Kapolri Soroti Efektivitas Pengelolaan Media - INFONEWS.CO.ID
-->

Jumat, 29 November 2019

Kapolri Soroti Efektivitas Pengelolaan Media

Kapolri Soroti Efektivitas Pengelolaan Media

JAKARTA - Kapolri Jenderal Idham Azis menyoroti efektivitas pengelolaan media untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal menyampaikan dirinya diminta Idham untuk mengembangkan Divisi Humas Polri menjadi Badan Humas Polri.

"Saat commander wish Pak Kapolri, commander wish pertama, beliau menyampaikan saya diperintahkan beliau untuk mengembangkan Divisi Humas menjadi Badan Humas," ujar Iqbal di acara Focus Group Discussion (FGD) Polri di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2019), dikutip detik.com.

Iqbal menuturkan Humas Polri nantinya akan dipimpin seorang jenderal bintang tiga atau komisaris jenderal (komjen). Artinya, Polri akan setara dengan Badan Intelkam, Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) dan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.

"Jadi Kepala Divisi Humas menjadi Kepala Badan Humas atau Kabahumas, dipimpin bintang tiga," sambung Iqbal.

Pada FGD kali ini, Divisi Humas Polri mengambil tema 'Sinergitas Lembaga Terkait dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, Menjaga Fungsi Media dalam Pilar Demokrasi'. Diskusi ini dihadiri Ketua KPI Pusat Agung Suprio, Pemimpin Redaksi detikcom Alfito Deannova, Purek I Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (IISIP) dan Ketua Komisi Kompetensi Wartawan PWI Kamsul Hasan.

Masih dalam diskusi ini, Iqbal mengatakan Humas Polri saat ini tak hanya fokus pada fungsi juri bicara institusi, tetapi juga pada fungsi menjalin komunikasi dengan stakeholder dalam rangka mengelola isu untuk keamanan nasional.

"Divisi Humas beberapa tahun terakhir sudah mentransformasi tugasnya, tidak hanya fokus kepada juru bicara saja, tapi memaksimalkan menyapa masyarakat, kami sebagai PR (public relations). Kami bersinergi dengan seluruh elemen masyarakat karena Polri tidak akan optimal kalau tidak ada yang membantu kami," jelas Iqbal.

Iqbal menuturkan di era kepolisian modern, polisi lebih mengedepankan langkah pencegahan ketimbang represif agar tak muncul gangguan keamanan. Salah satu hal yang berdampak luas pada gangguan keamanan adalah derasnya informasi di media, baik media sosial maupun mainstream.

"Satu batalyon pasukan, pasukan khusus sekalipun, kalah dengan satu narasi. Ketika narasi itu dikemas dengan angle yang tepat, kekuatannya sangat luar biasa. Contoh, ada campaign yang luar biasa dilakukan, mengumpulkan jutaan massa untuk penyampaian pesan, itu sudah bukan eranya lagi," ucap Iqbal.

"Sekarang eranya mengemas narasi yang tepat, itu akan mengalahkan jutaan orang yang dikumpulkan di stadion. (Mengemas narasi) baik itu melalui media sosial meskipun media mainstream," sambung Iqbal.

Menurut Iqbal, semua elemen masyarakat harus bersinergi dan sependapat bahwa keamanan, sumber daya manusia yang unggul akan membawa Indonesia menjadi negara maju.

"Ketika tidak ada strategi pengelolaan media yang baik dan bersinergi, maka potensi gangguan keamanan luar biasa besar sekali seperti waktu case di Papua, case di Surabaya, padahal tidak ada yang meninggal di case itu, tapi dikabarkan ada yang meninggal adik-adik kita di asrama Papua. Akhirnya goyang Papua," terang dia.

Iqbal mengungkapkan ada tokoh yang menyebut media sebagai pilar demokrasi paling sehat, namun Iqbal berpendapat media tak akan sehat bila tak dikelola.

"Salah satu tokoh, beberapa waktu lalu, menyebutkan saat ini yang paling sehat pilar keempat, media. Tapi kalau kita tidak kelola dengan baik, tidak akan sehat juga. Lihat saja di media sosial begitu banyak ujaran kebencian, hoax dan narasi-narasi negatif," ungkap Iqbal. (*/IN-001)

BERITA TERKAIT

BERITA TERBARU

Loading...
© Copyright 2018 INFONEWS.CO.ID | All Right Reserved