). Keduanya minta izin kepada warga untuk menumpang menginap karena kemalaman dan tidak punya ongkos untuk pulang ke Air Dingin," terang Fatmi Bahar.

Namun sekira pukul 23.00 WIB, warga mulai curiga karena lampu di bagian dalam mushalla dipadamkan. Sekira pukul 03.00 WIB, warga yang penasaran, mendatangi mushalla tersebut secara diam-diam untuk memastikan kondisi yang terjadi. Kecurigaan warga ternyata benar, kedua tersangka dipergoki tengah asik melakukan hubungan sesama jenis di mijrab mushalla dengan kondisi sama-sama bugil.

Kejadian tersebut praktis membuat buncah warga yang ada di sekitar mushalla tersebut. Para pemuda yang sebelumnya duduk di warung di pinggir Jalan Raya Cupak, kemudian berhamburan datang ke lokasi kejadian. Kedua pelaku pun ditangkap warga. Massa yang geram karena ulah pelaku yang telah menodai kesucian tempat ibadah umat Islam tersebut, akhirnya bisa ditwnangkan Walinagari Cupak Fatmi Bahar Dt Tuo yang ikut turun ke lokasi.

"Kedua tersangka kemudian kami serahkan kepada Polsek Gunung Talang untuk diproses secara hukum," Fatmi Bahar.

Kapolres Solok AKBP Azhar Nugroho, melalui Kapolsek Gunung Talang Iptu Azwari Siregar, SH menyatakan kedua pelaku ditangani oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Satreskrim Polres Solok.

"Setelah di Polsek Talang, kasus ini kemudian ditangani oleh unit PPA Polres Solok. Sebab, salah seorangnya masoh di bawah umur," ungkapnya.

Bupati Solok, Gusmal Dt Rajo Lelo, menyatakan pihaknya sangat sedih kejadian yang sangat memiriskan ini di Kabupaten Solok. Gusmal mengajak seluruh komponen untuk duduk bersama mencari solusi dari permasalahan ini.

"Setahun yang lalu, kami di Kabupaten Solok pernah melakukan Muzakarah Ulama, untuk menemukan penyebab adanya perilaku LGBT ini. Karena, kalau kita bisa menemukan penyebabnya, pasti ada obatnya," ujarnya.

Gusmal juga meminta segenap elemen masyarakat harus bergerak dan berfikir ke arah itu. Apalagi kalau merujuk ucapan Wagub Sumbar, Nasrul Abit, di sejumlah media beberapa waktu lalu, yang mengatakan Sumbar tertinggi perilaku lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT) di Indonesia.

"Insyaallah saya kembali akan membicarakannya dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kementerian Agama (Kemenag) serta dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk membahas hal ini. Mudah-mudahan kita bisa menemukan obatnya," ungkapnya. (IN-001)

Ponpes Darut Thalib, Pilihan Hidup Keluarga Mualaf Asal Nias di Kota Solok

Pondok Pesantren Darut Thalib, Laing, Kota Solok, Pilihan Hidup Keluarga Mualaf Asal Nias Selatan
Boby Gustiadi: Ponpes Adalah Bengkel Manusia
Pilihan hidup mendirikan pondok pesantren, menghadirkan konsekuensi besar bagi keluarga Thalib. Sebuah keluarga mualaf asal Nias Selatan, Pulau Nias, Sumatera Utara. Alih-alih "menikmati hidup", keluarga ini malah "menceburkan" diri mengurus generasi miskin, bermasalah, bahkan para calon "bandit" dari keluarga broken home. Di usia yang sangat muda, kegetiran dan kepiluan, menjadi "santapan" sehari-hari bagi warga Ponpes yang berdiri tahun 2017 ini.
Pondok pesantren Darut Thalib, berada di Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok, Sumbar. Untuk mencapai Ponpes ini, tidak begitu sulit. Meski berada di sisi utara Kota Solok yang didominasi kawasan hutan dan peladangan, dibukanya jalan lingkar utara yang menghubungkan kawasan Banda Pandung, Kelurahan Tanah Garam, Kota Solok, dengan Nagari Saok Laweh, Kecamatan Kubung, dan Nagari Guguak Sarai, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok, membuat Ponpes ini mudah dicapai. Berdirinya sejumlah perkantoran seperti Kantor DPRD Kota Solok, Rumah Dinas Walikota Solok, Kantor Samsat Laing, Kantor Pengadilan Agama Kota Solok, dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II.B Laing, Kota Solok, membuat Ponpes ini berada di kawasan yang cukup ramai. Ponpes ini hanya berjarak sekira belasan meter hingga 1 kilometer dari kantor-kantor tersebut.

Ponpes Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumbar. 

Dari jalan lingkar utara ke arah Kantor Pengadilan Agama Kota Solok, Samsat Laing, Kantor Lingkungan Hidup Kota Solok, dan saat melewati Lapas Kelas II.B Laing Solok, Ponpes Darut Thalib sudah terlihat. Tepatnya di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok. Bangunannya terlihat mungil namun berdiri dengan gagah. Di samping kanan bangunan tiga lantai itu, terdapat rumah berwarna hijau milik keluarga Thalib. Keluarga pendiri dan pengurus Ponpes. Di sebelah kirinya, para tukang sedang membangun pondasi bangunan tambahan pesantren yang dananya berasal dari dana hibah APBD Kota Solok 2020.

Saat dilihat lebih detail, gagahnya bangunan yang sejatinya mirip ruko minimalis itu, berasal dari tampilan bagian depan yang penuh dengan ornamen arsitektur masjid dan simbol-simbol keagamaan. Namun ternyata, ornamen arsitektur itu, adalah podium utama pementasan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional Tingkat Sumbar di Kota Solok pada Juni 2019 lalu. Ornamen-ornamen tersebut, memang diminta pihak Ponpes ke Panitia MTQ, lalu ditata pihak Ponpes dijadikan mushalla, dan dihiasi dengan nama dan logo Ponpes dari digital printing (cetakan digital).

"Etalase" Ponpes Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat. 

Ditelusuri lebih ke dalam, lantai dasar Ponpes masih berupa coran semen kasar. Namun di ruang kantor dan ruang majelis guru, dilapisi dengan karpet berwarna merah. Karpet inipun berasal dari "sisa-sisa" helatan MTQ Nasional Tingkat Sumbar di Kota Solok 2019. Dua lantai di atasnya, kondisinya juga separuh siap, dimanfaatkan sebagai asrama santri dan ruang kelas. Di bagian belakang bangunan, terdapat deretan pakaian santri yang sedang dijemur. Terbatasnya ruang, membuat sebagian pakaian santri, juga dijemur menggunakan hanger (penggantung) di sebuah pohon. Sangat miris, saat diketahui bahwa bangunan ini menjadi rumah bagi seratusan santri dan majelis guru (pengasuh pondok).

Pimpinan Ponpes Darut Thalib, Boby Gustiadi Thalib Bu'ulolo, menjamu Anggota DPRD Kota Solok, Rusdi Saleh, yang datang berkunjung pada Senin sore (2/3/2020). Jamuan yang sangat sederhana terhadap anggota dewan yang berpenampilan sederhana pula. Disuguhi air mineral gelas, buah rambutan asal Sijunjung dan duku dari Solok Selatan, percakapan berlangsung santai, namun sangat akrab. Disaksikan belasan majelis guru (pengasuh Ponpes).

Rusdi Saleh (belakang, lima dari kiri) bersama Pimpinan Ponpes Darut Thalib Ustadz Boby Gustiadi Thalib (belakang, enam dari kiri) bersama majelis guru Ponpes Darut Thalib, Senin (2/3/2020).

Boby Gustiadi dengan raut muka yang tenang, mengucapkan terima kasih kepada Pemko Solok dan DPRD Kota Solok yang telah menganggarkan dana hibah ke pesantren Darut Thalib sebesar Rp 500 juta di APBD Kota Solok 2020. Pria kelahiran 11 Agustus 1994 ini, menuturkan dana tersebut dimanfaatkan untuk membangun bangunan baru di bagian kiri bangunan lama.

"Tentu saja, dana sebesar itu sangat berarti bagi kami dan para santri. Jangankan Rp 500 juta, Rp 1.000 saja sangat berarti bagi kami," ujarnya.

Rusdi Saleh
Anggota DPRD Kota Solok/Perwakilan Yayasan Darianis Yatim

Rusdi Saleh yang juga merupakan perwakilan Yayasan Darianis Yatim di Sumbar, menyatakan dirinya sangat tersentuh dengan kondisi Ponpes Darut Thalib. Menurut Rusdi Saleh, di saat Yayasan Darianis Yatim sudah membangun 20 masjid di Kota Solok dengan dana puluhan miliar rupiah, ternyata masih ada lembaga pendidikan keagamaan dengan kondisi yang sangat memiriskan seperti ini. Pria yang sebelum terpilih menjadi Anggota DPRD Kota Solok 2019-2024, adalah seorang aktivis sosial kemasyarakatan ini, berjanji akan mengupayakan berbagai hal untuk membantu keberlangsungan Ponpes Darut Thalib ini. Baik sebagai anggota dewan, maupun kapasitasnya sebagai perpanjangan tangan Yenon Orsa, pemilik Yayasan Darianis Yatim.

"Saya adalah aktivis sosial melalui Yayasan Darianis Yatim milik Pak Yenon Orsa. Yayasan sosial yang membangun masjid, membantu biaya pendidikan dan membantu masyarakat yang butuh pertolongan. Ini merupakan komitmen moral kami di yayasan, dan tidak ada sangkut pautnya politik ataupun maksud-maksud lain," tegasnya.

Pembangunan Ponpes Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat.

Sejak didirikan pada 1 Juli 2017, Ponpes Darut Thalib sempat viral di Kota Solok pada Agustus 2019 lalu. Saat itu, karena keterbatasan ruang belajar, para santri belajar di tenda roder, yang dipinjamkan oleh Polres Solok Kota. Karena viral, akhirnya pihak Darut Thalib dan Polres Solok Kota yang saat itu dipimpin oleh AKBP Dony Setiawan Dt Pandeka Rajo Mudo (kini Kapolres Payakumbuh), menghentikan aktivitas belajar di tenda dan kembali belajar berdesak-desakan di ruangan yang ada, meski over kapasitas.

Beberapa waktu lalu, tersiar kabar bahwa para santri Ponpes Darut Thalib makan dengan lauk seadanya. Bahkan di beberapa hari, para santri makan hanya dengan kerupuk, sayur dan cabai. Pimpinan Pospes, Boby Gustiadi, dan sejumlah majelis guru mencari berbagai upaya untuk mencari dana operasional. Dalam satu bulan Ponpes Darut Thalib membutuhkan setidaknya Rp 8 juta untuk beras, Rp 5 juta untuk lauk pauk, Rp 500 ribu untuk air minum galon, ditambah biaya lainnya seperti listrik, air, buah-buahan, dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian mempertemukan pihak Darut Thalib dengan Rusdi Saleh.

"Etalase" Ponpes Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat.

Kabar ini, akhirnya dibenarkan Boby Gustiadi. Menurut pria lulusan Pesantren Darussalam, Aur Duri, Sumani, Kabupaten Solok tersebut, sebenarnya ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh. Yakni mencari pemasukan dana tambahan, atau mengurangi jumlah santri. Namun, Boby mengaku sangat tidak tega memulangkan sejumlah santri. Saat ini, pemasukan utama Ponpes Darut Thalib adalah usaha keluarganya memasok kebutuhan makan minum untuk tahanan, narapidana dan pegawai di Lapas Kelas II.B Laing Solok. Sementara, pemasukan dari santri sebesar Rp 350 ribu perbulan tidak bisa terlalu diharap. Pasalnya, lebih dari 90 persen santri tidak sanggup membayar.

"Para santri, dengan uang Rp 350 ribu itu hanya untuk membayar biaya makannya perbulan. Mereka berasal dari latar belakang orang yang tak berada. Bahkan dari anak yatim, miskin, dan dari keluarga broken home (perceraian). Kami tidak tega memulangkan mereka. Sebab, prinsip kami, Pondok Pesantren adalah bengkelnya manusia. Mereka tidak akan kami pulangkan jika masih dalam keadaan rusak. Kami dan para santri memiliki keyakinan, akan selalu ada jalan keluar terhadap setiap permasalahan. Tapi jalan keluarnya bukan mundur atau berbalik arah. Alhamdulillah, sekarang ada pihak Yayasan Darianis Yatim yang mau membantu. Kami merasakan memiliki orang tua lagi," ungkapnya.

Boby Gustiadi Thalib Bu'ulolo
Pimpinan Pondok Pesantren Darut Thalib

Keluarga Thalib Bu'ulolo, merupakan keluarga asal Nias Selatan, Pulau Nias, Sumatera Utara. Nama Thalib, merupakan nama kakek Boby Gustiadi saat memutuskan menjadi mualaf setelah menikah dengan Nur Halimah, warga asal Sawah Sudut, Selayo, Kabupaten Solok. Sementara, Bu'ulolo, merujuk pada marga/suku keluarganya.

Pada 2017 lalu, sang Ayah, Suardi Bu'ulolo dan ibunya Witri Anita dan Boby Gustiadi berencana menunaikan ibadah umrah bersama. Saat itu, sang ayah baru pensiun sebagai pegawai di Lapas Kelas II.B Laing Solok. Namun, rencana umrah ini urung dilakukan dan menetapkan hati mendirikan pesantren. Konsepnya, pesantren yang terjangkau masyarakat kelas bawah. Padahal, dengan kondisi perekonomian keluarga yang cukup baik dengan bisnis keluarga yang berjalan lancar, Boby dan keluarganya memilih jalan pengabdian ke masyarakat. Hal itu menurutnya adalah panggilan hati dan wujud rasa syukur. Hal ini turut didukung sang istri, Dewi Septina dan dua anaknya, Mahya dan Khadijah.

Kamar mandi Pondok Pesantren Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat.

Di tahun pertama, tahun 2017, Ponpes Darut Thalib hanya menerima 7 orang santri dan semua aktivitas pembelajaran dilakukan di rumah yang kini berada di samping kanan gedung. Di tahun kedua, 2018, seiring pembangunan gedung baru, jumlah santri baru meningkat menjadi 33 orang. Di tahun 2019 lalu, jumlah santri baru kembali melonjak menjadi 108 orang. Kondisi ini, beriring dengan penambahan jumlah guru. Saat ini jumlah guru yang mengabdi di Ponpes sebanyak 21 orang. Mereka umumnya bekerja paruh waktu atau juga mengajar di tempat lain. Istilah "pengabdian" benar-benar terbukti bagi para guru disini. Sebab, mereka hanya mendapatkan gaji antara Rp 300 ribu, hingga paling tinggi Rp 1,2 juta. Padahal, kualifikasi mereka adalah sarjana (S1) dan magister (S2), serta alumnus Ponpes dari Pulau Jawa.

"Saat ini, sebelum masuk tahun ajaran baru, sudah ada sekitar 50 santri baru yang mendaftar. Padahal, kami tidak pernah membuat brosur atau pengumuman. Para calon santri yang mendaftar, umumnya beralasan melihat perubahan dari para santri kami saat pulang kampung. Juga dari guru-guru disini, yang bekerja ikhlas, meski hanya menerima pemasukan yang ala kadarnya," ujar Boby.

Bagian samping kanan Pondok Pesantren Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat.

Sementara itu, Rusdi Saleh mengharapkan Boby dan keluarganya, serta majelis guru di Ponpes Darut Thalib, senantiasa menetapkan hati dan meluruskan niat membangun pendidikan agama. Rusdi Saleh juga mengharapkan Ponpes Darut Thalib berkembang pesat, sesuai niat awal pendirian. Kemudian, menjadi pesantren modern yang mandiri dengan berbagai unit usaha.

"Komitmen Yayasan Darianis Yatim bertemu dengan komitmen Ponpes Darut Thalib. Kita siap mencarikan solusi terkait kendala dan permasalahan yang terjadi. Kita harapkan Ponpes Darut Thalib menggunakan manajemen yang jelas. Sampaikan seluruh permasalahan yang ada dan mohon terima kami sebagai keluarga di Ponpes ini," harapnya.

Maket bangunan baru Pondok Pesantren Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat.

Rusdi Saleh mengungkapkan, Yayasan Darianis Yatim selain membangun sarana ibadah seperti masjid, juga melakukan sejumlah kegiatan sosial lain di Sumatera Barat. Di antaranya bedah rumah masyarakat miskin, membantu pendidikan dari tingkat SD, SLTP, SLTA, hingga perguruan tinggi. Bahkan, saat ini, ada 4 mahasiswa yang dibantu biaya pendidikannya di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

"Pak Yenon Osra hanya berharap, kiprah dan kegiatan Darianis Yatim hendaknya di-support oleh semua elemen masyarakat dan pemerintah setempat. Di Kota Solok misalnya, bisa menjadi kota yang berakhlakul karimah. Salah satunya, menjadikan masjid-masjid sebagai pusat tahfidz Alquran. Sehingga, bisa menjadi daerah yang diberkahi. Demikian juga untuk daerah-daerah lainnya. Sehingga, pemahaman agama bagi generasi penerus ini bisa semakin kuat. Darianis Yatim selalu berusaha menjaga komitmen untuk syiar Islam di Sumbar," harapnya.

Mushalla Pondok Pesantren Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat.

Rusdi Saleh juga menuturkan, Yayasan Darianis Yatim merupakan sebuah yayasan yang dibentuk oleh perantau asal Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Yenon Orsa. Menurut Rusdi Saleh, yayasan yang berdiri pada tahun 2012 tersebut, bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan pendidikan.

"Tujuan utama, adalah untuk meningkatkan pemahaman agama dan keimanan. Serta mencegah dampak negatif, seperti kenakalan remaja dan penyalahgunaan Narkoba. Perlu diingat, konsep Yayasan Darianis Yatim, memberi dan berbagi, bukan untuk dipuji, tapi untuk berempati dan merasakan apa yang dirasakan orang lain," ujarnya.

Pondok Pesantren Darut Thalib di Jalan kapten Bahar Hamid, Laing Taluak, Kelurahan Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat.

Yenon Orsa merupakan tokoh perantau asal Nagari Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok. Yenon Osra sukses dalam bidang pendidikan dan Teknologi Informatika (TI). Melalui Yayasan Darianis Yatim, Yenon Orsa selama dikenal sebagai orang yang banyak membantu biaya pendidikan siswa miskin berprestasi, membangun dan memugar masjid dan mushalla, serta membangun sarana di bidang pendidikan.

Kepercayaan Yenon Orsa ke Rusdi Saleh berawal dari adik kandungnya, Yenna Roseva Boer, yang satu kelas dengan Rusdi Saleh di SMAN 1 Kota Solok. Dari berbagai pertemuan dan kegiatan, Yenon Orsa akhirnya tertarik dengan komitmen dan kejujuran Rusdi Saleh. Hingga akhirnya, Rusdi Saleh menjadi decission maker (pengambil keputusan) di Yayasan Darianis Yatim untuk mengelola seluruh proyek pembangunan masjid, pemberian beasiswa, hingga bantuan kepada masyarakat kurang mampu di Sumbar. (rijal islamy)
© Copyright 2018 INFONEWS.CO.ID | All Right Reserved