Rumah Beratap Mulsa Bekas, Viral di Jagat Maya Solok
* Pemkab Solok Sambangi Keluarga Aris
Saat itu, belum banyak rumah, maupun perkantoran di kawasan tersebut. Selain sebagai kawasan perlintasan dari Kota Padang ke Kota Solok dan kawasan sekitarnya, kawasan Arosuka tidak menjanjikan apa-apa. Tapi, setelah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Solok, Kawasan Arosuka berkembang sangat pesat. Bahkan, kini menjadi salah satu destinasi wisata untuk rekreasi. Lepas dari kesibukan dan suasana kota yang sumpek. Berbagai fasilitas pun sudah dibangun di sekitar kompleks perkantoran. Sebut saja RSUD Arosuka, Mapolres Solok, Samsat, hingga Kawasan Perumahan Nasional (Perumnas). Bahkan sejak 2013 lalu, sebuah pabrik multi nasional, yakni Danone Aqua, telah beroperasi, tidak jauh dari kompleks perkantoran tersebut.
Namun, beberapa hari lalu, jagat dunia maya di Kabupaten Solok, mendadak gempar, dengan beredarnya foto-foto sebuah "rumah" di sebuah peladangan. Dalam keterangan foto yang diunggah di media sosial facebook tersebut, terlihat satu keluarga dengan dua anak tinggal di "rumah" tersebut. Bahkan, disebutkan bahwa lokasi "rumah" tersebut tidak jauh dari Kompleks Kantor Bupati Solok.
Dekatnya "rumah" tersebut dengan kantor Bupati Solok, menciptakan "aroma" yang tidak sedap. Sebuah perbandingan, dengan hiperbola yang luar biasa. Sebuah gubuk tak layak, diperbandingkan dengan kantor Bupati sebagai "istana".
Ternyata, saat ditelusuri ke lokasi, kepala keluarga, Aris (32), baru tinggal bersama istrinya Rika (30) dan kedua anaknya, Syafira (9) dan Syakila (10 bulan), di gubuk tersebut sejak 3 bulan terakhir. Sebelumnya, warga Nagari Kotogaek Guguak, Kecamatan Gunung Talang tersebut sebelumnya tinggal di Perumnas Kayuaro, milik seseorang tanpa membayar. Namun, karena pemilik rumah akan menghuni rumahnya, keluarga tersebut pindah ke rumah orang tuanya di Kotogaek. Diduga kurang nyaman tinggal bersama orang tuanya, dan jauh dari ladangnya, sekeluarga itu pun membangun "rumah ladang" di Arosuka.
Sebagai "rumah ladang", kondisi gubuk tersebut memang terlihat cukup miris untuk ditempati sebuah keluarga. Apalagi dengan dua anak yang masih kecil dan masih bayi. Beratapkan dan berdindingkan mulsa (plastik ladang), gubuk tersebut hanya dilengkapi dengan fasilitas seadanya. Seperti tikar, kasur lusuh, dan perabotan seadanya.
"Sebelumnya, kami tinggal menumpang di rumah Perumnas Kayuaro. Karena yang punya rumah akan tinggal di rumah itu, kami pindah ke rumah orang tua di Kotogaek. Kemudian, kami tinggal di gubuk ini, sekaligus bisa berladang di sini," ungkap Aris.
Menjadi informasi yang viral di Medsos, berbagai pihak melontarkan komentar dan pendapat. Ketua DPRD Kabupaten Solok, Jon Firman Pandu, misalnya. Pria yang juga Ketua DPC Partai Gerindra tersebut menyatakan dirinya sangat miris, masih ada masyarakat Solok dengan kondisi seperti itu.
"Kita sebagai warga Kabupaten Solok merasa sangat miris mendapat laporan seperti ini. Dalam peradaban yang sudah modern ini, masih ada kondisi masyarakat yang serba kekurangan seperti itu. Ini akan menjadi tanggung jawab Pemerintahan Daerah secara bersama sama guna membenahi ekonomi masyarakat. Ke depannya kita tidak ingin hal seperti ini ada lagi di wilayah Kabupaten Solok. Selanjutnya, nanti kita akan koordinasikan dengan dinas terkait. Semoga ada jalan keluarnya dan warga tersebut mendapatkan bantuan dan memiliki tempat tinggal yang layak," ujar Jon F Pandu.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Solok, Yandra Prasat, menanggapi hal ini dengan hati-hati. Pria yang sangat "populer" saat menjadi Kepala Dinas Pariwisata tersebut, menyatakan pihaknya langsung tanggap setelah menerima kabar tersebut. Yandra menyatakan, pihaknya langsung turun ke lokasi dan bertemu langsung dengan warga tersebut.
"Permasalahan ini sudah kami tangani secara bijak, dan juga sudah kami laporkan ke Bupati Solok. Kami dari Pemerintahan Kabupaten Solok akan menyalurkan bantuan langsung. Dan terima kasih kepada masyarakat yang telah ikut membantu dan menyampaikan permasalahan ini pada kami," ujar Yandra.
Bupati Solok, Gusmal Dt Rajo Lelo, juga menanggapi hal ini dengan sangat hati-hati. Pasalnya, bagi pemerintah sebuah daerah, kemiskinan adalah sebuah aib. Apalagi jika "dibumbui" dengan tidak adanya "kepedulian" pemerintah. Gusmal menyatakan, dari informasi yang didapatnya, keluarga tersebut, sudah tinggal di gubuk tersebut selama tiga bulan. Namun, tetap sering bolak-balik ke rumah orang tuanya di Kotogaek.
"Beliau tinggal di sana sudah 3 bulan yang lalu dan sering juga bolak balik ke rumah orang tuanya, karena KK, KTP dan surat serta barang-barang berharga lainnya masih disimpan di tempat orang tuanya. Jadi kesimpulannya, rumah tersebut merupakan rumah ladang," kata Bupati.
Gusmal juga mengungkapkan, sejumlah usaha telah dilakukan pemerintah setempat. Di antaranya, dengan melakukan pendekatan kepada orang tuanya dan menyarankan mengajak lagi untuk tinggal di rumah orang tuanya yang lumayan besar.
"Warga tersebut sudah pernah dipanggil oleh pemerintah nagari. Akan tetapi, dengan alasan menunggui ladang, yang bersangkutan belum mau pindah ke tempat lain. Kita akan menyalurkan bantuan berupa peralatan dapur, kasur, selimut, sembako dan kebutuhan lain yang mungkin dibutuhkan," ujarnya. (IN-001)
* Pemkab Solok Sambangi Keluarga Aris
Satu keluarga tinggal di sebuah rumah tak layak huni di sebuah ladang di Arosuka. Pemkab Solok, menjadi "sasaran tembak" terhadap isu kemiskinan. Apalagi, lokasinya tak jauh dari kompleks Kantor Bupati Solok.Sejuknya udara di kawasan Arosuka, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumbar, seakan menjadi obat pelepas lelah. Bupati Solok, periode 1995-2000 dan 2000-2005, Gamawan Fauzi, menginisiasi pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Solok dari Nagari Kotobaru, Kecamatan Kubung, ke Arosuka. Saat itu, kawasan Arosuka, yang diambil dari akronim Kayuaro dan Sukarami, adalah area peladangan dan hutan. Tanahnya yang subur lagi gembur, membuat tanaman-tanaman berusia muda, tumbuh dengan sangat baik.
Saat itu, belum banyak rumah, maupun perkantoran di kawasan tersebut. Selain sebagai kawasan perlintasan dari Kota Padang ke Kota Solok dan kawasan sekitarnya, kawasan Arosuka tidak menjanjikan apa-apa. Tapi, setelah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Solok, Kawasan Arosuka berkembang sangat pesat. Bahkan, kini menjadi salah satu destinasi wisata untuk rekreasi. Lepas dari kesibukan dan suasana kota yang sumpek. Berbagai fasilitas pun sudah dibangun di sekitar kompleks perkantoran. Sebut saja RSUD Arosuka, Mapolres Solok, Samsat, hingga Kawasan Perumahan Nasional (Perumnas). Bahkan sejak 2013 lalu, sebuah pabrik multi nasional, yakni Danone Aqua, telah beroperasi, tidak jauh dari kompleks perkantoran tersebut.
Namun, beberapa hari lalu, jagat dunia maya di Kabupaten Solok, mendadak gempar, dengan beredarnya foto-foto sebuah "rumah" di sebuah peladangan. Dalam keterangan foto yang diunggah di media sosial facebook tersebut, terlihat satu keluarga dengan dua anak tinggal di "rumah" tersebut. Bahkan, disebutkan bahwa lokasi "rumah" tersebut tidak jauh dari Kompleks Kantor Bupati Solok.
Dekatnya "rumah" tersebut dengan kantor Bupati Solok, menciptakan "aroma" yang tidak sedap. Sebuah perbandingan, dengan hiperbola yang luar biasa. Sebuah gubuk tak layak, diperbandingkan dengan kantor Bupati sebagai "istana".
Ternyata, saat ditelusuri ke lokasi, kepala keluarga, Aris (32), baru tinggal bersama istrinya Rika (30) dan kedua anaknya, Syafira (9) dan Syakila (10 bulan), di gubuk tersebut sejak 3 bulan terakhir. Sebelumnya, warga Nagari Kotogaek Guguak, Kecamatan Gunung Talang tersebut sebelumnya tinggal di Perumnas Kayuaro, milik seseorang tanpa membayar. Namun, karena pemilik rumah akan menghuni rumahnya, keluarga tersebut pindah ke rumah orang tuanya di Kotogaek. Diduga kurang nyaman tinggal bersama orang tuanya, dan jauh dari ladangnya, sekeluarga itu pun membangun "rumah ladang" di Arosuka.
Sebagai "rumah ladang", kondisi gubuk tersebut memang terlihat cukup miris untuk ditempati sebuah keluarga. Apalagi dengan dua anak yang masih kecil dan masih bayi. Beratapkan dan berdindingkan mulsa (plastik ladang), gubuk tersebut hanya dilengkapi dengan fasilitas seadanya. Seperti tikar, kasur lusuh, dan perabotan seadanya.
"Sebelumnya, kami tinggal menumpang di rumah Perumnas Kayuaro. Karena yang punya rumah akan tinggal di rumah itu, kami pindah ke rumah orang tua di Kotogaek. Kemudian, kami tinggal di gubuk ini, sekaligus bisa berladang di sini," ungkap Aris.
Menjadi informasi yang viral di Medsos, berbagai pihak melontarkan komentar dan pendapat. Ketua DPRD Kabupaten Solok, Jon Firman Pandu, misalnya. Pria yang juga Ketua DPC Partai Gerindra tersebut menyatakan dirinya sangat miris, masih ada masyarakat Solok dengan kondisi seperti itu.
"Kita sebagai warga Kabupaten Solok merasa sangat miris mendapat laporan seperti ini. Dalam peradaban yang sudah modern ini, masih ada kondisi masyarakat yang serba kekurangan seperti itu. Ini akan menjadi tanggung jawab Pemerintahan Daerah secara bersama sama guna membenahi ekonomi masyarakat. Ke depannya kita tidak ingin hal seperti ini ada lagi di wilayah Kabupaten Solok. Selanjutnya, nanti kita akan koordinasikan dengan dinas terkait. Semoga ada jalan keluarnya dan warga tersebut mendapatkan bantuan dan memiliki tempat tinggal yang layak," ujar Jon F Pandu.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Solok, Yandra Prasat, menanggapi hal ini dengan hati-hati. Pria yang sangat "populer" saat menjadi Kepala Dinas Pariwisata tersebut, menyatakan pihaknya langsung tanggap setelah menerima kabar tersebut. Yandra menyatakan, pihaknya langsung turun ke lokasi dan bertemu langsung dengan warga tersebut.
"Permasalahan ini sudah kami tangani secara bijak, dan juga sudah kami laporkan ke Bupati Solok. Kami dari Pemerintahan Kabupaten Solok akan menyalurkan bantuan langsung. Dan terima kasih kepada masyarakat yang telah ikut membantu dan menyampaikan permasalahan ini pada kami," ujar Yandra.
Bupati Solok, Gusmal Dt Rajo Lelo, juga menanggapi hal ini dengan sangat hati-hati. Pasalnya, bagi pemerintah sebuah daerah, kemiskinan adalah sebuah aib. Apalagi jika "dibumbui" dengan tidak adanya "kepedulian" pemerintah. Gusmal menyatakan, dari informasi yang didapatnya, keluarga tersebut, sudah tinggal di gubuk tersebut selama tiga bulan. Namun, tetap sering bolak-balik ke rumah orang tuanya di Kotogaek.
"Beliau tinggal di sana sudah 3 bulan yang lalu dan sering juga bolak balik ke rumah orang tuanya, karena KK, KTP dan surat serta barang-barang berharga lainnya masih disimpan di tempat orang tuanya. Jadi kesimpulannya, rumah tersebut merupakan rumah ladang," kata Bupati.
Gusmal juga mengungkapkan, sejumlah usaha telah dilakukan pemerintah setempat. Di antaranya, dengan melakukan pendekatan kepada orang tuanya dan menyarankan mengajak lagi untuk tinggal di rumah orang tuanya yang lumayan besar.
"Warga tersebut sudah pernah dipanggil oleh pemerintah nagari. Akan tetapi, dengan alasan menunggui ladang, yang bersangkutan belum mau pindah ke tempat lain. Kita akan menyalurkan bantuan berupa peralatan dapur, kasur, selimut, sembako dan kebutuhan lain yang mungkin dibutuhkan," ujarnya. (IN-001)
FOLLOW THE INFONEWS.CO.ID AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow INFONEWS.CO.ID on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram